Ahad,
27 Juni 1999/13 Rabiul Awwal 1420 Brosur no. :
988/1028/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-63)
1.
Asal mula kejadian perang Badr
Diriwayatkan,
bahwa setelah terjadinya perampasan oleh 'Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawan
sebagaimana riwayat terdahulu, maka kaum musyrikin Quraisy ketika itu sangat
marah terhadap kaum muslimin. Oleh sebab itu pada saat mereka akan mengadakan
angkatan perdagangan ke negeri Syam, mereka berjaga-jaga, sebab perjalanan
perdagangan mereka pergi dan pulangnya melalui kota Madinah, padahal waktu itu
kota Madinah sudah menjadi kotanya kaum muslimin.
Pada
suatu hari Nabi SAW mendapat khabar, bahwa kafilah kaum Quraisy dengan muatan
dagangan dari Makkah sedang berangkat menuju ke negeri Syam sebagaimana biasa.
Angkatan tersebut diikuti 30 orang Quraisy dan dikepalai oleh Abu Sufyan bin
Harb. Adapun banyaknya unta yang membawa dagangan ada 1.000 ekor dan dagangan
yang dimuat seharga 50.000 dinar.
Setelah
menerima khabar yang demikian itu Nabi SAW lalu berangkat keluar dari Madinah
dengan diiringkan sebagian dari shahabat-shahabatnya untuk mencegat mereka.
Tetapi pada waktu itu kafilah tersebut telah berjalan melalui kota Madinah,
sehingga tidak bertemu dengan Nabi SAW. Oleh sebab itu mereka lalu
ditunggu-tunggu kembalinya dari kota Syam oleh Nabi SAW dan kaum
muslimin.
Kemudian
pada sautu hari Nabi SAW menerima khabar bahwa kafilah mereka tengah kembali
dari negeri Syam, dan akan pulang ke Makkah, dan sudah tentu tidak lama lagi
akan melalui daerah kota Madinah. Nabi SAW lalu memerintahkan kepada kaum
muslimin supaya mengawasi angkatan kaum Quraisy yang sedang kembali dari Syam
tersebut. Oleh sebagian kaum muslimin, perintah Nabi SAW itu ada yang
menyambutnya dengan segera, dan oleh sebagian lagi perintah Nabi SAW itu tidak
dihiraukan, karena disangka oleh mereka, bahwa Nabi SAW tidak akan berperang,
tetapi hanya akan menakut-nakuti kafilah kaum Quraisy
tersebut.
Kemudian
pada tanggal 3 bulan Ramadlan tahun ke 2 H, sesudah Nabi SAW menyerahkan
pimpinan kota Madinah kepada shahabat 'Abdullah bin Ummi Maktum,
berangkatlah Nabi SAW bersama tentara Islam sebanyak 313 orang yang terdiri dari
82 orang Muhajirin dan 231 orang Anshar dengan bersenjata lengkap. Pasukan kaum
muslimin tersebut mengendarai 70 unta, sehingga satu ekor unta ada yang dinaiki
dua, tiga atau empat orang bergantian. Bendera Islam ketika itu warnanya putih
dan dibawa oleh shahabat Mush'ab bin 'Umair. Dan ada lagi yang di muka kendaraan
Nabi dua bendera yang lebih kecil dan berwarna hitam dibawa oleh 'Ali bin Abu
Thalib dan Sa'ad bin Mu'adz.
Setelah
perjalanan Nabi SAW dan kaum muslimin sampai di suatu tempat dekat dusun
Shafra', lalu berhenti. Kemudian Nabi SAW menyuruh Busais bin 'Amr Al-Juhani dan
'Adi bin Abu Zaghba' Al-Juhani supaya menyelidiki dan mendengar-dengarkan khabar
kafilah kaum Quraisy yang dikepalai Abu Sufyan bin Harb
tesebut.
Kemudian
Busais memberitahukan bahwa rombongan Abu Sufyan dan kawan-kawannya sudah
berjalan menuju Badr. Namun keberangkatan Nabi SAW bersama kaum muslimin itu
diketahui oleh Abu Sufyan. Maka ia lalu minta tolong kepada seorang yang bernama
Dhamdham bin 'Amr Al-Ghifari supaya lekas menyampaikan khabar yang
mengkhawatirkan itu kepada para ketua dan kepala kaum Quraisy di Makkah.
Kemudian Dhamdham segera berangkat ke Makkah. Setelah tiba, ia menyampaikan
khabar adanya rintangan yang dihadapi kafilah kaum Quraisy tersebut yang
diperbuat oleh Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya.
2.
Angkatan tentara kaum musyrikin Quraisy
Setelah
para kepala dan ketua kaum musyrikin Quraisy di Makkah mendengar berita yang
dikirim oleh Abu Sufyan dengan perantaraan Dhamdham tersebut, maka seketika itu
juga mereka lalu bersiap mengumpulkan tentara, serta menyediakan alat-alat
peperangan lengkap.
Setelah
mereka mengumpulkan tentara sebanyak 950 orang (dalam lain riwayat 1.000 orang),
dan masing-masing dengan bersenjata lengkap, lalu berangkat menuju ke tempat
yang biasa dilalui oleh kafilah mereka. Pada waktu itu tidak ada orang laki-laki
Quraisy yang gagah berani yang tidak ikut menjadi tentara, dan jikalau terpaksa
tidak ikut, maka ia menyuruh seorang laki-laki lain sebagai wakilnya. Begitu
juga para kepala dan ketua Quraisy tidak ada yang ketinggalan menjadi pahlawan
tentaranya, melainkan Abu Lahab yang tidak ikut. Ia terpaksa tidak ikut karena
sudah merasa takut, tetapi ia menyuruh seorang laki-laki Quraisy sebagai
wakilnya dengan membayar 4.000 dirham. Orang tersebut bernama 'Ash bin Hisyam.
Menurut riwayat, 'Ash adalah seorang pedagang, tetapi ia mempunyai pinjaman
sebesar 4.000 dirham kepada Abu Lahab. Maka pada waktu itu karena ia sanggup
menjadi wakilnya, maka hutang tersebut dibebaskan oleh Abu
Lahab.
Dari
1.000 orang tadi yang berkuda ada 100 orang, dan yang berkendaraan unta ada 700
orang, dan ada 12 orang dari kepala Quraisy yang diserahi urusan makanan dan
minuman bagi pasukan. Demikianlah mereka berangkat dengan membawa
penyanyi-penyanyi wanita, penabuh-penabuh rebana dan perempuan-perempuan
ronggeng yang mereka pergunakan untuk bersenang-senang.
Dengan
penuh kesombongan dan kecongkakan, mereka akan bertempur dengan kaum
muslimin.
Adapun
tentara Islam yang dikepalai Nabi SAW ketika itu terus berjalan mencari kafilah
Abu Sufyan. Tetapi setelah sampai di suatu tempat yang berdekatan dengan dusun
Badr, terdengar khabar oleh Nabi SAW bahwa kafilah yang sedang dicarinya itu
telah lewat dengan mengambil jalan di tepi laut sehingga tidak bertemu dengan
tentara Islam.
Setelah
perjalanan Nabi SAW sampai di suatu lembah yang bernama Dzafiran (suatu lembah
dekat dusun Shafra'), Nabi SAW terperanjat dan seketika itu turun dari kendaraan
dan tentara Islam berhenti, karena Nabi SAW menerima khabar, bahwa kaum Quraisy
telah memberangkatkan pasukan tentaranya dari Makkah menuju
Badr.
Pasukan
tentara Quraisy yang dari Makkah pada waktu itu dikepalai oleh Abu Jahl bin
Hisyam, maka ketika perjalanan Abu Sufyan telah selamat dari bahaya dan dapat
terlepas dari ancaman kaum muslimin, lalu Abu Sufyan menyuruh orang supaya
menyusul tentara Quraisy yang dikepalai oleh Abu Jahl tersebut memberitakan agar
tentara Quraisy kembali saja ke Makkah, jangan meneruskan perjalanannya dan
jangan sampai bertempur dengan pengikut Muhammad, karena kafilah Abu Sufyan
telah datang dengan selamat.
Permintaan
Abu Sufyan kepada Abu Jahl tersebut tidak dihiraukan oleh Abu Jahl, bahkan ia
menjawab dengan sombong, "Kita tidak akan kembali sebelum sampai di Badr.
Sekalipun kafilah kita telah sampai di Makkah dengan selamat, tetapi kita harus
meneruskan perjalanan kita sampai di Badr".
Setelah
mereka sampai di Badr, mereka berdiam di situ selama tiga hari tiga malam dengan
kesombongannya dan mereka mengejek kaum muslimin. Mereka bersuka-ria,
bernyanyi-nyanyi, bersenang-senang dengan perempuan-perempuan ronggeng yang
dibawanya, meminum minuman keras dan lain sebagainya. Mereka merasa bahwa
tentaranya lebih kuat, senjatanya lebih lengkap dan telah mendapat tempat yang
baik di Badr. Andaikan terjadi perang tentu mereka akan
menang.
3.
Nabi SAW mengadakan permusyawaratan
Setelah
Nabi SAW menerima khabar, bahwa tentara Quraisy dari Makkah telah siap untuk
melawan kaum muslimin dengan kesombongan dan kecongkakannya, maka Nabi SAW
segera mengadakan permusyawaratan bersama pasukannya, karena waktu itu Nabi SAW
merasa khawatir, kalau terjadi perang dengan tentara Quraisy lalu dari
tentaranya ada yang mengundurkan diri, mengingat bahwa asal mulanya berangkat
dari Madinah untuk mengejar kafilah yang dikepalai oleh Abu Sufyan, sedangkan
kafilah itu telah lewat. Oleh sebab itu dalam hati Nabi SAW timbul perasaan
bahwa sebagian dari tentaranya tidak suka bertempur dengan tentara Quraisy. Juga
Nabi SAW tahu, diantara tentara Islam sudah tentu ada yang berperasaan bahwa
kafilah yang dikejar sudah lewat. Dan pasukan tentara Quraisy itu begitu besar,
boleh dikata lipat tiga kali dari tentara Islam, lagi pula alat perangnya pun
lebih lengkap daripada senjata tentara Islam. Begitu pula tentang kepandaian
berperang, karena mereka itu sudah berpengalaman. Maka dari itu sebelum terjadi
sesuatu di kalangan tentara Islam, dengan kebijaksanaan beliau sebagai seorang
Nabi dan pesuruh Allah, lalu beliau mengadakan permusyawaratan bersama
tentaranya. Dalam permusyawaratan itu Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya kaum
(Quraisy) telah keluar dari Makkah dengan bersusah payah dan dengan
secepat-cepatnya, maka dari itu sekarang bagaimana tanggapan kalian. Mana yang
lebih kalian sukai, angkatan perdagangan Quraisy, atau pasukan tentara Quraisy
?".
Pada
waktu itu sebagian kaum muslimin menjawab, "Angkatan perdagangan
Quraisy yang lebih kami sukai daripada bertempur dengan
musuh".
Ada
pula yang berkata, "Ya Rasulullah, lebih baik tuan (mengejar) perdagangan
Quraisy saja, dan tinggalkanlah musuh".
Dan
ada pula yang berkata, "Mengapa tuan menyebut perang kepada kami, sehingga
kami takut padanya ? Sesungguhnya kita keluar (dari Madinah ini) untuk mengejar
angkatan perdagangan, bukan untuk berperang".
Dengan
jawaban ini nyatalah apa yang dikhawatirkan oleh Nabi SAW. Seketika itu juga
berubahlah muka Nabi dan beliau tampak susah. Kemudian shahabat Abu Bakar RA
berkata, "Ya Rasulullah, lebih baik kita bertempur dengan
musuh".
Shahabat
'Umar setelah mendengar perkataan Abu Bakar RA tersebut lalu berkata, "Ya
Rasulullah, memang lebih baik bagi kita bertempur dengan
musuh".
Sekalipun
demikian, waktu itu ada pula seorang shahabat yang berkata, "Tidak, demi
Allah ! kita tidak ada kekuatan untuk berperang dengan kaum (Quraisy). Kita
keluar ini hanya akan mengejar angkatan perdagangan
Quraisy".
Pada
waktu itu shahabat Miqdad bin Aswad berdiri lalu berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِمْضِ لِمَا اَمَرَكَ اللهُ ! فَوَ اللهِ، لاَ
نَقُوْلُ لَكَ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ اِسْرَائِيْلَ لِمُوْسَى. اِذْهَبْ اَنْتَ وَ
رَبُّكَ فَقَاتِلاَ اِنَّا ههُنَا قَاعِدُوْنَ. اِذْهَبْ اَنْتَ وَ رَبُّكَ
فَقَاتِلاَ اِنَّا مَعَكُمَا مُقَاتِلُوْنَ. وَ اللهِ لَوْ سِرْتَ بِنَا اِلَى
بَرْكِ اْلغَمَادِ لَجَالَدْنَا مَعَكَ مِنْ دُوْنِهِ حَتَّى
تَبْلُغَهُ.
Ya
Rasulullah, teruskanlah apa yang Allah telah perintahkan kepada tuan. Maka kami
beserta tuan. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada tuan seperti perkataan
kaum bani Israil kepada Nabi Musa (pada jaman dahulu), "Pergilah kamu bersama
Tuhanmu, maka berperanglan kamu berdua, sesungguhnya kami akan duduk termenung
di sini saja". Akan tetapi kami berkata kepada tuan (sekarang), "Pergilan tuan
bersama Tuhan mu. Dan berperanglah tuan bersama Tuhan mu. Sesungguhnya kami
bersama tuan dan Tuhan. Kami ikut berperang. Demi Allah, jikalau tuan berjalan
membawa kami sampai ke desa Barqul Ghamad, niscaya kami tetap berjuang bersama
tuan dari pada memilih lainnya sehingga tuan sampai padanya".
Lalu
Nabi SAW melihat muka shahabat Sa'ad bin Mu'adz (seorang kepala dari shahabat
Anshar), maka shahabat Sa'ad berdiri lalu berkata, "Barangkali tuan
berkehendak kepada kami golongan Anshar, ya Rasulullah
?".
Nabi
SAW bersabda, "Ya". Shahabat Sa'ad bin Mu'adz RA berkata
:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّا قَدْ آمَنَّا بِكَ وَصَدَّقْنَاكَ
وَشَهِدْنَا اَنَّ مَا جِئْتَ بِهِ هُوَ اْلحَقُّ. وَ اَعْطَيْنَاكَ عَلَى ذلِكَ
عُهُوْدَنَا وَ مَوَاثِيْقَنَا عَلَى السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ، وَ لَعَلَّكَ يَا
رَسُوْلَ اللهِ تَخْشَى اَنْ نَكُوْنَ اْلاَنْصَارُ تَرَى عَلَيْهَا اَنْ
يَنْصُرُوْكَ اِلاَّ فِى دِيَارِهِمْ، وَ اِنِّى اَقُوْلُ عَنِ اْلاَنْصَارِ وَ
اُجِيْبُ عَنْهُمْ. اَمْضِ لِمَا شِئْتَ، وَصِلْ حِبَالَ مَنْ شِئْتَ، وَ خُذْ مِنْ
اَمْوَالِنَا مَا شِئْتَ، وَ مَا اَخَذْتَ مِنَّا اَحَبُّ اِلَيْنَا مِمَّا
تَرَكْتَ، وَ مَا اَمَرْتَ فِيْهِ مِنْ اَمْرٍ نَتَّبِعُ لاَمْرِكَ فَامْضِ يَا
رَسُوْلَ اللهِ لِمَا اَرَدْتَ فَنَحْنُ مَعَكَ.
Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami telah percaya kepada tuan, dan kami telah
membenarkan tuan, dan kami telah meyakini, bahwa sesungguhnya segala apa yang
tuan datangkan itu benar, dan kami telah menyatakan yang demikian itu dengan
perjanjian kami yang seteguh-teguh perjanjian, ialah kami selalu mendengar dan
thaat. Barangkali tuan khawatir bahwa kaum Anshar itu tuan pandang tidak akan
menolong tuan, melainkan di negeri mereka sendiri. Dan sesungguhnya saya berkata
ini atas nama Anshar dan aku menjawab atas nama mereka. Maka dari itu
lanjutkanlah apa yang tuan kehendaki, dan sambunglah tali orang yang tuan
kehendaki, dan selamatkanlah orang yang tuan kehendaki, dan musuhilah orang yang
tuan kehendaki, dan ambillah harta benda kami mana yang tuan kehendaki. Dan apa
yang tuan ambil itu lebih kami sukai daripada barang yang tuan tinggalkan. Dan
apa yang telah tuan perintahkan dari suatu perkara, maka kami mengikut pada
perintah tuan. Maka dari itu teruskanlah ya Rasulullah, kepada segala apa yang
tuan kehendaki, kami selalu bersama tuan.
Di
lain riwayat shahabat Sa'ad mengakhiri ucapannya dengan kata-kata yang tegas
sebagai berikut :
فَوَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ لَوِ اسْتَعْرَضْتَ بِنَا هذَا
اْلبَحْرَ فَخُضْتَهُ لَخُضْنَاهُ مَعَكَ. وَ مَا تَخَلَّفَ مِنَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ
وَ مَا نَكْرَهُ اَنْ تَلْقَى بِنَا عَدُوَّنَا غَدًا اِنَّا لَصُبُرٌ فِى
اْلحَرْبِ صُدُقٌ فِى اللِّقَاءِ لَعَلَّ اللهَ يُرِيْكَ مِنَّا مَا تَقَرُّبِهِ
عَيْنُكَ فَسِرْ بِنَا عَلَى بَرَكَةِ اللهِ.
Demi
Tuhan yang telah mengutus engkau dengan haq, jika sekiranya tuan membawa kami ke
laut, lalu tuan mengarunginya, niscaya kami ikut mengarunginya bersama tuan, dan
tidak akan ada seorangpun dari kami yang ketinggalan. Dan kami tidak akan
segan-segan bahwa tuan bertemu dengan musuh kita besok pagi. Sesungguhnya
kamilah orang-orang yang amat tahan dalam peperangan serta sangat setia dalam
bertempur. Semoga Allah memperlihatkan kepada tuan apa-apa yang menyenangkan
penglihatan tuan dari kami. Oleh sebab itu, maka bawalah kami berjalan bersama
dengan barakah Allah.
Setelah
dari sahabat Muhajirin dan sahabat Anshar ada yang berkata demikian, maka
sebagian besar dari tentara Islam lalu berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، لاَ نَقُوْلُ كَمَا قَالَتْ بَنُوْ اِسْرَائِيْلَ،
وَلكِنْ نَقُوْلُ اِذْهَبْ اَنْتَ وَ رَبُّكَ فَقَاتِلاَ اِنَّا مَعَكُمَا
مُتَّبِعُوْنَ.
Ya
Rasulullah ! Kami tidak akan berkata kepada tuan seperti perkataan kaum bani
Isra'il, tetapi kami berkata, "Pergilah tuan bersama Tuhan, maka berperanglah
tuan berdua, sesungguhnya kami selalu ikut bersama tuan".
Setelah
mendengar tanggapan para shahabat seperti itu, maka bercahayalah muka Nabi SAW
dan tampak senang. Dan pada saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi
SAW.
كَمَا اَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِاْلحَقّ، وَ اِنَّ فَرِيْقًا
مّنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ لَكرِهُوْنَ. يُجَادِلُوْنَكَ فِى اْلحَقّ بَعْدَ مَا
تَبَيَّنَ كَاَنَّمَا يُسَاقُوْنَ اِلَى اْلمَوْتِ وَ هُمْ يَنْظُرُوْنَ. وَ اِذْ
يَعِدُكُمُ اللهُ اِحْدَى الطَّآئِفَتَيْنِ اَنَّهَا لَكُمْ وَ تَوَدُّوْنَ اَنَّ
غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُوْنُ لَكُمْ وَ يُرِيْدُ اللهُ اَنْ يُحِقَّ اْلحَقَّ
بِكَلِمَتِه وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكفِرِيْنَ. الانفال:5-7
Sebagaimana
Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya
sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya. (5) Mereka
membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang),
seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab
kematian itu). (6) Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah
satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu
menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan
Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir.
(7) [QS. Al-Anfaal : 5-7]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak