Ahad,
04 Juni 2000/01 Rabi’ul awwal 1421
Brosur no. : 1037/1077/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-79)
Setelah
tentara musyrikin mengetahui bahwa tentara muslimin sudah bangun kembali,
akhirnya mereka mundur, dan peperangan dihentikan. Maka pertempuran agak reda,
dan pukulan tentara musyrikin juga sudah nampak jauh berkurang sehingga tentara
muslimin dan Nabi SAW dapat beristirahat.
Diriwayatkan,
bahwa ketika Nabi SAW dan para shahabatnya tengah melepaskan lelah di atas
bukit, membalut dan mengobati luka-luka mereka, tiba-tiba Khalid bin Walid dan
pasukan yang dipimpinnya naik untuk meneruskan serangan kepada tentara muslimin.
Setelah mengetahui gerakan musuh yang mendadak itu, lalu ‘Umar bin Khaththab
mengerahkan barisan pasukan Islam yang dibawah pimpinannya, hingga tentara
Khalid bin Walid terusir.
Kemudian
Abu Sufyan, panglima perang pihak Quraisy naik ke atas bukit Uhud lalu berseru
dengan suara yang keras :
قَالَ
اَبُوْ سُفْيَانُ: اَ فِى اْلقَوْمِ مُحَمَّدٌ؟ ثَلاَثًا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
ص: لاَ تُجِيْبُوْهُ ! ثُمَّ قَالَ: اَ فِى اْلقَوْمِ ابْنُ اَبِى قُحَافَةَ؟
ثَلاَثًا. ثُمَّ قَالَ: اَ فِى اْلقَوْمِ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّاب؟ ثَلاَثًاِ. ثُمَّ
اِلْتَفَتَ اِلَى اَصْحَابِهَ فَقَالَ: اَمَّا هؤُلاَءِ فَقَدْ قُتِلُوْا. فَقَالَ
عُمَرُ: كَذَبْتَ اَيْ عَدُوَّ اللهِ، قَدْ اَبْقَى اللهُ لَكَ مَا يُخْزِيْكَ.
قَالَ: اُعْلُ هُبَلْ ! اُعْلُ هُبَلْ ! فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قُوْلُوْا:
اَللهُ اَعْلَى وَ اَجَلُّ ! فَقَالَ اَبُوْ سُفْيَانَ: اِنَّ لَنَا اْلعُزَّى وَ
لاَ عُزَّى لَكُمْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قُوْلُوْا: اَللهُ مَوْلاَنَا وَ لاَ
مَوْلىَ لَكُمْ. فَقَالَ اَبُوْ سُفْيَانَ: اَنْشُدُكَ اللهَ يَا عُمَرُ،
اَقَتَلْنَا مُحَمَّدًا؟ قَالَ عُمَرُ: اَللّهُمَّ لاَ، وَ اِنَّهُ لَيَسْمَعُ
كَلاَمَكَ. فَقَالَ: اَنْتَ اَصْدَقُ مِنِ ابْنِ قَمِئَةَ. هذَا بِيَوْمِ بَدْرٍ،
ثُمَّ قَالَ: وَ اْلحَرْبُ سِجَالٌ. اَمَا اِنَّكُمْ سَتَجِدُوْنَ فِى قَتْلاَكُمْ
مُمَثَّلَةً، وَ اللهِ مَا رَضِيْتُ وَ لاَ سَخِطْتُ وَ لاَ نَهَيْتُ وَ لاَ
اَمَرْتُ.
Abu
Sufyan bertanya, “Apakah di dalam kaum itu ada Muhammad ?”. Dia menanyakan yang
demikian tiga kali. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada para shahabat, “Jangan
dijawab !”. Lalu Abu Sufyan bertanya,
“Apakah dalam kaum itu ada Ibnu Abu Quhafah (Abu Bakar) ?”. Dia menanyakan yang
demikian itu tiga kali. Kemudian dia
bertanya, “Apakah dalam kaum itu ada ‘Umar bin Khaththab ?”. Dia
menanyakan yang demikian itu tiga kali. Kemudian dia menoleh kepada
teman-temannya dan berkata, “Ketahuilah, bahwa mereka itu semua telah terbunuh.
Lalu ‘Umar berkata, “Kamu dusta wahai musuh Allah, semoga Allah mengekalkan
apa-apa yang menghinakanmu”. Abu Sufyan berkata, “Hidup Hubal, hidup Hubal !”.
Rasulullah SAW bersabda kepada para shahabat : Katakanlah, “Allah yang Maha
Tinggi dan Maha Mulia”. Abu Sufyan menyahut, “Sesungguhnya kami mempunyai ‘Uzza,
dan kamu tidak punya ‘Uzza”. Nabi SAW bersabda kepada para shahabat :
Katakanlah, “Allah penolong kami, dan tidak ada penolong bagimu !”. Abu Sufyan
berkata, “Aku bersumpah kepada Allah hai ‘Umar, bukankah Muhammad telah kami
bunuh ?”. ‘Umar menjawab, “Ya Allah, tidak. Sesungguhnya dia sekarang
mendengarkan perkataanmu”. Abu Sufyan berkata, “Engkau lebih benar daripada Ibnu
Qamiah”. “Ini adalah pembalasan dari hari (perang) Badr, dan perang itu silih
berganti. Ketahuilah, sesungguhnya kamu sekalian akan mendapati pada mayat-mayat
kalian yang dicincang, demi Allah, aku tidak senang pada hal itu, aku tidak
marah terhadap hal itu, aku tidak melarang dan tidak menyuruhnya”.
[Al-Kamil
fit tarikh 2:53]
Kemudian
Abu Sufyan menjanjikan kepada kaum muslimin untuk bertemu lagi pada tahun yang
akan datang. Abu Sufyan berkata :
اِنَّ
مَوْعِدَكُمْ بَدْرٌ لِلْعَامِ اْلقَابِلِ
Sesungguhnya
kami menjanjikan kepada kalian untuk betemu lagi di Badr pada tahun
depan.
Kemudian
Rasulullah SAW menyuruh kepada salah seorang shahabatnya untuk menjawab
:
نَعَمْ
هُوَ بَيْنَنَا وَ بَيْنَكُمْ مَوْعِدٌ
Ya,
itu merupakan janji antara kami dan kalian.
[Ibnu Hisyam 4:43]
17. Tentara musyrikin kembali ke Mekkah dan
kekejaman mereka
Menurut
riwayat, setelah pertempuran berakhir, dan sementara tentara muslimin masih
beristirahat di atas bukit Uhud, maka para perempuan Quraisy yang dikepalai oleh
Hindun (isteri Abu Sufyan) pergi ke tengah medan pertempuran dengan tujuan
memperlakukan mayat-mayat tentara muslimin secara kejam dan biadab karena belum
merasa puas terhadap tentara muslimin. Diantara perbuatan mereka ialah
memotong-motong hidung, telinga dan lain-lain dari anggota tubuh korban pihak
tentara muslimin, dan ada pula yang merusak tubuh. Kemudian potongan hidung,
telnga dan lain-lain tersebut dipergunakan oleh perempuan musyrikin untuk
kalung, gelang kaki dsb.
Mayat
Hamzah bin ‘Abdul-Muththalib setelah dibelah oleh Hindun, lalu jantung, hati dan
ususnya dikeluarkan dari perutnya. Bahkan diriwayatkan juga, bahwa Hindun waktu itu mengunyah hati Hamzah,
tetapi ia tidak bisa menelannya, lalu dimuntahkannya
kembali.
Demikianlah
di antara perbuatan mereka yang kejam, ganas dan biadab kepada mayat-mayat
tentara muslimin.
Sekalipun
peperangan telah berakhir, tetapi Nabi SAW masih ragu-ragu, karena beliau
berpendapat “amat mustahil kalau tentara yang begitu besar jumlahnya itu
mengundurkan diri dan tidak melangsungkan peperangan terhadap lawannya yang
sedikit jumlahnya serta dalam keadaan yang serba kurang”. Oleh karena itu, maka
Nabi SAW ketika itu menyuruh Ali bin Abi Thalib supaya menyelidiki dan mengawasi
gerak-gerik mereka. Beliau SAW bersabda kepada Ali, “Kalau mereka itu
menghela kuda-kudanya ke arah selatan dan mengendarai unta-untanya, maka mereka
itu kembali ke Makkah, dan kalau mereka mengendarai kuda-kudanya ke arah utara
dan menghalau unta-untanya, maka mereka itu menuju ke Madinah. Maka dari itu
hendaklah kamu lihat betul-betul dan perhatikanlah. Demi Dzat yang diriku di
tangan-Nya, jika mereka itu hendak menuju ke Madinah, niscaya akan saya tawan
disana dan saya hancur-binasakan”.
Setelah
menerima perintah dari Nabi SAW yang demikian itu lalu Ali bin Abu Thalib
berangkat menyelidiki ke tempat mereka dengan sembunyi-sembunyi. Setelah
kembali, Ali bin Abu Thalib melaporkan hasil penyelidikan kepada Nabi SAW, bahwa
mereka telah menghela kuda-kuda mereka ke arah selatan dan mengendarai unta-unta
mereka. Dengan ini teranglah bahwa mereka kembali ke
Makkah.
Sebelum
tentara musyrikin Quraisy meninggalkan tempat, mereka menguburkan orang-orangnya
yang tewas di Uhud lebih dulu.
Tentara
musyrikin kembali ke Makkah dengan tidak membawa seorang tawananpun dan tidak
pula membawa harta rampasan. Adapun tentara muslimin ketika itu masih tetap
duduk di tempat masing-masing, sebelum tentara Quraisy betul-betul telah kembali
ke Makkah.
18. Nabi memerintahkan tentara muslimin supaya
menyelidiki dan menguburkan para shahabat yang gugur di Uhud
Ketika
pertempuran baru saja selesai, pihak tentara muslimin dan Nabi SAW sendiri telah
mengetahui dari atas bukit Uhud, bahwa antara pihak tentara musyrikin ada yang
melakukan kekejaman dan keganasan terhadap sebagian mayat-mayat tentara muslimin
dengan tombak-tombak dan pedang-pedang mereka. Dan dikala itu pula Nabi SAW
melihat sendiri dari jauh bahwa diantara tentara musyrikin Quraisy ada yang
melakukan kekejaman dengan tombak-tombak kepada salah seorang korban di Uhud
dari golongan shahabat Anshar yang terkenal, yaitu Sa’ad bin Rabi’. Oleh sebab
itu dikala itu Nabi SAW bersabda kepada tentara muslimin, “Siapa yang mau
pergi melihat Sa’ad bin Rabi’ ia masih hidup ataukah ia telah tewas ?”. Ubay
bin Ka’ab menyatakan kesediaannya untuk pergi melihat kawannya yang menjadi
korban itu.
Shahabat
Ubay bin Ka’ab lalu pergi ke tempat yang telah ditunjukkan oleh Nabi, dan
sesampainya di tempat tersebut ia menjumpai Sa’ad bin Rabi’ sudah tergolek
diantara orang-orang yang telah gugur, tetapi masih ada nafasnya. Ia kena dua
belas tusukan tombak musuh. Ubay berkata kepadanya, “Saya datang kepadamu
dengan membawa perintah Nabi SAW untuk melihat apakah saudara masih hidup
ataukah sudah mati”. Sa’ad menjawab dengan suara yang sangat pelan, “Saya
termasuk dari pada golongan orang yang akan mati”.
Selanjutnya
Sa’ad berkata, “Sampaikanlah kepada Rasulullah SAW salam saya, dan katakanlah
kepada beliau : Sa’ad bin Rabi’ menyampaikan terima kasih kepada engkau, semoga
Allah memberi balasan kepada engkau dengan sebaik-baik balasan dari ummatnya.
Kemudian sampaikanlah salam saya kepada kaummu, dan katakanlah kepada mereka :
Sesungguhnya Sa’ad bin Rabi’ berwashiyat kepada kalian : Sesungguhnya tidak ada
alasan bagi kalian di sisi Allah, jika ada gangguan sampai kepada Nabi,
sedangkan kamu masih hidup”. Kemudian Sa’ad bin Rabi’ gugur. Kemudian Ubay
bin Ka’ab pun menyampaikan pesan tersebut kepada Rasulullah
SAW.
Selanjutnya
dalam penyelidikan para korban di Uhud, tentara muslimin mengetahui pula bahwa
mayat shahabat Anas bin Nadlr, seorang shahabat Anshar yang tidak sedikit
jasanya bagi Islam dan Nabinya, keadaan mayatnya sudah tidak dapat dikenali lagi
oleh kebanyakan orang, karena sudah dalam keadaan hancur lantaran bekas tombak
dan pedang musuh lebih dari 80 luka banyaknya di sekujur tubuhnya. Mayatnya
hanya dapat dikenali oleh saudara perempuannya dari ciri-ciri di jari
telunjuknya. Dengan demikian barulah dikenal benar-benar, bahwa itu mayat Anas
bin Nadlr.
Demikianlah,
diantara hasil penyelidikan mayat-mayat para tentara muslimin yang gugur sebagai
syahid dalam pertempuran di Uhud, yang selanjutnya Nabi SAW memerintahkan
terhadap para syuhada Uhud itu supaya diamat-amati dulu oleh sebagian tentara
muslimin sampai ada perintah dari beliau supaya
dikuburkan.
Setelah
tentara musyrikin kembali ke Makkah, lalu beliau beserta tentara muslimin
mencari jenazah Hamzah RA. Tidak berapa jauh dari tempat yang diduduki oleh
beliau, ditemukan jenazah shahabat Hamzah di dalam jurang Uhud dalam keadaan
sangat mengerikan. Yakni perutnya telah terbelah, hidung dan kedua telinganya
telah dipotong. Setelah Nabi SAW melihat jenazah Hamzah dalam keadaan yang
sangat mengerikan itu lalu bersabda, “Wahai pamanku, sekali-kali aku belum
pernah melihat suatu penderitaan seperti
penderitaan yang telah kau derita ini, dan belum pernah aku berdiri di suatu
tempat yang aku lebih marah dari pada tempat yang aku berdiri sekarang ini. Demi
Allah ! Jikalau nanti pada suatu saat,
Allah telah memberi kemenangan kepadaku dan mengalahkan mereka, niscaya
aku perberbuat yang seperti ini yang belum pernah diperbuat oleh seorangpun dari
bangsa Arab”.
Setelah
Nabi SAW mengetahui keadaan jenazah shahabat Hamzah yang diperlakukan begitu
kejam, maka beliau sangat marah. Dan setelah tentara muslimin melihat kemarahan
dan kesedihan Nabi SAW seperti itu, lalu mereka menyatakan bahwa nanti pada lain
waktu jika dapat membunuh kaum Quraisy dalam peperangan, perlu diperbuat yang
semacam itu juga. Sakit hati beliau waktu itu tidak terhingga sampai beliau
berulang-ulang mengalirkan air mata. Kemudian Allah menurunkan wahyu yang
berbunyi :
وَ
اِنْ عَاقِبْتُمْ فَعَاقِبُوْا بِمِثْلِ مَا عُوْقِبْتُمْ بِه، وَ لَئِنْ
صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لّلصّبِرِيْنَ. وَ اصْبِرْ وَ مَا صَبْرُكَ اِلاَّ
بِاللهِ وَ لاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَ لاَ تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مّمَّا يَمْكُرُوْنَ.
اِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَ الَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَ.
النحل:126-128
Dan
jika kamu memberikan balasan, maka alaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bershabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang shabar. Bershabarlah (hai Muhammad)
dan tiadalah keshabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah
kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
[An-nahl 126-128]
Oleh
karena pada saat itu orang-orang perempuan dari tentara muslimin ada yang ikut
peperangan membantu dan menolong mengambilkan air minum, dan membikin
obat-obatan bagi yang luka-luka, yang diantara mereka ialah ‘Aisyah (istri
Nabi), Fathimah (putri Nabi), Ummu Umarah (Nasibah binti Ka’ab), Shafiyyah binti
‘Abdul Muththalib (ibu Zubair dan saudara shahabat Hamzah), Ummu Sulaim (Ibu
shahabat Anas), maka setelah peperangan selesai, dan setelah beliau melihat
shahabat Hamzah, lalu menyuruh shahabat Ali supaya Shafiyyah pulang ke Madinah
lebih dahulu, karena beliau berpendapat, bahwa apabila Shafiyyah melihat jenazah
saudaranya lelaki (shahabat Hamzah) yang seperti itu, sudah barang tentu sedih
sekali. Setelah Ali RA berangkat menemui Shafiyyah lalu mengatakan segala apa
yang diperintahkan oleh Nabi. Waktu itu Shafiyyah dengan tangkas menjawabnya,
“Untuk apa aku kembali ? Aku telah dengar, bahwa tubuh saudaraku (Hamzah)
dipotong-potong oleh kaum Quraisy, maka dari itu aku akan melihat dahulu sebelum
aku kembali”.
Shahabat
Ali RA menjawab, “Nanti kamu tidak tahan dan tidak ridla jika melihat jenazah
Hamzah”. Shafiyyah menyahut, “Mengapa begitu ? Aku lebih ridla jika
(Hamzah) diperbuat begitu karena jalan Allah dan aku lebih sabar, insyaa Allah
!”.
Ketika
itu shahabat ‘Ali RA datang ke hadapan Nabi dan menuturkan kemauan Shafiyyah
tersebut, maka dari itu beliau lalu berkata kepada shahabat Ali RA, “Baiklah
dan biarlah ia datang melihat”.
Setelah
Shafiyyah datang melihat jenazah Hamzah dan mendoakannya, lalu Nabi SAW
memerintahkan agar jenazah shahabat Hamzah dikuburkan dan beliau memerintahkan
mengubur semua tentara muslimin yang terbunuh. Maka tentara muslimin mengerjakan
dengan seksama.
Setelah
tahu bahwa badan Nabi banyak yang luka, maka Fathimah segera membasuhnya dengan
air. Shahabat Ali yang mengucurkan airnya, sedang Fathimah yang membasuhnya.
Tetapi setelah Fathimah melihat, bahwa dari sebagian luka-luka ayahnya ada yang
tidak henti-hentinya mengeluarkan darah, lalu ia mengambil potongan tikar lalu
dibakarnya, kemudian abunya dibubuhkan pada luka-luka yang berdarah itu. Dan
sebab kecerdikan Fathimah, seketika itu luka-luka beliau yang berdarah tersebut
lalu berhenti mengalirkan darah.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak