Ahad,
12 Oktober 2003/16 Sya’ban 1424
Brosur No. : 1198/1238/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-123)
Khalid
bin Walid sebagai Panglima Perang
Setelah
gugurnya ketiga panglima perang yang ditunjuk oleh Nabi SAW, yaitu Zaid bin
Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib dan ‘Abdullah bin Rawahah secara berturut-turut,
sebelum angkatan perang kaum muslimin sempat memilih pimpinan yang baru sebagai
pengganti ‘Abdullah bin Rawahah, dengan cepat bendera Islam diambil oleh salah
satu tentara Islam yang bernama Tsabit bin Arqam
Al-Anshariy.
Kemudian,
komando perang dipegang oleh Tsabit, walau ia bukan panglima yang ditunjuk oleh
Nabi, namun merasa berkewajiban memimpin untuk sementara, mengingat keadaan
pertempuran sedang memuncak dengan hebat dan dahsyat, maka pertempuran
diteruskan, dan segenap tentara muslimin thaat kepada Tsabit, walau belum
ditetapkan secara resmi sebagai panglima.
Beberapa
saat kemudian Tsabit bin Arqam berseru kepada kawan-kawannya, “Hai
saudara-saudara, pilihlah seorang diantara kalian sebagai pemimpin untuk
melanjutkan pertempuran !”. Segenap pasukan muslimin berkata, “Engkau saja, kami
rela engkau sebagai pemimpin kami”. Tsabit menjawab, “Saya tidak sanggup
!”.
Khalid
bin Walid ketika itu ikut menjadi anggota angkatan perang muslimin, walaupun ia
belum lama masuk Islam, maka akhirnya Khalid bin Walid terpilih untuk memimpin
dan menjadi panglima perang. Mereka menunjuknya karena Khalid seorang bangsawan
Quraisy yang terkenal ahli siasat perang, semenjak ia masih menjadi musuh
Islam.
Kemudian
Khalid bin Walid mengatur tentara Islam dengan baik, ia begerak maju ke muka dan
memberi komando kepada segenap tentaranya supaya maju terus dan bertempur
menyerang musuh dengan sekuat-kuatnya. Dengan komandonya itu, tentara Islam lalu
begerak maju lagi, menyerang dan menyerbu musuh.
Setelah
beberapa waktu pertempuran berlangsung dan belum ada tanda-tanda salah satu
pihak yang menang atau kalah, Khalid bin Walid lalu mengatur pasukannya begitu
rupa untuk menakut-nakuti tentara musuh yang besar itu.
Pada
suatu malam Khalid mengatur susunan pasukannya untuk menyiasati lawan, satu
pasukan supaya pergi ke ujung bagian pasukannya, kemudian pasukan itu diberi
tugas, apabila pagi telah mulai terang, mereka supaya mengeluarkan suara ramai,
yang bisa terdengar seolah-olah tentara bantuan baru
datang.
Kemudian
barisan angkatan perang dirubah dengan diperpanjang, agar pada pagi hari
kelihatan oleh musuh bahwa pasukan Islam bertambah banyak
kekuatannya.
Menjelang
pagi hari, terdengarlah suara-suara ramai dan ribut di bagian ujung yang agak
jauh tempatnya dari tentara Islam, suaranya bagaikan barisan tentara bantuan
yang baru datang. Kemudian pada saat itu juga Khalid bin Walid menyusun dan
mengatur tentara. Barisan tentara yang ada di muka diputar ke belakang, dan
tentara yang di belakang di putar ke muka, begitu pula yang di sebelah kiri
dipindah ke kanan dan sebaliknya.
Dengan
taktik dan siasat yang demikian itu tentara musuh mengira bahwa bantuan tentara
Islam telah datang dari Madinah. Perkiraan mereka, kalau kemarin dan hari yang
lewat, jumlah mereka yang hanya tiga ribu saja sudah sanggup bertempur dan
berperang begitu hebat dan dahsyat, apalagi kalau sudah mendapat bantuan yang
begitu banyak.
Dengan
persangkaan yang demikian itu, maka tumbuhlah perasaan takut di pihak tentara
Romawi yang begitu besar jumlahnya itu, maka dengan cepat mereka terburu-buru
mengundurkan diri, tidak berani meneruskan pertempuran.
Beberapa
saat kemudian, setelah angkatan perang Romawi itu kelihatan mundur jauh dari
garis pertahanannya, maka angkatan perang muslimin disiapkan juga untuk mengatur
barisan mundur dan kembali ke Madinah. Begitulah akhirnya pasukan muslimin
meninggalkan Mu’tah dan kembali ke Madinah.
Dengan
demikian selesailah peperangan Mu’tah yang hebat dan dahsyat itu, dan menurut riwayat
pertempuran di Mu’tah itu terjadi pada bulan Jumadil ula tahun ke-8
Hijriyah.
Tentara
Islam yang gugur di Mu’tah :
Menurut
Ibnu Hisyam nama-nama shahabat yang gugur dalam perang Mu’tah adalah : Ja’far
bin Abu Thalib RA, Zaid bin Haritsah RA, Mas’ud bin Al-Aswad, Wahab bin Sa’ad,
‘Abdullah bin Rawahah, ‘Abbad bin Qais, Al-Harits bin Nu’man, Suraqah bin ‘Amr,
Abu Kulaib bin ‘Amr, Jabir bin ‘Amr, ‘Amr bin Sa’ad dan ‘Amir bin Sa’ad. [Ibnu
Hisyam 5 : 41]
Pernyataan
Nabi Muhammad SAW terhadap perang Mu’tah
Sekalipun
Nabi SAW tidak ikut berangkat ke medan perang Mu’tah, tetapi segala sesuatu yang
terjadi dan dialami oleh angkatan perang kaum muslimin selama dalam pertempuran
di Mu’tah itu benar-benar beliau ketahui.
Pada
suatu hari ketika terjadi pertempuran di Mu’tah Nabi SAW bersabda kepada orang
banyak di Madinah :
اَخَذَ
الرَّايَةَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ فَقَاتَلَ بِهَا حَتَّى قُتِلَ شَهِيْدًا، ثُمَّ
اَخَذَهَا جَعْفَرٌ فَقَاتَلَ بِهَا حَتَّى قُتِلَ شَهِيْدًا
Bendera
dipegang oleh Zaid bin Haritsah, lalu ia bertempur dengan membawanya sehingga ia
gugur sebagai syahid, kemudian bendera dipegang oleh Ja’far, lalu ia bertempur
dengan membawanya sehingga ia pun gugur sebagai syahid.
Kemudian
Nabi SAW diam, sehingga berubahlah wajah orang-orang Anshar, mereka menyangka
kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi pada ‘Abdullah bin Rawahah. Tetapi kemudian
Nabi SAW bersabda lagi :
ثُمَّ
اَخَذَهَا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَقَاتَلَ بِهَا حَتَّى قُتِلَ
شَهِيْدًا
Kemudian
bendera diambil oleh ‘Abdullah bin Rawahah, lalu ia bertempur dengan membawanya
sehingga ia gugur pula sebagai syahid.
[Ibnu Hisyam 5 : 30]
Nabi
SAW bersabda pula :
لَقَدْ
رُفِعُوْا اِلَيَّ فِى اْلجَنَّةِ فِيْمَا يَرَى النَّائِمُ عَلَى سُرُرٍ مِنْ
ذَهَبٍ فَرَأَيْتُ فِى سَرِيْرِ عَبْدِ اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ اِزْوِرَارًا عَنْ
سَرِيْرَيْ صَاحِبَيْهِ. فَقُلْتُ: عَمَّ هذَا؟ فَقِيْلَ لِيْ: مَضَيَا وَ
تَرَدَّدَ عَبْدُ اللهِ بَعْضَ التَّرَدُّدِ، ثُمَّ مَضَى. ابن هشام 5:
30
Sesungguhnya
mereka itu telah diangkat (diperlihatkan) kepadaku di surga, seperti mimpi bahwa
mereka itu berada di atas tempat tidur dari emas, lalu aku melihat pada tempat
tidur ‘Abdullah bin Rawahah agak sedikit miring daripada dua tempat tidur kedua
kawannya. Lalu aku bertanya, “Kenapa ini ?”. Lalu dikatakan kepadaku, “Mereka
berdua maju terus, tetapi ‘Abdullah ada kebimbangan sedikit, kemudian ia pun
maju terus”.
[Ibnu Hisyam 5 : 30]
Bukhari
meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ
اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص نَعَى زَيْدًا وَ جَعْفَرًا وَ ابْنَ رَوَاحَةَ
لِلنَّاسِ قَبْلَ اَنْ يَأْتِيَهُمْ خَبَرُهُمْ فَقَالَ: اَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ
فَأُصِيْبَ ثُمَّ اَخَذَ جَعْفَرٌ فَأُصِيْبَ ثُمَّ اَخَذَ ابْنُ رَوَاحَةَ
فَأُصِيْبَ وَ عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ حَتَّى اَخَذَ الرَّايَةَ سَيْفٌ مِنْ
سُيُوْفِ اللهِ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِمْ. البخارى 5: 87
Dari
Anas RA, bahwasanya Nabi SAW memberitahukan kematian Zaid, Ja’far dan Ibnu
Rawahah kepada orang-orang sebelum beritanya sampai kepada mereka. Beliau
bersabda, “Bendera dipegang oleh Zaid, lalu ia terbunuh. Kemudian dipegang oleh
Ja’far, ia terbunuh. Selanjutnya dipegang oleh Ibnu Rawahah, lalu ia terbunuh,
(kedua mata beliau meneteskan air mata), sehingga bendera itu dipegang oleh
seorang pedang dari pedang-pedang Allah, hingga akhirnya Allah memberikan
kemenangan atas mereka”.
[HR. Bukhari 5 : 87]
Berhubung
Nabi SAW benar-benar mengetahui betapa berat penderitaan yang ditanggung oleh
angkatan perangnya di Mu’tah karena menghadapi perlawanan musuh yang berlipat
ganda, maka ketika mereka telah kembali dan akan tiba di Madinah beliau bersama
kaum muslimin yang tidak ikut berangkat berperang menyambut dengan meriah di
dekat kota Madinah. Dan ketika Nabi SAW mendengar suara-suara ejekan dari
sebagian kaum muslimin yang tidak ikut berperang di Mu’tah terhadap
saudara-saudara mereka yang baru datang dari Mu’tah yang dianggapnya tidak
memperoleh kemenangan dan dikira melarikan diri dari peperangan dengan
mengatakan :
يَا
فُرَّارُ! فَرَرْتُمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ!
Hai
orang-orang yang lari, kalian lari dari jalan Allah !
Maka
beliau bersabda :
لَيْسُوْا
بِاْلفُرَّارِ وَ لكِنَّهُمُ اْلكُرَّارُ اِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى. ابن هشام 5:
33
Mereka
itu bukan orang-orang yang lari sebagai pengecut, tetapi mereka itu akan kembali
menyerang, insya Allah Ta’ala.
[Ibnu Hisyam 5 : 33]
Beberapa
riwayat sehubungan dengan gugurnya Ja’far bin Abu Thalib :
عَنْ
عَائِشَةَ رض تَقُوْلُ لَمَّا جَاءَ قَتْلُ ابْنِ حَارِثَةَ وَ جَعْفَرِ بْنِ اَبِى
طَالِبٍ وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ رض: جَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُعْرَفُ
فِيْهِ اْلحُزْنُ. قَالَتْ عَائِشَةُ: وَ اَنَا اَطَّلِعُ مِنْ صَائِرِ اْلبَابِ
تَعْنِى مِنْ شَقّ اْلبَابِ فَاَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: اَيْ رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ
نِسَاءَ جَعْفَرٍ قَالَ وَ ذَكَرَ بُكَاءَهُنَّ. فَاَمَرَهُ اَنْ يَنْهَاهُنَّ.
قَالَ: فَذَهَبَ الرَّجُلُ ثُمَّ اَتَى فَقَالَ: قَدْ نَهَيْتُهُنَّ وَ ذَكَرَ
اَنَّهُ لَمْ يُطِعْنَهُ. قَالَ: فَاَمَرَ اَيْضًا فَذَهَبَ ثُمَّ اَتَى فَقَالَ:
وَ اللهِ لَقَدْ غَلَبْنَنَا فَزَعَمَتْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فَاحْثُ فِى
اَفْوَاهِهِنَّ مِنَ التُّرَابِ. قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ اَرْغَمَ اللهُ
اَنْفَكَ، فَوَ اللهِ مَا اَنْتَ تَفْعَلُ وَ مَا تَرَكْتَ رَسُوْلَ اللهِ ص مِنَ
الْعَنَاءِ. البخارى 5: 87
Dari
‘Aisyah RA, ia berkata : Ketika telah sampai berita terbunuhnya Zaid bin
Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib dan ‘Abdullah bin Rawahah RA, Rasulullah SAW
duduk. Pada (wajah) beliau terlihat susah. ‘Aisyah berkata : Saya melihat dari
lubang pintu yakni celah-celahnya, lalu seorang laki-laki datang kepada beliau
dan berkata, “Ya Rasulullah, sungguh para wanita Ja’far (menangis)”. Laki-laki
itu menuturkan tangisan mereka, lalu beliau menyuruhnya agar mencegah mereka.
Rawi berkata : Laki-laki itu pergi, kemudian datang dan berkata, “Saya telah
mencegah mereka”. Dan ia menuturkan bahwa mereka tidak menthaatinya. Rawi
berkata : Lalu beliau menyuruhnya lagi, maka laki-laki itu pergi, kemudian
datang lagi dan berkata, “Demi Allah, mereka benar-benar telah mengalahkan
kami”. ‘Aisyah menduga bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jejalkanlah tanah pada
mulut mereka”. ‘Aisyah berkata : Lalu saya berkata (kepada orang laki-laki
tersebut), “Semoga Allah menghinakan hidungmu, demi Allah, kamu tidak melakukan
(perintah beliau) dan kamu tidak meringankan Rasulullah SAW dari
kelelahan”.
[HR. Bukhari 5 : 87]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ: لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: اِصْنَعُوْا ِلآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا. فَقَدْ اَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ،
اَوْ اَمْرٌ يَشْغَلُهُمْ. ابن ماجه 1: 514
Dari
‘Abdullah bin Ja’far, ia berkata : Ketika datang khabar kematian Ja’far ,
Rasulullah SAW bersabda, “Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far, karena
sungguh telah datang kepada mereka sesuatu yang menyusahkan mereka atau perkara
yang menyusahkan mereka”.
[HR Ibnu Majah 1 : 514]
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ اَنَّهُ وَقَفَ عَلَى جَعْفَرٍ يَوْمَئِذٍ وَ هُوَ قَتِيْلٌ
فَعَدَدْتُ بِهِ خَمْسِيْنَ بَيْنَ طَعْنَةٍ وَ ضَرْبَةٍ لَيْسَ مِنْهَا شَيْءٌ فِى
دُبُرِهِ يَعْنِى فِى ظَهْرِه. البخارى 5: 86
Dari
Ibnu ‘Umar bahwasanya pada hari itu ia berdiri atas (jenazah) Ja’far di saat ia
terbunuh. Lalu saya menghitung ada limapuluh luka tusukan dan pukulan pedang
pada (tubuh)nya. Dari semua itu tidak sedikitpun yang mengenai belakangnya,
yakni punggungnya.
[HR. Bukhari 5 : 86]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اَمَّرَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى غَزْوَةِ
مُؤْتَةَ زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ قُتِلَ زَيْدٌ
فَجَعْفَرٌ وَ اِنْ قُتِلَ جَعْفَرٌ فَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ. قَالَ عَبْدُ
اللهِ: كُنْتُ فِيْهِمْ فِى تِلْكَ اْلغَزْوَةِ فَالْتَمَسْنَا جَعْفَرَ بْنَ اَبِى
طَالِبٍ فَوَجَدْنَاهُ فِى اْلقَتْلَى وَ وَجَدْنَا مَا فِى جَسَدِهِ بِضْعًا وَ
تِسْعِيْنَ مِنْ طَعْنَةٍ وَ رَمْيَةٍ. البخارى 5: 86
Dari
‘Abdullah bin ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW mengangkat Zaid bin Haritsah
sebagai pemimpin pada perang Mu’tah, lalu Rasulullah bersabda, “Jika Zaid
terbunuh, maka (digantikan) oleh Ja’far. Dan jika Ja’far terbunuh, maka
(digantikan) oleh ‘Abdullah bin Rawahah”. ‘Abdullah (bin ‘Umar) berkata, “Saya
berada diantara mereka pada peperangan itu. Kami mencari Ja’far bin Abu Thalib,
lalu kami menemukan dia berada diantara orang-orang yang terbunuh, dan saya
menemukan pada jasadnya terdapat sembilan puluh lebih luka tusukan dan lemparan
(anak panah)”.
[HR. Bukhari 5 : 86]
عَنْ
عَامِرٍ قَالَ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ اِذَا حَيَّا ابْنَ جَعْفَرٍ قَالَ: السَّلاَمُ
عَلَيْكَ يَا ابْنَ ذِى اْلجَنَاحَيْنِ. البخارى 5: 87
Dari
‘Amir, ia berkata : Apabila Ibnu ‘Umar mengucapkan salam kepada putra Ja’far, ia
berkata, “Assalaamu ‘alaika, wahai putra orang yang mempunyai dua
sayap”.
[HR. Bukhari 5 : 87]
Riwayat
tentang kegigihan Khalid bin Walid :
عَنْ
خَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ يَقُوْلُ: لَقَدِ انْقَطَعَتْ فِى يَدِى يَوْمَ مُؤْتَةَ
تِسْعَةُ اَسْيَافٍ، فَمَا بَقِيَ فِى يَدِى اِلاَّ صَفِيْحَةٌ يَمَانِيَةٌ.
البخارى 5: 87
Dari
Khalid bin Walid, ia berkata, “Sesungguhnya pada hari perang Mu’tah ada sembilan
buah pedang terputus di tanganku. Maka tidak ada yang tersisa di tanganku
kecuali sebuah pedang lebar dari Yaman”.
[HR. Bukhari 5 : 87]
Bersambung.......
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak