Ahad, 18 Januari 2004/26
Dzulqa’dah 1424 Brosur
nomor : 1211/1251/SI
Tarikh Nabi
Muhammad SAW (ke-124)
Menurut riwayat, pada bulan
Jumadits tsani tahun ke delapan Hijriyah, Nabi SAW memerintah shahabat ‘Amr bin
Al-’Ash untuk memimpin tentara Islam dengan kekuatan tiga ratus orang untuk
berangkat ke kabilah banu Qudla’ah.
Nabi SAW mengirimkan pasukan
tersebut karena mendapat berita bahwa kaum banu Qudla’ah telah mengumpulkan
kekuatan tentaranya untuk menyerang Madinah. Tiga ratus orang yang terdiri dari
kaum Muhajirin dan Anshar pilihan itu diperkuat dengan tiga puluh tentara
berkuda dan ‘Amr bin Al-’Ash sebagai panglimanya.
Ahmad meriwayatkan sebagai
berikut :
عَنْ
عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُوْلُ: بَعَثَ اِلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: خُذْ
عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى فَاَتَيْتُهُ وَ هُوَ يَتَوَضَّأُ
فَصَعَّدَ فِيَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ: اِنّي اُرِيْدُ اَنْ
اَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلّمَكَ اللهُ وَ يُغْنِمَكَ وَ اَرْغَبُ لَكَ مِنَ
اْلمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً. قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا اَسْلَمْتُ
مِنْ اَجْلِ اْلمَالِ وَ لَكِنّى اَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى اْلاِسْلاَمِ وَ اَنْ
اَكُوْنَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص. فَقَالَ: يَا عَمْرُو، نِعْمَ اْلمَالُ الصَّالِحُ
لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ. احمد 6: 228، رقم: 17778
Dari ‘Amr bin Al-’Ash, ia
berkata : Rasulullah SAW mengutus (seseorang) kepada saya. Beliau bersabda,
“Ambillah pakaianmu dan senjatamu, kemudian datanglah kepadaku”. Lalu aku datang
kepada beliau, pada waktu itu beliau sedang berwudlu. Kemudian beliau
memandangiku dari atas menurun hingga bawah. Kemudian beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku ingin mengutusmu memimpin pasukan, semoga Allah memberikan
keselamatan dan ghanimah kepadamu, dan aku sangat senang kalau kamu dapat
memiliki harta itu”. ‘Amr berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak masuk Islam karena
menginginkan harta, tetapi aku masuk Islam karena senang kepada agama Islam dan
aku bisa bersama Rasulullah SAW”. Beliau bersabda, “Hai ‘Amr, sebaik-baik harta
yang baik adalah untuk orang yang baik”. [HR. Ahmad 6 : 228, no.
17778]
Kemudian berangkatlah ‘Amr
bin Al-’Ash bersama pasukan Islam sebanyak tiga ratus orang ke kabilah banu
Qudla’ah, di kota Baliy, ‘Udzrah dan Al-Qain. Penduduk dari kota-kota itu ketika
terjadi perang Mu’tah termasuk kaum yang menolong angkatan perang Romawi, bahkan
yang berdiri di barisan terdepan untuk memukul dan menyerang tentara
Islam.
Setelah pasukan tentara Islam
tiba di suatu dusun dekat sungai Salaasil yang terletak di daerah kekuasaan
kabilah Judzam, dan sudah dekat tujuan, di sini ‘Amr bin Al-’Ash mendengar bahwa
pihak musuh sudah menyusun kekuatan dan mengumpulkan angkatan perangnya yang
besar, mereka telah bersiap siaga berkekuatan serba lengkap untuk bertempur
dengan pasukan kaum muslimin.
Mendengar berita yang
demikian itu ‘Amr bin Al-’Ash lalu berhenti, tidak melanjutkan perjalanannya ke
tempat yang dituju, karena agak merasa cemas, mengingat angkatan perang yang
dipimpinnya hanya mempunyai kekuatan tiga ratus orang. Tetapi ia juga tidak
mundur, melainkan akan meminta dikirim bala bantuan dari Madinah. Ketika itu ia
menyuruh Rafi’ bin Ka’ab untuk ke Madinah dan meminta bantuan kepada Nabi SAW
agar beliau mengirim bala bantuan.
Nabi SAW segera mengabulkan
permintaan ‘Amr bin Al-’Ash dan segera mengirim bantuan sebanyak dua ratus
tentara dengan dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Dalam pasukan itu ikut
juga Abu Bakar Ash-Shiddiq dan ‘Umar bin Al-Khaththab.
Sebelum Abu Ubaidah
berangkat, ia diberi amanat oleh Nabi SAW, “Kamu berdua jangan berselisih”.
Maksudnya Abu Ubaidah dan ‘Amr bin Al-’Ash jangan
berselisih.
Maka ketika mereka bertemu,
keduanya segera berunding. ‘Amr bin Al-’Ash berkata, “Engkau datang ini tidak
lain hanya sebagai membantu saya”. Kata Abu Ubaidah, “Tidak, tetapi akau
memimpin pasukanku, dan kamu memimpin pasukanmu”. Lau ‘Amr bin Al-’Ash berkata
lagi, “Tidak, bahkan engkau membantu saya”.
Karena Abu Ubaidah seorang
yang lunak, lemah lembut dan baik akhlaqnya, maka ia tidak keras kepala, lalu
berkata, “Hai ‘Amr, sesungguhnya Rasulullah SAW telah berpesan kepada saya
“Janganlah kamu berdua berselisih”. Dengan demikian maka jika sekiranya
engkau mendurhakai saya, sayapun akan tetap menthaatimu”.
‘Amr berkata, “Saya tetap
yang memegang komando atas kamu, dan kamu tetap membantu saya”. Lalu Abu
‘Ubaidah berkata, “Baiklah, saya di bawah kamu”.
Setelah kedua pemimpin itu
selesai berunding, maka beberapa saat kemudian mereka berdua bersama pasukan
berangkat ke tempat yang dituju. Setelah mereka sampai di tujuan, ternyata
tentara musuh sudah bersiap siaga untuk bertempur dan mengadakan perlawanan
terhadap tentara Islam.
Dengan panglima tertinggi
‘Amr bin Al-’Ash, pasukan Islam yang berkekuatan lima ratus orang itu menyerbu
angkatan perang banu Qudla’ah yang tidak sedikit jumlahnya, hingga terjadilah
pertempuran sengit.
Akhirnya tentara musuh
melarikan diri kocar-kacir dengan meninggalkan semua harta benda mereka. Dengan
demikian pertempuran itu berakhir dengan kemenangan tentara
Islam.
Sehabis pertempuran, maka
‘Amr bin Al-’Ash sebagai panglima tentara Islam segera mengirim berita ke
Madinah, memberitahukan kepada Nabi SAW bahwa tentara Islam memperoleh
kemenangan dan mendapat harta rampasan yang banyak. Kemudian ‘Amr bin Al-’Ash
beserta pasukannya kembali ke Madinah.
Sehubungan dengan perang
Dzaatus Salaasil ini Abu Dawud meriwayatkan sebagai berikut
:
عَنْ
عَمْرِو بْنِ اْلعَاصِ قَالَ: احْتَلَمْتُ فِى لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ فِى غَزْوَةِ
ذَاتِ السَّلاَسِلِ، فَاَشْفَقْتُ اِنِ اغْتَسَلْتُ اَنْ اَهْلِكَ. فَتَيَمَّمْتُ،
ثُمَّ صَلَّيْتُ بِاَصْحَابِى الصُّبْحَ. فَذَكَرُوْا ذلِكَ لِلنَّبِيّ ص. فَقَالَ:
يَا عَمْرُو، صَلَّيْتَ بِاَصْحَابِكَ وَ اَنْتَ جُنُبٌ؟ فَاَخْبَرْتُهُ بِالَّذِى
مَنَعَنِى مِنَ اْلاِغْتِسَالِ. وَ قُلْتُ: اِنّى سَمِعْتُ اللهَ يَقُوْلُ {وَ لاَ
تَقْتُلُوْآ اَنْفُسَكُمْ، اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا} فَضَحِكَ رَسُوْلُ
اللهِ ص وَ لَمْ يَقُلْ شَيْئًا. ابو داود 1: 92، رقم: 334
Dari ‘Amr bin Al-‘Ash, ia
berkata : Saya mimpi sampai keluar mani pada suatu malam yang sangat dingin,
pada perang Dzatus Salaasil. Saya khawatir kalau mandi akan celaka, maka saya
bertayammum. Kemudian saya mengimami kawan-kawan shalat Shubuh. (Ketika kami
sampai di hadapan Rasulullah SAW) lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada
beliau. Kemudian beliau bersabda, “Ya ‘Amr, apakah kamu telah mengimami shalat
kawan-kawanmu padahal kamu junub ?”. Maka saya menceritakan kepada beliau
perkara yang menghalangiku mandi dan saya berkata, “Sesungguhnya saya mendengar
Allah berfirman, (yang artinya : Dan jangan kamu membunuh diri-dirimu,
sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kamu)” [QS. An-Nisaa’ : 29]. Maka
Rasulullah SAW tertawa, tanpa mengatakan sesuatu apapun”. [HR. Abu Dawud I :
92, no. 334]
Tentara Islam dikirim ke
kabilah Juhainah.
Menurut riwayat, pada bulan
Rajab tahun ke-8 Hijriyah, Nabi SAW mengirim tiga ratus tentara Islam dikepalai
oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ke kabilah Juhainah, sebuah tempat sebelah
selatan Madinah, terletak di tepi laut dan dekat dengan kota Makkah. Diantara
mereka yang ikut ialah ‘Umar bin Al-Khaththab dan Qais bin Sa’ad bin
Ubaidah.
Nabi SAW mengirim pasukan ini
dengan tujuan untuk menyelidiki sampai dimana usaha kaum musyrikin Quraisy dalam
merintangi kemajuan Islam di tempat-tempat kediaman bangsa ‘Arab di sekitar kota
Makkah. Karena dikhawatirkan kalau-kalau kaum musyrikin Quraisy masih terus
berusaha merintangi tersiarnya dakwah Islam dengan cara menghasut atau
mengajurkan bangsa ‘Arab yang bertempat tinggal di gunung-gunung supaya mengatur
dan mengumpulkan kekuatan untuk mengadakan perlawanan terhadap kaum
muslimin.
Pasukan muslimin berangkat
dengan berkuda dari Madinah terus menuju ke kabilah tersebut, dan Nabi SAW
ketika itu memberi bekal sekarung kurma, sekedar untuk makanan mereka selama
dalam perjalanan. Mereka terus berjalan sampai di tempat tujuan. Pasukan tentara
Islam setelah lima belas hari menyelidiki dan menunggu pihak musuh, ternyata
tidak terdapat seorangpun dari musuh yang kelihatan.
Setelah lima belas hari
mereka tinggal di dusun Juhainah, sampai kehabisan bahan makanan, sehingga
mereka terpaksa memakan daun khabath (daun salem) yang dibasahi dengan air,
hingga menyebabkan mulut mereka terluka.
Pada suatu hari berkat
pertolongan Allah mereka mendadak melihat seekor ikan Anbar, sejenis ikan yang
besar di tepi laut, lalu ikan itu mereka ambil, untuk makan setiap hari. Dengan
demikian mereka tertolong, tidak sampai kelaparan. Selanjutnya setelah sebulan
lamanya mereka tinggal di Juhainah dengan tidak bertemu seorang musuh pun, maka
akhirnya mereka kembali ke Madinah dengan selamat.
Sehubungan dengan peristiwa
tersebut Bukhari meriwayatkan :
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّهُ قَالَ بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ ص بَعْثًا
قِبَلَ السَّاحِلِ وَ اَمَّرَ عَلَيْهِمْ اَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ اْلجَرَّاحِ وَ
هُمْ ثَلاَثُ مِائَةٍ. فَخَرَجْنَا وَ كُنَّا بِبَعْضِ الطَّرِيْقِ فَنِيَ الزَّادُ
فَأَمَرَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بِاَزْوَادِ اْلجَيْشِ فَجُمِعَ فَكَانَ مِزْوَدَيْ
تَمْرٍ فَكَانَ يَقُوْتُنَا كُلَّ يَوْمٍ قَلِيْلٌ قَلِيلٌ حَتَّى فَنِيَ فَلَمْ
يَكُنْ يُصِيْبُنَا اِلاَّ تَمْرَةٌ تَمْرَةٌ فَقُلْتُ: مَا تُغْنِى عَنْكُمْ
تَمْرَةٌ فَقَالَ لَقَدْ وَجَدْنَا فَقْدَهَا حِيْنَ فَنِيَتْ. ثُمَّ اِنْتَهَيْنَا
اِلَى اْلبَحْرِ فَاِذَا حُوْتٌ مِثْلُ الظَّرِبِ فَاَكَلَ مِنْهَا اْلقَوْمُ
ثَمَانَ عَشْرَةَ لَيْلَةً ثُمَّ اَمَرَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بِضِلَعَيْنِ مِنْ
اَضْلاَعِهِ فَنُصِبَا ثُمَّ اَمَرَ بِرَاحِلَةٍ فَرُحِلَتْ ثُمَّ مَرَّتْ
تَحْتَهُمَا فَلَمْ تُصِبْهُمَا. البخارى 5: 113
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA,
ia berkata : Rasulullah SAW mengirimkan pasukan ke arah pantai, dan beliau
mengangkat Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sebagai pemimpin mereka. Mereka berjumlah
tiga ratus orang. Kemudian kami berangkat, dan ketika di perjalanan, perbekalan
kami habis. Lalu Abu Ubaidah memerintahkan supaya perbekalan pasukan
dikumpulkan. Kemudian perbekalan itu segera dikumpulkan. Maka ada dua tempat
perbekalan kurma, lalu kami memakannya setiap hari sedikit demi sedikit hingga
sudah tidak ada lagi jatah bagi kami kecuali masing-masing mendapat satu kurma.
Aku (perawi) bertanya, “Apakah satu kurma itu mencukupi bagi kalian ?”. Maka
(Jabir bin ‘Abdullah) berkata, “Sesungguhnya kami betul-betul sudah tidak
mempunyai makanan”. Kemudian kami sampai di tepi laut, maka tiba-tiba ada seekor
ikan besar bagaikan sebuah bukit, lalu orang-orang memakannya selama 18 hari”.
Kemudian Abu Ubaidah menyuruh supaya diambilkan 2 tulang rusuk ikan itu, lalu
keduanya ditegakkan, kemudian memerintahkan seseorang untuk menunggang
kendaraannya melewati di bawah dua tulang rusuk ikan itu, dan ternyata tidak
sundul”.
[HR. Bukhari 5 : 113]
Dalam riwayat lain
:
عَنِ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ يَقُوْلُ: بَعَثَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص ثَلاَثَمِائَةِ
رَاكِبٍ اَمِيْرُنَا اَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ اْلجَرَّاحِ نَرْصُدُ عِيْرَ قُرَيْشٍ
فَاَقَمْنَا بِالسَّاحِلِ نِصْفَ شَهْرٍ فَاَصَابَنَا جُوْعٌ شَدِيْدٌ حَتَّى
اَكَلْنَا اْلخَبَطَ فَسُمّيَ ذلِكَ اْلجَيْشُ جَيْشَ اْلخَبَطِ. فَاَلْقَى لَنَا
اْلبَحْرُ دَابَّةً يُقَالُ لَهَا اْلعَنْبَرُ فَاَكَلْنَا مِنْهُ نِصْفَ شَهْرٍ
وَادَّهَنَّا مِنْ وَدَكِهِ حَتَّى ثَابَتْ اِلَيْنَا اَجْسَامُنَا. فَاَخَذَ اَبُو
عُبَيْدَةَ ضِلَعًا مِنْ اَضْلاَعِهِ فَنَصَبَهُ فَعَمَدَ اِلَى اَطْوَلِ رَجُلٍ
مَعَهُ، قَالَ سُفْيَانُ مَرَّةً ضِلَعًا مِنْ اَضْلاَعِهِ فَنَصَبَهُ وَ اَخَذَ
رَجُلاً وَ بَعِيْرًا فَمَرَّ تَحْتَهُ قَالَ جَابِرٌ وَ كَانَ رَجُلٌ مِنَ
اْلقَوْمِ نَحَرَ ثَلاَثَ جَزَائِرَ ثُمَّ نَحَرَ ثَلاَثَ جَزَائِرَ ثُمَّ نَحَرَ
ثَلاَثَ جَزَائِرَ ثُمَّ اِنَّ اَبَا عُبَيْدَةَ نَهَاهُ. البخارى 5:
114
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia
berkata : Rasulullah SAW mengutus kami berjumlah tiga ratus orang penunggang
kuda, sedang pimpinan kami adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Kami mengintai
kafilah Quraisy, lalu kami menetap di pantai selama setengah bulan, kami
tertimpa kelaparan yang sangat, sehingga kami memakan daun khabath, maka pasukan
itu dinamakan pasukan Khabath. Lalu kami mendapatkan seekor binatang yang
terdampar yang dinamakan ikan ‘Anbar (Lodan), lalu kami memakannya selama
setengah bulan dan kami membuat minyak dari lemaknya, sehingga tubuh kami
kembali kuat dan gemuk. Lalu Abu Ubaidah mengambil tulang rusuknya dan
menegakkannya, lalu memanggil seeseorang yang paling tinggi supaya berjajar.
Pada saat lain Sufyan (perowi) berkata : (Abu Ubaidah mengambil) tulang
rusuknya, lalu menegakkannya dan menyuruh seorang laki-laki menaiki untanya
melewati dibawahnya”. Jabir berkata : Ada seorang laki-laki diantara kaum itu
menyembelih tiga ekor unta, kemudian menyembelih lagi tiga ekor unta, kemudian
menyembelih lagi tiga ekor unta, kemudian Abu Ubaidah
melarangnya”. [HR. Bukhari 5 :
114]
عَنْ
جَابِرٍ رض يَقُوْلُ: غَزَوْنَا جَيْشَ اْلخَبَطِ وَ اُمّرَ اَبُو عُبَيْدَةَ
فَجُعْنَا جُوْعًا شَدِيْدًا فَاَلْقَى اْلبَحْرُ حُوْتًا مَيّتًا لَمْ نَرَ
مِثْلَهُ يُقَالُ لَهُ اْلعَنْبَرُ فَاَكَلْنَا مِنْهُ نِصْفَ شَهْرٍ فَاَخَذَ
اَبُو عُبَيْدَةَ عَظْمًا مِنْ عِظَامِهِ فَمَرَّ الرَّاكِبُ تَحْتَهُ
فَاَخْبَرَنِى اَبُو الزُّبَيْرِ اَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا يَقُوْلُ. قَالَ اَبُو
عُبَيْدَةَ: كُلُوا، فَلَمَّا قَدِمْنَا اْلمَدِيْنَةَ ذَكَرْنَا ذلِكَ لِلنَّبِيّ
ص فَقَالَ: كُلُوْا رِزْقًا اَخْرَجَهُ اللهُ اَطْعِمُوْنَا اِنْ كَانَ مَعَكُمْ
فَآتَاهُ بَعْضُهُمْ فَاَكَلَه. البخارى 5: 114
Dari Jabir, ia berkata : Kami
berperang yakni Pasukan Khabath, sedang Abu Ubaidah diangkat sebagai
pemimpinnya. Lalu kami tertimpa kelaparan yang sangat. Kemudian air laut
mendamparkan ikan yang besar yang kami belum pernah melihat seperti itu, yang
dinamakan ikan Anbar, lalu kami memakannya selama setengah bulan. Kemudian Abu
Ubaidah mengambil tulang rusuknya dan menyuruh seseorang mengendarai untanya
melewati di bawahnya. Abu Zubair mengkhabarkan kepadaku bahwa ia mendengar Jabir
berkata : Abu Ubaidah berkata, “Makanlah kalian”. Setelah kami tiba di Madinah,
kami menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, lalu beliau bersabda, “Makanlah rezqi
yang dikeluarkan oleh Allah, dan berilah kami jika masih”. Maka sebagian dari
mereka memberikan kepada beliau, lalu beliau memakannya”. [HR. Bukhari 5 :
114]
Bersambung.......
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak