Ahad,
14 Mei 2000/10 Shafar 1421
Brosur no. : 1034/1074/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-78)
Tentara
berkuda kaum musyrikin di sayap kanan yang dikepalai oleh Khalid bin Walid,
setelah mengetahui bahwa sebagian besar pasukan pemanah kaum muslimin yang
menjaga di bukit Uhud sudah turun meninggalkan tempat, dengan cepat Khalid bin
Walid mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum muslimin yang tinggal beberapa
orang dari belakang. Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
Khalid, ia bersama pasukannya terus menyerbu dari belakang menyerang tentara
Islam yang sudah cerai-berai itu. Serangan Khalid bin Walid dengan pasukan
berkuda itu diketahui juga oleh sebagian tentara musyrikin yang sedang dikejar
dan dihajar oleh tentara muslimin, maka mereka dengan cepat lari membelok dan
memutar ke arah barisan yang dikepalai oleh Khalid. Oleh sebab itu pasukan
tentara musyrikin yang tadinya sudah tidak teratur dan berantakan, lantas
menjadi teratur kembali, dan mengepung tentara muslimin.
Sebaliknya
tentara muslimin yang tadinya hampir memperoleh kemenangan besar (dalam
pertempuran pertama), akhirnya menjadi kocar-kacir dan berantakan, dan dikepung
lawan, diserang dari muka dan belakang serta didesak dengan hebat, yang akhirnya
menjadi kalang kabut, dan tidak karuan arahnya. Memang pihak kaum musyrikin
masih lebih banyak jumlahnya, dan masih lebih lengkap
persenjataannya.
Dengan
demikian pertempuran kedua belah pihak berkobar lagi, bahkan lebih hebat
daripada pertempuran yang terjadi pada babak pertama. Panah-memanah,
pedang-memedang, tombak-menombak, tampar-menampar dan pukul-memukul antara kedua
belah pihak terjadi lagi dan bahkan lebih mengerikan serta lebih ganas dari pada
yang telah terjadi, yang akhirnya tentara kaum muslimin terus semakin terdesak
oleh tentara musyrikin.
13.
Nabi SAW dan tentara muslimin dalam bahaya
Setelah
melihat keadaan yang sedemikian rupa bahwa tentaranya sedang terancam oleh
bahaya besar dari pihak musuh, dengan cepat Nabi SAW mengambil keputusan, yakni
beliau untuk sementara menyembunyikan diri sambil menyeru dengan keras
memanggil-manggil sebagian tentaranya supaya segera datang mengelilingi tempat
beliau. Sekalipun demikian, beliau tidak terlepas dari bahaya yang
mengancam.
Mush’ab
bin ‘Umair, seorang pahlawan Islam yang gagah berani dan memegang bendera
tentara Islam, dapat dipukul dan dibunuh oleh Ibnu Qami’ah. Sebelum musuh Allah
itu dapat membunuh Mush’ab, Ibnu Qami’ah berteriak di muka tentara kaum
muslimin, “Tunjukkanlah kepada saya, mana Muhammad. Aku tidak selamat, kalau
ia selamat”. Ketika itu ia terus dihalang-halangi oleh Mush’ab dan
kawan-kawannya yang tetap berada di samping Nabi. Dengan cepat Ibnu Qami’ah
menikam Mush’ab. Waktu itu ia menyangka, bahwa yang ditikam dan dibunuhnya itu
adalah Nabi SAW. Maka ia menunjukkan kegagahan dan kegembiraannya sambil
berteriak keras, “Muhammad telah terbunuh !. Muhammad telah terbunuh !.
Muhammad telah terbunuh !”.
Demikianlah,
ia mengulang berkali-kali sambil berlari-lari kian-kemari. Setelah Mush’ab bin ‘Umair gugur, lalu Nabi
SAW menyerahkan bendera Islam kepada ‘Ali bin Abu Thalib. Dan karena suara Ibnu
Qami’ah yang demikian itu, maka tentara muslimin bertambah kacau dan ribut.
Sebagian ada yang melarikan diri menuju ke tempat dekat kota Madinah, tetapi
tidak berani terus masuk dan pulang ke Madinah, karena malu. Mereka hanya
menunggu kawannya sampai selesai perang. Diantara mereka itu ialah ‘Utsman bin
‘Affan, Walid bin ‘Ubadah, Kharijah bin Zaid dan Rifa’ah bin Ma’la. Tetapi
sebagian besar tetap bertempur melawan musuh sehebat-hebatnya dengan semangat
membaja. Karena sewaktu ada orang berkata, “Muhammad telah terbunuh !”,
lalu ada peringatan dari kawan mereka yang gagah berani bernama Tsabit bin
Dahdah, ia berkata, “Hai para kawanku Anshar, jika Nabi Muhammad betul-betul
telah terbunuh, biarlah. Karena hanya Allah saja yang tidak akan mati
selama-lamanya. Oleh sebab itu, maka berpeganglah kamu dengan agamamu dengan
kokoh dan kuat. Allah sendiri yang akan menolong dan memberi kemenangan kepadamu
!”. Dengan peringatan yang penting ini, mereka yang tengah dalam kebingungan
itu lalu berserah diri kepada Allah, dan melanjutkan bertempur. Dan sebagian
lagi sebanyak 14 orang tetap teguh di tempat yang dekat dengan Nabi,
mempertahankan beliau dengan mati-matian dan semangat yang luar biasa, tidak mau
lari dan tidak merasa bingung, karena mereka tahu persis, bahwa Nabi SAW masih
hidup, masih gagah perkasa dan sanggup menghadapi musuh. Mereka itu 7 orang dari
shahabat Muhajirin dan 7 orang dari shahabat Anshar.
Ketika
keadaan yang amat genting bagi tentara muslimin itu, waktu itu Nabi SAW
memberitahukan dengan isyarat kepada para shahabatnya yang berada di tempat yang
dekat beliau, bahwa beliau masih hidup dan berada di tempat itu. Orang yang
mula-mula mengetahui bahwa beliau SAW masih hidup ialah sahabat Ka’ab bin Malik.
Setelah mengetahuinya bahwa Nabi SAW masih hidup, dia terus berteriak
sekuat-kuatnya, “Wahai kaum Muslimin ! bergembiralah kamu, inilah dia
Rasulullah !”. Lalu Nabi SAW memberi isyarat kepadanya, supaya diam. Jangan
bersuara lagi. Meskipun demikian, karena suara Ka’ab tadi begitu keras, maka
terdengar oleh sebagian tentara musuh. Ketika itu diantara tentara muslimin lalu
berkerumun datang ke tempat Nabi SAW.
Di
sekeliling Nabi telah berhimpun 14 orang, yaitu yang dari golongan Muhajirin :
Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar bin Al-Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman
bin ‘Auf, Zubair bin Al-’Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abu ‘Ubaidah bin
Al-Jarrah. Dan yang dari golongan Anshar : Abu Dujanah, Al-Hubab bin Al-Mundzir,
‘Ashim bin Tsabit, Al-Harits bin Ash-Shammah, Sahl bin Hanif, Sa’ad biin Mu’adz
dan Usaid bin Hudlair.
14.
Tekad bulat para shahabat yang ada di sekeliling Nabi
Para
shahabat Nabi selain dari 14 orang tersebut, ada lagi beberapa orang yang datang
ke tempat itu sengaja untuk mempertahankan diri Nabi. Mereka itu menjadi benteng
beliau, mereka tidak menghiraukan suara orang ramai yang mengatakan bahwa Nabi
telah wafat. Oleh karena diantara tentara musyrikin ada yang mendengar suara
Ka’ab bin Malik bahwa beliau berada di tempat tersebut, maka diantara mereka
terus mendesak dan mau menerobos ke tempat tersebut. Lebih-lebih di tempat itu
kelihatan banyak pasukan tentara muslimin yang berkumpul. Dari 14 orang menjadi
30 orang yang berada di sekeliling beliau.
Tentara
musyrikin terus mendesak sambil melepaskan anak panah dengan hebatnya, dan 30
orang shahabat Nabi yang ada di tempat itu menahan serangan mereka dengan
sekuat-kuatnya. Sedikitpun tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk mendekati
tempat Nabi, sekalipun diantara mereka itu ada yang tidak bisa menghindar dari
sasaran panah sampai mati, tetapi mereka tetap mempertahankan dan melindungi
Nabi SAW. Dengan demikian, maka Nabi SAW seolah-olah duduk di tempat yang
dikelilingi tembok yang kokoh kuat, yang terdiri dari tubuh-tubuh para
shahabatnya yang setia.
Tentara
musyrikin belum merasa puas dan terus mencoba mencari kesempatan untuk menerjang
dan menerobos tempat tersebut, tetapi tidak diberi kesempatan sedikitpun juga,
bahkan tentara muslimin bertambah rapat menjaga tempat tersebut dari serangan
mereka.
Abu
Dujanah yang ada di muka Nabi SAW, dengan gagah perkasa menjaga diri beliau dari
panah musuh yang terus menerus dilepaskan dengan lebat ke arah tempat itu,
sehingga banyak panah yang mengenai punggungnya.
Abu
Thalhah yang ada di belakang Nabi SAW, dengan semangat baja menangkis
panah-panah musuh dengan dadanya, tidak gentar sedikitpun menghadapi maut, asal
Nabi SAW terlepas dari bahaya.
Zayadl
bin ‘Umarah berdiri dengan tegak di hadapan Nabi SAW dan terus menerus terkena
serangan panah musuh, sampai mati di hadapan beliau.
Kemudian
Anas bin Nadlar dengan tangkasnya terus menyerbu ke tengah-tengah musuh dan
mengadakan perlawanan dengan hebat. Dan ketika bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz,
dia berkata, “Wahai kawanku, aku telah mencium bau surga di dekat bukit Uhud
ini”. Kemudian ia meneruskan serangannya terhadap musuh sampai gugur di
tengah pertempuran, dan pada tubuhnya didapati 70 bekas pukulan
senjata.
Waktu
itu tiba-tiba Nabi SAW mendapat lemparan batu dari pihak musuh, sehingga tubuh
beliau luka parah dan berdarah. Tetapi beliau tetap memperhatikan keadaan
sahabat yang ada di sekelilingnya.
Menurut
riwayat, pada hari itu juga Hamzah bin Abdul Muththalib dapat terbunuh di
tengah-tengah pertempuran oleh seorang budak belian yang bernama Wahsyi, yang
sudah lama mengintainya dengan tombak.
Tentang
gugurnya Hamzah, Wahsyi sebagai pembunuhnya menuturkan demikian, “Saya
seorang budak belian dari Habsyi yang sangat pandai melempar tombak. Tuanku
Jubair bin Muth’im dan Hindun Istri Abu Sufyan pernah berjanji akan membebaskan
diri saya dari perbudakan itu, kalau saya dapat membunuh Hamzah, sebagai
pembalasan dari bapaknya yang dulu terbunuh di Badr. Pembebasan diri saya inilah
yang menarik hati saya untuk ikut dalam peperangan. Maka tatkala pertempuran
antara kedua pihak sedang berkobar dengan hebatnya, sayapun selalu
mengintai-intai orang yang akan saya bunuh itu, yaitu Hamzah. Ia saya lihat di
tengah medan pertempuran seperti unta kelabu sedang bertempur dengan hebat
menghantam dan membunuh setiap musuh yang berada di hadapannya. Setelah saya
memperoleh kesempatan untuk membunuhnya, maka saya angkat tombak, saya bidik
betul-betul, lalu saya lepaskan melayang ke arah dirinya, maka tombak itu tepat
mengenai bawah pusarnya hingga tembus diantara pinggangnya. Ia segera rebah dan
jatuh lalu mati di tempat itu juga”.
Di
lain riwayat disebutkan demikian, “Sekalipun ia sudah terkena tombak, dibawah
pusarnya dan menembus antara dua pinggangnya, namun ia masih mencoba dengan
segenap tenaganya menuju saya, tetapi tidak bisa sampai, lantas saya tinggalkan
dia hingga meninggal”. Dan keterangan ini diceritakan olehnya ketika telah
mengikut Islam.
Setelah
Nabi SAW mendengar berita terbunuhnya Hamzah, beliau merasa sangat berduka cita,
karena Hamzah termasuk salah satu kerabatnya yang terdahulu beriman dan berjasa
besar bagi beliau.
15.
Penderitaan Nabi SAW
Tentara
kaum musyrikin Quraisy terutama para kepala mereka rupa-rupanya merasa tidak
puas kalau belum membunuh Nabi SAW dalam
pertempuran yang hebat dan dahsyat itu. Karena mereka mengira bahwa
dengan kematian Nabi SAW kaum muslimin akan hancur binasa.
Nabi
SAW dikala itu selain kena lemparan batu dari pihak musuh, beliaupun dilempari
beberapa potong besi.
‘Utbah
bin Abu Waqqash melempari potongan besi kepada beliau dan lemparan itu ada yang
tepat mengenai wajah Nabi, maka muka beliau luka-luka dan salah satu gigi seri
beliau patah.
Kemudian
datanglah Ibnu Qami’ah dengan melemparkan dua potong besi dan lemparan itu tepat
mengenai pipi Nabi SAW, dan besi itu masuk menembus bagian dalam pipi beliau,
karena dari kerasnya lemparan itu.
Kemudian
Abdullah bin Syihab melempari batu dengan sekeras-kerasnya ke arah Nabi SAW
sehingga dahi beliau luka parah dan mengalirkan darah dan gigi beliau yang telah
pecah masuk menembus daging bibir beliau.
Demikianlah
terus menerus Nabi SAW selalu dilempari batu dan lainnya oleh fihak musyrikin
Quraisy, dan dengan berbagai cara mereka berusaha mendesak hendak mendobrak dan
menerobos tempat yang berbenteng tubuh para shahabat itu.
Diriwayatkan,
bahwa pada saat itu juga datanglah Ubay bin Khalaf, seorang yang terkenal
penentang dan memusuhi Nabi SAW dengan memakai topeng (tutup muka) dari besi dan
memakai baju besi dengan menunggang kudanya yang bernama Al-‘Udz ke tempat Nabi,
sengaja hendak membunuh Nabi. Maka ketika ia sudah mendekati tempat yang sedang
ramai dipertahankan oleh para shahabat Nabi yang gagah berani tersebut, ia terus
menyerang beliau SAW dengan pedangnya, tetapi ditangkis oleh salah seorang
shahabat Nabi yang ada di tempat itu, lalu shahabat itu dibunuhnya. Kemudian
berkata dengan sombong, “Mana orang yang mengaku dirinya Nabi itu, lawanlah
aku. Jika ia benar-benar seorang Nabi, tentu aku dibunuh olehnya. Majulah
melawan aku !”. Lalu ia berkata, “Mana Muhammad ? Aku tidak selamat kalau kamu selamat. Aku
tidak selamat, kalau kamu selamat !”. Nabi SAW setelah mendengar suara Ubay
yang congkak itu, dengan tenang memerintahkan para shahabat supaya membiarkannya
datang ke tempat beliau berada, karena dia akan dibunuh sendiri oleh beliau.
Kemudian Nabi mengambil tombak kepunyaan Harits bin Ash-Shammah, dan dengan
cepat beliau menyerang lebih dahulu, sebelum ia menyerang kepada beliau sehingga
dia berputar-putar di atas kudanya.
Di
lain riwayat diceritakan : Ketika itu beliau menngambil tombak shahabat
Al-Harits bin Ash-Shammah, lalu segera menusukkan ke batang leher Ubay bin
Khalaf, yaitu satu-satunya bagian anggota yang terbuka antara baju besi dan topi
besinya. Ia lalu jatuh dari kudanya, tetapi belum sampai tewas, kemudian ia
segera bangun dan naik lagi di atas kudanya dan melarikan diri kembali ke
pasukannya. Akhirnya ia mati karena lukanya sewaktu di tengah perjalanan kembali
ke Makkah, di suatu tempat yang bernama Saraf.
Menurut
riwayat, bahwa pada saat Nabi mendapat luka parah itu, beliau bersabda
:
كَيْفَ
يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ
Bagaimana
akan berbahagia suatu kaum yang telah melukai Nabi mereka ?.
[HR. Bukhari Muslim dari Anas RA]
Dan
beliau bersabda pula :
اِشْتَدَّ
غَضَبُ اللهِ عَلَى مَنْ قَتَلَهُ النَّبِيُّ فِى سَبِيْلِ اللهِ، اِشْتَدَّ غَضَبُ
اللهِ عَلَى قَوْمٍ دَمَّوْا وَجْهَ نَبِيِّ اللهِ.
Amat
keras murka Allah atas orang yang dibunuh oleh Nabi di jalan Allah, dan amat
keras murka Allah atas orang-orang yang melukai wajah Nabi Allah.
[HR. Bukhari dari Ibnu Abbas RA]
Sehubungan
dengan lemparan batu yang amat derasnya dari pihak lawan atas diri beliau, maka
dikala itu beliau berusaha untuk menghindarkan diri, berjalan perlahan-lahan
dari tempatnya. Namun dengan taqdir Allah baru saja berjalan beberapa langkah,
beliau jatuh ke dalam sebuah lobang dalam tanah yang digali oleh seorang pihak
lawan yang bernama Abu ‘Amir Ar-Rahib. Memang Abu ‘Amir sengaja memasang jebakan
untuk tentara muslimin terutama diri beliau SAW. Saat itu beliau kelihatan
semakin payah, karena terjebak ke dalam lobang tadi, sehingga beliau pingsan
serta luka di kedua lututnya. Dengan cepat ‘Ali bin Abi Thalib dan Thalhah bin
‘Ubaidillah datang menolong beliau, dan diangkatlah oleh kedua shahabat ini
sampai beliau dapat bangun berdiri sendiri, kemudian beliau dapat berdiri lagi
dengan tegak sebagaimana biasa.
Kemudian
tentara muslimin terus siap sedia dan sudah teratur kembali dan menduduki
tempat-tempat yang baik untuk menahan serangan musuh. Kaum muslimin setelah
banyak yang mengetahui bahwa Nabi SAW sudah menderita sedemikian beratnya, dan
diantara pahlawan mereka sudah banyak
yang mati terbunuh oleh musuh, maka mereka serentak bergerak dengan semangat
yang bergelora dan dengan penuh keberanian yang luar biasa terus mengadakan
serangan serentak terhadap musuh.
Kemudian
Nabi SAW berjalan untuk mencari air di tempat yang dekat untuk membasahi muka
dari darah bekas luka dan kotoran-kotoran yang ada pada tubuhnya. Disana beliau
mendapati air yang berbau, maka beliau tidak mau meminumnya, hanya mengambil
sekedarnya dipergunakan untuk membersihkan dan mencuci bekas luka-lukanya. Dan
dari tempat itu beliau mendadak dapat mengetahui, bahwa di sebelah atas ada
beberapa orang Quraisy yang sedang mengintai dan menanti kesempatan untuk
menyerang dan membinasakan beliau. Oleh sebab itu, beliau lalu memerintahkan
beberapa orang shahabatnya supaya mengusir mereka dengan segera, dan akhirnya
mereka dapat diusir dari tempat itu.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak