POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-78) 12. Kekacauan dan keributan tentara muslimin di Uhud

Posted by

Ahad, 14 Mei 2000/10 Shafar 1421                Brosur no. : 1034/1074/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-78)



12. Kekacauan dan keributan tentara muslimin di Uhud
Tentara berkuda kaum musyrikin di sayap kanan yang dikepalai oleh Khalid bin Walid, setelah mengetahui bahwa sebagian besar pasukan pemanah kaum muslimin yang menjaga di bukit Uhud sudah turun meninggalkan tempat, dengan cepat Khalid bin Walid mengerahkan pasukannya untuk menyerang kaum muslimin yang tinggal beberapa orang dari belakang. Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Khalid, ia bersama pasukannya terus menyerbu dari belakang menyerang tentara Islam yang sudah cerai-berai itu. Serangan Khalid bin Walid dengan pasukan berkuda itu diketahui juga oleh sebagian tentara musyrikin yang sedang dikejar dan dihajar oleh tentara muslimin, maka mereka dengan cepat lari membelok dan memutar ke arah barisan yang dikepalai oleh Khalid. Oleh sebab itu pasukan tentara musyrikin yang tadinya sudah tidak teratur dan berantakan, lantas menjadi teratur kembali, dan mengepung tentara muslimin.
Sebaliknya tentara muslimin yang tadinya hampir memperoleh kemenangan besar (dalam pertempuran pertama), akhirnya menjadi kocar-kacir dan berantakan, dan dikepung lawan, diserang dari muka dan belakang serta didesak dengan hebat, yang akhirnya menjadi kalang kabut, dan tidak karuan arahnya. Memang pihak kaum musyrikin masih lebih banyak jumlahnya, dan masih lebih lengkap persenjataannya.
Dengan demikian pertempuran kedua belah pihak berkobar lagi, bahkan lebih hebat daripada pertempuran yang terjadi pada babak pertama. Panah-memanah, pedang-memedang, tombak-menombak, tampar-menampar dan pukul-memukul antara kedua belah pihak terjadi lagi dan bahkan lebih mengerikan serta lebih ganas dari pada yang telah terjadi, yang akhirnya tentara kaum muslimin terus semakin terdesak oleh tentara musyrikin.
13. Nabi SAW dan tentara muslimin dalam bahaya
Setelah melihat keadaan yang sedemikian rupa bahwa tentaranya sedang terancam oleh bahaya besar dari pihak musuh, dengan cepat Nabi SAW mengambil keputusan, yakni beliau untuk sementara menyembunyikan diri sambil menyeru dengan keras memanggil-manggil sebagian tentaranya supaya segera datang mengelilingi tempat beliau. Sekalipun demikian, beliau tidak terlepas dari bahaya yang mengancam.
Mush’ab bin ‘Umair, seorang pahlawan Islam yang gagah berani dan memegang bendera tentara Islam, dapat dipukul dan dibunuh oleh Ibnu Qami’ah. Sebelum musuh Allah itu dapat membunuh Mush’ab, Ibnu Qami’ah berteriak di muka tentara kaum muslimin, “Tunjukkanlah kepada saya, mana Muhammad. Aku tidak selamat, kalau ia selamat”. Ketika itu ia terus dihalang-halangi oleh Mush’ab dan kawan-kawannya yang tetap berada di samping Nabi. Dengan cepat Ibnu Qami’ah menikam Mush’ab. Waktu itu ia menyangka, bahwa yang ditikam dan dibunuhnya itu adalah Nabi SAW. Maka ia menunjukkan kegagahan dan kegembiraannya sambil berteriak keras, “Muhammad telah terbunuh !. Muhammad telah terbunuh !. Muhammad telah terbunuh !”.
Demikianlah, ia mengulang berkali-kali sambil berlari-lari kian-kemari.  Setelah Mush’ab bin ‘Umair gugur, lalu Nabi SAW menyerahkan bendera Islam kepada ‘Ali bin Abu Thalib. Dan karena suara Ibnu Qami’ah yang demikian itu, maka tentara muslimin bertambah kacau dan ribut. Sebagian ada yang melarikan diri menuju ke tempat dekat kota Madinah, tetapi tidak berani terus masuk dan pulang ke Madinah, karena malu. Mereka hanya menunggu kawannya sampai selesai perang. Diantara mereka itu ialah ‘Utsman bin ‘Affan, Walid bin ‘Ubadah, Kharijah bin Zaid dan Rifa’ah bin Ma’la. Tetapi sebagian besar tetap bertempur melawan musuh sehebat-hebatnya dengan semangat membaja. Karena sewaktu ada orang berkata, “Muhammad telah terbunuh !”, lalu ada peringatan dari kawan mereka yang gagah berani bernama Tsabit bin Dahdah, ia berkata, “Hai para kawanku Anshar, jika Nabi Muhammad betul-betul telah terbunuh, biarlah. Karena hanya Allah saja yang tidak akan mati selama-lamanya. Oleh sebab itu, maka berpeganglah kamu dengan agamamu dengan kokoh dan kuat. Allah sendiri yang akan menolong dan memberi kemenangan kepadamu !”. Dengan peringatan yang penting ini, mereka yang tengah dalam kebingungan itu lalu berserah diri kepada Allah, dan melanjutkan bertempur. Dan sebagian lagi sebanyak 14 orang tetap teguh di tempat yang dekat dengan Nabi, mempertahankan beliau dengan mati-matian dan semangat yang luar biasa, tidak mau lari dan tidak merasa bingung, karena mereka tahu persis, bahwa Nabi SAW masih hidup, masih gagah perkasa dan sanggup menghadapi musuh. Mereka itu 7 orang dari shahabat Muhajirin dan 7 orang dari shahabat Anshar.
Ketika keadaan yang amat genting bagi tentara muslimin itu, waktu itu Nabi SAW memberitahukan dengan isyarat kepada para shahabatnya yang berada di tempat yang dekat beliau, bahwa beliau masih hidup dan berada di tempat itu. Orang yang mula-mula mengetahui bahwa beliau SAW masih hidup ialah sahabat Ka’ab bin Malik. Setelah mengetahuinya bahwa Nabi SAW masih hidup, dia terus berteriak sekuat-kuatnya, “Wahai kaum Muslimin ! bergembiralah kamu, inilah dia Rasulullah !”. Lalu Nabi SAW memberi isyarat kepadanya, supaya diam. Jangan bersuara lagi. Meskipun demikian, karena suara Ka’ab tadi begitu keras, maka terdengar oleh sebagian tentara musuh. Ketika itu diantara tentara muslimin lalu berkerumun datang ke tempat Nabi SAW.
Di sekeliling Nabi telah berhimpun 14 orang, yaitu yang dari golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar bin Al-Khaththab, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin ‘Auf, Zubair bin Al-’Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah. Dan yang dari golongan Anshar : Abu Dujanah, Al-Hubab bin Al-Mundzir, ‘Ashim bin Tsabit, Al-Harits bin Ash-Shammah, Sahl bin Hanif, Sa’ad biin Mu’adz dan Usaid bin Hudlair.
14. Tekad bulat para shahabat yang ada di sekeliling Nabi
Para shahabat Nabi selain dari 14 orang tersebut, ada lagi beberapa orang yang datang ke tempat itu sengaja untuk mempertahankan diri Nabi. Mereka itu menjadi benteng beliau, mereka tidak menghiraukan suara orang ramai yang mengatakan bahwa Nabi telah wafat. Oleh karena diantara tentara musyrikin ada yang mendengar suara Ka’ab bin Malik bahwa beliau berada di tempat tersebut, maka diantara mereka terus mendesak dan mau menerobos ke tempat tersebut. Lebih-lebih di tempat itu kelihatan banyak pasukan tentara muslimin yang berkumpul. Dari 14 orang menjadi 30 orang yang berada di sekeliling beliau.
Tentara musyrikin terus mendesak sambil melepaskan anak panah dengan hebatnya, dan 30 orang shahabat Nabi yang ada di tempat itu menahan serangan mereka dengan sekuat-kuatnya. Sedikitpun tidak memberi kesempatan kepada musuh untuk mendekati tempat Nabi, sekalipun diantara mereka itu ada yang tidak bisa menghindar dari sasaran panah sampai mati, tetapi mereka tetap mempertahankan dan melindungi Nabi SAW. Dengan demikian, maka Nabi SAW seolah-olah duduk di tempat yang dikelilingi tembok yang kokoh kuat, yang terdiri dari tubuh-tubuh para shahabatnya yang setia.
Tentara musyrikin belum merasa puas dan terus mencoba mencari kesempatan untuk menerjang dan menerobos tempat tersebut, tetapi tidak diberi kesempatan sedikitpun juga, bahkan tentara muslimin bertambah rapat menjaga tempat tersebut dari serangan mereka.
Abu Dujanah yang ada di muka Nabi SAW, dengan gagah perkasa menjaga diri beliau dari panah musuh yang terus menerus dilepaskan dengan lebat ke arah tempat itu, sehingga banyak panah yang mengenai punggungnya.
Abu Thalhah yang ada di belakang Nabi SAW, dengan semangat baja menangkis panah-panah musuh dengan dadanya, tidak gentar sedikitpun menghadapi maut, asal Nabi SAW terlepas dari bahaya.
Zayadl bin ‘Umarah berdiri dengan tegak di hadapan Nabi SAW dan terus menerus terkena serangan panah musuh, sampai mati di hadapan beliau.
Kemudian Anas bin Nadlar dengan tangkasnya terus menyerbu ke tengah-tengah musuh dan mengadakan perlawanan dengan hebat. Dan ketika bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz, dia berkata, “Wahai kawanku, aku telah mencium bau surga di dekat bukit Uhud ini”. Kemudian ia meneruskan serangannya terhadap musuh sampai gugur di tengah pertempuran, dan pada tubuhnya didapati 70 bekas pukulan senjata.
Waktu itu tiba-tiba Nabi SAW mendapat lemparan batu dari pihak musuh, sehingga tubuh beliau luka parah dan berdarah. Tetapi beliau tetap memperhatikan keadaan sahabat yang ada di sekelilingnya.
Menurut riwayat, pada hari itu juga Hamzah bin Abdul Muththalib dapat terbunuh di tengah-tengah pertempuran oleh seorang budak belian yang bernama Wahsyi, yang sudah lama mengintainya dengan tombak.
Tentang gugurnya Hamzah, Wahsyi sebagai pembunuhnya menuturkan demikian, “Saya seorang budak belian dari Habsyi yang sangat pandai melempar tombak. Tuanku Jubair bin Muth’im dan Hindun Istri Abu Sufyan pernah berjanji akan membebaskan diri saya dari perbudakan itu, kalau saya dapat membunuh Hamzah, sebagai pembalasan dari bapaknya yang dulu terbunuh di Badr. Pembebasan diri saya inilah yang menarik hati saya untuk ikut dalam peperangan. Maka tatkala pertempuran antara kedua pihak sedang berkobar dengan hebatnya, sayapun selalu mengintai-intai orang yang akan saya bunuh itu, yaitu Hamzah. Ia saya lihat di tengah medan pertempuran seperti unta kelabu sedang bertempur dengan hebat menghantam dan membunuh setiap musuh yang berada di hadapannya. Setelah saya memperoleh kesempatan untuk membunuhnya, maka saya angkat tombak, saya bidik betul-betul, lalu saya lepaskan melayang ke arah dirinya, maka tombak itu tepat mengenai bawah pusarnya hingga tembus diantara pinggangnya. Ia segera rebah dan jatuh lalu mati di tempat itu juga”.
Di lain riwayat disebutkan demikian, “Sekalipun ia sudah terkena tombak, dibawah pusarnya dan menembus antara dua pinggangnya, namun ia masih mencoba dengan segenap tenaganya menuju saya, tetapi tidak bisa sampai, lantas saya tinggalkan dia hingga meninggal”. Dan keterangan ini diceritakan olehnya ketika telah mengikut Islam.
Setelah Nabi SAW mendengar berita terbunuhnya Hamzah, beliau merasa sangat berduka cita, karena Hamzah termasuk salah satu kerabatnya yang terdahulu beriman dan berjasa besar bagi beliau.
15. Penderitaan Nabi SAW
Tentara kaum musyrikin Quraisy terutama para kepala mereka rupa-rupanya merasa tidak puas kalau belum membunuh Nabi SAW dalam  pertempuran yang hebat dan dahsyat itu. Karena mereka mengira bahwa dengan kematian Nabi SAW kaum muslimin akan hancur binasa.
Nabi SAW dikala itu selain kena lemparan batu dari pihak musuh, beliaupun dilempari beberapa potong besi.
‘Utbah bin Abu Waqqash melempari potongan besi kepada beliau dan lemparan itu ada yang tepat mengenai wajah Nabi, maka muka beliau luka-luka dan salah satu gigi seri beliau patah.
Kemudian datanglah Ibnu Qami’ah dengan melemparkan dua potong besi dan lemparan itu tepat mengenai pipi Nabi SAW, dan besi itu masuk menembus bagian dalam pipi beliau, karena dari kerasnya lemparan itu.
Kemudian Abdullah bin Syihab melempari batu dengan sekeras-kerasnya ke arah Nabi SAW sehingga dahi beliau luka parah dan mengalirkan darah dan gigi beliau yang telah pecah masuk menembus daging bibir beliau.
Demikianlah terus menerus Nabi SAW selalu dilempari batu dan lainnya oleh fihak musyrikin Quraisy, dan dengan berbagai cara mereka berusaha mendesak hendak mendobrak dan menerobos tempat yang berbenteng tubuh para shahabat itu.
Diriwayatkan, bahwa pada saat itu juga datanglah Ubay bin Khalaf, seorang yang terkenal penentang dan memusuhi Nabi SAW dengan memakai topeng (tutup muka) dari besi dan memakai baju besi dengan menunggang kudanya yang bernama Al-‘Udz ke tempat Nabi, sengaja hendak membunuh Nabi. Maka ketika ia sudah mendekati tempat yang sedang ramai dipertahankan oleh para shahabat Nabi yang gagah berani tersebut, ia terus menyerang beliau SAW dengan pedangnya, tetapi ditangkis oleh salah seorang shahabat Nabi yang ada di tempat itu, lalu shahabat itu dibunuhnya. Kemudian berkata dengan sombong, “Mana orang yang mengaku dirinya Nabi itu, lawanlah aku. Jika ia benar-benar seorang Nabi, tentu aku dibunuh olehnya. Majulah melawan aku !”. Lalu ia berkata, “Mana Muhammad ?  Aku tidak selamat kalau kamu selamat. Aku tidak selamat, kalau kamu selamat !”. Nabi SAW setelah mendengar suara Ubay yang congkak itu, dengan tenang memerintahkan para shahabat supaya membiarkannya datang ke tempat beliau berada, karena dia akan dibunuh sendiri oleh beliau. Kemudian Nabi mengambil tombak kepunyaan Harits bin Ash-Shammah, dan dengan cepat beliau menyerang lebih dahulu, sebelum ia menyerang kepada beliau sehingga dia berputar-putar di atas kudanya.
Di lain riwayat diceritakan : Ketika itu beliau menngambil tombak shahabat Al-Harits bin Ash-Shammah, lalu segera menusukkan ke batang leher Ubay bin Khalaf, yaitu satu-satunya bagian anggota yang terbuka antara baju besi dan topi besinya. Ia lalu jatuh dari kudanya, tetapi belum sampai tewas, kemudian ia segera bangun dan naik lagi di atas kudanya dan melarikan diri kembali ke pasukannya. Akhirnya ia mati karena lukanya sewaktu di tengah perjalanan kembali ke Makkah, di suatu tempat yang bernama Saraf.
Menurut riwayat, bahwa pada saat Nabi mendapat luka parah itu, beliau bersabda :
كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ
Bagaimana akan berbahagia suatu kaum yang telah melukai Nabi mereka ?. [HR. Bukhari Muslim dari Anas RA]
Dan beliau bersabda pula :
اِشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى مَنْ قَتَلَهُ النَّبِيُّ فِى سَبِيْلِ اللهِ، اِشْتَدَّ غَضَبُ اللهِ عَلَى قَوْمٍ دَمَّوْا وَجْهَ نَبِيِّ اللهِ.
Amat keras murka Allah atas orang yang dibunuh oleh Nabi di jalan Allah, dan amat keras murka Allah atas orang-orang yang melukai wajah Nabi Allah. [HR. Bukhari dari Ibnu Abbas RA]
Sehubungan dengan lemparan batu yang amat derasnya dari pihak lawan atas diri beliau, maka dikala itu beliau berusaha untuk menghindarkan diri, berjalan perlahan-lahan dari tempatnya. Namun dengan taqdir Allah baru saja berjalan beberapa langkah, beliau jatuh ke dalam sebuah lobang dalam tanah yang digali oleh seorang pihak lawan yang bernama Abu ‘Amir Ar-Rahib. Memang Abu ‘Amir sengaja memasang jebakan untuk tentara muslimin terutama diri beliau SAW. Saat itu beliau kelihatan semakin payah, karena terjebak ke dalam lobang tadi, sehingga beliau pingsan serta luka di kedua lututnya. Dengan cepat ‘Ali bin Abi Thalib dan Thalhah bin ‘Ubaidillah datang menolong beliau, dan diangkatlah oleh kedua shahabat ini sampai beliau dapat bangun berdiri sendiri, kemudian beliau dapat berdiri lagi dengan tegak sebagaimana biasa.
Kemudian tentara muslimin terus siap sedia dan sudah teratur kembali dan menduduki tempat-tempat yang baik untuk menahan serangan musuh. Kaum muslimin setelah banyak yang mengetahui bahwa Nabi SAW sudah menderita sedemikian beratnya, dan diantara  pahlawan mereka sudah banyak yang mati terbunuh oleh musuh, maka mereka serentak bergerak dengan semangat yang bergelora dan dengan penuh keberanian yang luar biasa terus mengadakan serangan serentak terhadap musuh.
Kemudian Nabi SAW berjalan untuk mencari air di tempat yang dekat untuk membasahi muka dari darah bekas luka dan kotoran-kotoran yang ada pada tubuhnya. Disana beliau mendapati air yang berbau, maka beliau tidak mau meminumnya, hanya mengambil sekedarnya dipergunakan untuk membersihkan dan mencuci bekas luka-lukanya. Dan dari tempat itu beliau mendadak dapat mengetahui, bahwa di sebelah atas ada beberapa orang Quraisy yang sedang mengintai dan menanti kesempatan untuk menyerang dan membinasakan beliau. Oleh sebab itu, beliau lalu memerintahkan beberapa orang shahabatnya supaya mengusir mereka dengan segera, dan akhirnya mereka dapat diusir dari tempat itu.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak