POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-64) 4. Nabi SAW Melanjutkan Perjalanan Menuju Badr.

Posted by

Ahad, 18 Juli 1999/04 Rabi'uts Tsani 1420                    Brosur no. : 991/1031/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-64)


4. Nabi SAW Melanjutkan Perjalanan Menuju Badr.
Setelah Nabi SAW bermusyawarah dengan para shahabatnya, beliau lalu meneruskan perjalanan, dan beliau bersabda :
اَبْشِرُوْا، فَاِنَّ اللهَ قَدْ وَعَدَنِى اِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ، وَ اللهِ لَكَأَنِّى اَنْظُرُ اِلَى مَصَارِعِ اْلقَوْمِ. الكامل 2:18
Bergembiralah karena sesungguhnya Allah telah memberikan janji kepadaku salah satu dari dua golongan. Demi Allah, sungguh sekarang ini aku seolah-olah melihat kepada tempat kebinasaan (kekalahan kaum Quraisy).
Berdasar perintah Nabi SAW itu, maka segenap kaum muslimin yang ikut serta di dalam perjalanan pada waktu itu dengan tulus ikhlash, berangkat menuju tempat yang dituju oleh Nabi SAW dan mereka selalu thaat dan patuh kepada apa yang diperintahkan Nabi.
Perhatian Nabi SAW ketika itu hanya ditujukan kepada pihak lawan yang akan dihadapinya, sambil berserah diri kepada Allah.
Nabi SAW dan tentaranya terus berjalan menuju Badr. Kemudian di tengah jalan beliau SAW bertemu dengan seorang tua dari bangsa ‘Arab. Ketika itu Nabi SAW bertanya kepadanya tentang kaum Quraisy dan tentang Nabi Muhammad SAW dan tentaranya, dan khabar apa yang sampai kepadanya tentang dua golongan tersebut.
Seorang ‘Arab tua tadi berkata, “Saya tidak akan memberitahu kepadamu berdua (yang dituju ialah Nabi SAW dan Abu Bakar), kecuali jika kamu berdua memberitahukan kepadaku terlebih dahulu siapakah kalian”. Nabi SAW menjawab, “Apabila kamu memberi khabar lebih dahulu kepada kami, nanti kami akan memberi khabar kepadamu". Orang ‘Arab tersebut berkata, “Apakah sebaiknya begitu ?”. Nabi SAW menjawab, “Ya”.
Orang tua tadi berkata, “Telah sampai khabar kepadaku, bahwa Muhammad dan tentaranya keluar dari Madinah pada hari anu dan tanggal sekian, maka jika orang yang mengkhabarkan kepadaku itu benar, tentu hari ini telah sampai di tempat ini dan ini (Yang dimaksud ialah tempat yang pada saat itu Nabi berada). Dan telah sampai khabar kepadaku, bahwa kaum Quraisy telah keluar dari Makkah pada hari anu dan tanggal sekian, maka jika khabar itu benar, tentu hari ini mereka telah sampai di tempat desa ini dan ini (Yang dimaksud ialah tempat yang pada waktu itu kaum Quraisy berada)”.
Kemudian Nabi dan Abu Bakar ditanya, “Nah, sekarang dari manakah kamu berdua ?“. Nabi SAW menjawab, “Dari air”    (نَحْنُ مِنْ مَاءٍ).
Kemudian Nabi SAW berpaling dan meninggalkannya. Akhirnya orang tua itu bertanya-tanya,   مَا مِنْ مَاءٍ، اَ مِنْ مَاءِ اْلعِرَاقِ ؟  “Dari air mana, apakah dari air negeri ‘Iraq ?”.
Padahal yang dimaksud Nabi SAW dengan perkataan air itu bukanlah air biasa, tetapi air asal kejadian manusia, ialah air nutfah. Akan tetapi orang ‘Arab itu tadi tidak mengerti yang dimaksud oleh Nabi SAW. Adapun nama orang tadi ialah Sufyan Adl-Dlamriy. Kemudian Nabi SAW kembali kepada tentaranya.
Pada sore hari beliau lalu menyuruh shahabat ‘Ali bin Abu Thalib, Zubair bin ‘Awwam dan Sa’ad bin Abu Waqqash supaya pergi ke tempat air di desa Badr, untuk mencari berita dan menyelidiki kedatangan kaum Quraisy.
Setelah sampai di tempat yang dituju, mereka bertemu dengan unta-unta kepunyaan kaum Quraisy yang sedang mencari air di tempat tersebut bersama penggembalanya, yaitu Aslam, budak dari bani Hajjaj dan ‘Aridl Abu Yasar dari bani ‘Aash. Kedua orang tersebut lalu ditangkap oleh Ali dan kawannya, lalu ditanya, “Hai, kamu disuruh siapa ?”. Kedua budak tersebut menjawab, “Kami disuruh oleh kaum Quraisy, dan kami tukang mengambil air untuk minum mereka dan binatang-binatang mereka”.
Setelah mendengar jawaban yang demikian itu, tiga shahabat tadi tampak tidak suka, karena mereka berharap supaya dua budak tersebut mengaku suruhan dari angkatan perdagangan yang dikepalai oleh Abu Sufyan yang sedang dicari oleh kaum muslimin. Sebab itu keduanya dipukuli bertiga.
Setelah dua orang budak tadi merasakan sakit, dan keduanya mengaku suruhan Abu Sufyan, lalu dilepaskan. Pada waktu itu Nabi SAW sedang mengerjakan shalat, setelah selesai kemudian beliau memanggil tiga shahabatnya tadi. Setelah mereka menghadap, Nabi SAW bersabda, “Mengapa kamu mengerjakan begitu ? Budak-budak itu ketika berkata benar kamu pukuli, dan ketika berdusta kamu lepaskan dan kamu tinggalkan ?. Demi Allah, sesungguhnya mereka itu adalah suruhan orang-orang Quraisy. Coba panggillah mereka agar memberi khabar kepadaku tentang kaum Quraisy”.
Lalu mereka dipanggil ke hadapan Nabi SAW dan ditanya tentang kaum Quraisy, maka jawabnya, “Demi Allah, keadaan kaum Quraisy sekarang ada di belakang jurang ini ...., dan di sebelah ini dan itu”. Lalu Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa kaum quraisy yang datang ?”. Mereka menjawab, “Banyak”. Nabi SAW bertanya, “Berapa bilangannya ?”. Mereka menjawab, “Kami tidak tahu”. Nabi SAW bertanya lagi, “Berapa ekor kambing yang disembelih tiap hari ?”. Mereka menjawab, “Tiap-tiap hari memotong 9 sampai 10 ekor kambing”.
Nabi SAW bersabda, kalau begitu, sudah barang tentu mereka itu antara 900 sampai 1000 orang banyaknya. Nabi SAW bertanya, “Siapa saja kepala-kepala dan ketua-ketua Quraisy yang ikut berangkat ?”. Mereka menjawab, “Kepala-kepala dan ketua-ketua Quraisy yang berangkat ialah : ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abul Bakhtary bin Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwailid, Harits bin ‘Amir, Thu’aimah bin ‘Ady, Nadlar bin Harits, Zam’ah bin Aswad, Abu Jahl bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Nufail bin Al-Hajjaj, Munabbih bin Al Hajjaj, Suhail bin ‘Amr dan ‘Amr bin ‘Abdul Wad”.
Kemudian mereka disuruh kembali, sedangkan Nabi SAW kembali kepada tentaranya, lalu bersabda, “Inilah Makkah, sungguh telah bertemu kepadamu sekalian sepotong jantung hatinya”.
5. Kekacauan tentara Quraisy di tengah jalan
Diriwayatkan, bahwa dalam perjalanan dikalangan tentara Quraisy telah timbul kekacauan yang hebat.
Bermula setelah angkatan perdagangan Quraisy yang dikepalai oleh Abu Sufyan telah dapat melepaskan diri dari kejaran pasukan kaum Muslimin, maka ketika sampai di dusun Juhfah, lalu Abu Sufyan menyuruh seseorang supaya menyusul tentara Quraisy dan mengkhabarkan kepada kepala tentara Quraisy bahwa Abu Sufyan meminta supaya tentara Quraisy kembali saja, jangan sampai meneruskan perjalanannya, karena apa yang dijaganya telahterlepas dari bahaya yang dikhawatirkan. Tetapi permintaan Abu Sufyan itu ditolak dengan keras dan penuh kesombongan oleh kepala pasukan Quraisy Abu Jahl bin Hisyam.
Abu Sufyan setelah menerima khabar penolakan Abu Jahl yang begitu sombong dan congkak itu, lalu berkata, “Inilah orang yang kelewat batas. Orang yang semacam itu tentu akan celaka dan akhirnya akan jatuh”.
Kemudian terjadi lagi satu keonaran yang hebat, yaitu : Juhaim bin Ash-Shalt, seorang dari Bani Abdul Muththalib yang ikut menjadi tentara Quraisy ketika berada di Juhfah, ia tertidur. Sewaktu terbangun ia berkata kepada kawannya, “Saya baru saja mimpi, antara tidur dan jaga tiba-tiba saya melihat seorang laki-laki yang berkendaraan kuda dan membawa unta, lalu berhenti di muka saya”.
Juhaim bin Ash-Shalt lalu berkata, “ ‘Utbah bin Rabi’ah akan mati terbunuh, begitu juga Syaibah bin Rabi’ah, Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahl), Umayyah bin Khalaf, Sifulan dan sifulan. Dia menyebutkan satu persatu tokoh-tokoh Quraisy  yang terbunuh pada perang Badar”.
Juhaim lalu melanjutkan cerita mimpinya, “Lalu orang tadi memukul unta pada tengkuk lehernya sehingga mengeluarkan darah yang banyak, dan unta tersebut lalu dilepaskan. Maka unta itu lalu berlari ke sana ke mari di tengah-tengah tentara Quraisy. Darah unta tersebut mengenai kemah-kemah tentara Quraisy, sehingga tidak ada satu  pun kemah tentara Quraisy yang tidak terkena darah”.
Kawan-kawan Juhaim yang mendengar perkataan semacam itu lalu menyahut, “Ah, itu omong kosong. Semuanya itu dari godaan syaitan saja”.
Kemudian apa yang dikatakan oleh Juhaim tadi terdengarlah oleh Abu Jahl, ‘Utbah dan lain-lainnya. Abu Jahl lalu datang menemui Juhaim seraya berkata, “Hai Juhaim, saya dengar katanya kamu mendatangkan khabar dusta kepada orang-orang banyak. Kamu akan tahu sendiri nanti, siapa yang akan mati terbunuh. Siapa yang akan kocar-kacir. Dan nanti mesti kamu akan melihat sendiri, siapa yang terbunuh, saya ataukah Muhammad”.
Selanjutnya Abu Jahl berkata kepada orang banyak, “Inilah Nabi dari Bani Muththalib”. Demikian perkataan Abu Jahl dengan sombongnya. Maka ketika itu dari sebab pengaruh Abu Jahl, sebagian besar dari tentara Quraisy timbul kebencian kepada Juhaim bin Ash-Shalt.
Kemudian timbul pula kejadian yang lain lagi di tengah perjalanan tentara Quraisy. Di antara tentara Quraisy pada waktu itu ada segolongan pasukan yang orang-orangnya terdiri dari kaum Bani Zuhrah yang dikepalai oleh seorang yang bernama Akhnas bin Syuraiq, banyaknya + 100 orang.
Ketika itu Akhnas berkata, “Jika kita mengikut kemauan Abu Jahl, kita akan mendapat kerugian yang banyak. Sekarang buat apa kita mengikut kemauan orang yang sombong !”. Akhnas lalu mengumpulkan kaumnya lebih kurang 100 orang tersebut dan diberitahu, Akhnas berkata, “Hai Bani Zuhrah ! Sekarang oleh karena Tuhan telah menyelamatkan harta benda dan pimpinan kita dari kejaran kaum Muhammad, angkatan perdagangan kita yang dikepalai oleh Abu Sufyan sekarang telah sampai di Makkah, pada hal kita keluar dari Makkah ini sengaja untuk menjaga keamanan angkatan perdagangan kita dfan menjaga Makhramah bin Naufal. Maka sekarang telah selamat semuanya, maka lebih baik kita kembali (pulang) saja, sebab sudah tidak berguna lagi bagi kita meneruskan perjalanan ini, dan akan sia-sia jika kita sampai bertempur dengan Muhammad”.
Akhnas memang seorang kepala dari Bani Zuhrah, maka sudah barang tentu semua perkataannya diikuti oleh kaumnya. Abu Jahl setelah mendengar perkataan Akhnas kepada kaumnya, lalu marah-marah kepadanya. Abu Jahl berkata kepadanya, “Mengapa kamu berani berkata kalau kamu sampai bertempur dengan Muhammad, kamu menganggap sia-sia ?”.
Akhnas menjawab, “Ya, sudah tentu. Kita masing-masing keluar dari Makkah ini tidak untuk bertempur dengan Muhammad dan kaumnya. Tetapi untuk menjaga angkatan perdagangan kita, maka dari itu apa gunanya kita bertempur dengan Muhammad ?”.
Abu Jahl berkata, “Sekalipun begitu, apakah kamu tidak mengerti, bahwa Muhammad itu seorang pendusta besar, penyesat orang banyak dan penipu yang licin”.
Akhnas berkata, “Saya mengerti. Tetapi pengertian saya tidak seperti pengertianmu. Saya mengerti bahwa Muhammad itu seorang yang terpercaya. Dia dari sejah kecil telah terkenal dengan nama “Al-Amin” bukan “Al-Khain”.
Kemudian Abu Jahl dan Akhnas bertengkar mulut, dan makin lama semakin ramai, lalu Akhnas mengundurkan diri. Dan akhirnya Akhnas membelakangkan diri dari barisan Quraisy bersama kaumnya, kemudian terus pulang ke Makkah. Jadi dalam peperangan di Badr, tidak ada seorang pun dari Bani Zuhrah yang ikut berperang.
6. Permohonan Nabi SAW Kepada Allah
Nabi SAW bersama tentara Islam setelah mendengar khabar dari budak kaum Quraisy tersebut dan beliau memperkirakan, bahwa tentara Quraisy lebih kurang ada 1000 orang, dan sudah tentu dengan bersenjata lengkap serta persediaan cukup. Maka waktu itu Nabi SAW mengingat bahwa tentaranya hanya 300 orang lebih sedikit, jadi sepertiganya tentara kaum Quraisy dengan senjata kurang lengkap, dan persediaan perang serba kurang. Oleh sebab itu untuk menebalkan iman tentaranya, dan untuk meneguhkan semangat barisannya, maka Nabi SAW lalu berdoa kepada Allah,
اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ حُفَاةٌ فَاحْمِلْهُمْ. اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ عُرَاةٌ فَاكْسُهُمْ. اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ جِيَاعٌ فَاَشْبِعْهُمْ. اَللّهُمَّ اِنَّهُمْ عَالَةٌ فَاَغْنِهِمْ.
“Ya Allah ! Sesungguhnya mereka (tentara Islam) ini sama kosong (tidak membawa apa-apa), maka dari itu berilah mereka itu kendaraan. Ya Allah ! Sesungguhnya mereka itu telanjang, maka dari itu berilah mereka itu pakaian. Ya Allah ! Sesungguhnya mereka itu lapar, maka dari itu berilah mereka itu kenyang. Ya Allah ! Sesungguhnya mereka menderita maka dari itu berilah mereka kekayaan”.
Kemudian Nabi SAW dengan diiringkan oleh tentaranya terus berjalan sehingga sampai pada suatu lembah yang jauh dari tempat air, di tempat yang penuh pasir lagi kering. Oleh sebab itu tentara Islam banyak yang merasa dahaga, dan kekurangan air.
Kemudiam Allah menurunkan hujan dengan lebatnya, yang sebelumnya tidak seorang pun yang menyangka akan turun hujan.
Dengan sebab hujan yang sangat lebat itu, tentara Islam mendapat air yang sebanyak-banyaknya, lembah-lembah mengalirkan air, kolam-kolam penuh air, lalu masing-masing bisa mandi, berwudlu dan lain sebagainya, dan tanah yang ditempatinya menjadi lekat.
Diriwayatkan, bahwa sebelum Nabi SAW dan tentaranya mendapat air, beliau dengan diiringkan oleh tentaranya terburu-buru datang ke tempat air di Badr. Setelah sampai di tempat itu, Nabi lalu berhenti dengan maksud bahwa tempat itu akan dipergunakan menjadi tempat pertempuran dengan tentara Quraisy. Ketika itu oleh seorang sahabat yang bernama Habbab bin Al-Mundzir, Nabi ditanya,
يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَ رَاَيْتَ هذَا اْلمَنْزِلَ. اَ مَنْزِلاً اَنْزَلَكَهُ اللهُ لَيْسَ لَنَا اَنْ نَتَقَدَّمَ وَ لاَ اَنْ نَتَأَخَّرَ عَنْهُ اَمْ هُوَ الرَّأْيُّ وَ اْلحَرْبُ وَ اْلمَكِيْدَةُ ؟ قَالَ: بَلْ هُوَ اْلحَرْبُ وَ الرَّأْيُ وَ اْلمَكِيْدَةُ. فَقَالَ: فَاِنَّ هذَا لَيْسَ بِمَنْزِلٍ فَانْهَضْ بِالنَّاسِ حَتَّى نَأْتِيَ اَدْنَى مَاءٍ مِنَ الْقَوْمِ فَنَنْزِلُهُ ثُمَّ نُغَوِّرُ مَا وَرَاءَهُ مِنَ اْلآَبَارِ، ثُمَّ نَبْنِى عَلَيْهِ حَوْضًا فَنَمْلَؤُهُ مَاءً، ثُمَّ نُقَاتِلُ الْقَوْمَ فَنَشْرَبُ وَ لاَ يَشْرَبُوْنَ.
“Ya Rasulullah, Apakah dalam memilih tempat ini tuan menerima wahyu dari Allah SWT sehingga tidak dapat diubah lagi ? Ataukah berdasarkan pendapat dan tipu muslihat peperangan ?” Rasulullah SAW menjawab, “Tempat ini ku pulih berdasarkan pendapat dan tipu musilihat peperangan. Kemudian Al-Habbab mengusulkan, “Ya Rasulullah, jika demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang dekat dengan musuh. Kita membuat kubu pertahanan di sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kolam dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dalam keadaan mempunyai persediaan air minum yang cukup, Sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum”. Rasulullah SAW menjawab, “Pendapatmu sungguh baik”.
Kemudian Rasulullah SAW bergerak dan pindah ke tempat yang diusulkan oleh Khabbab RA.

[Bersambung].


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak