POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Halal Haram Dalam Islam (ke-22) Hukuman Orang yang Menuduh Zina.

Posted by

Ahad, 14 Nopember 1999/05 Sya’ban 1420                  Brosur no. : 1008/1048/IA
Halal Haram Dalam Islam (ke-22)


Hukuman Orang yang Menuduh Zina.
Firman Allah SWT :
وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اْلمُحْصنتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوْا بِاَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَاجْلِدُوْهُمْ ثَمنِيْنَ جَلْدَةً وَّ لاَ تَقْبَلُوْا لَهُمْ شَهَادَةً اَبَدًا، وَ اُولئِكَ هُمُ اْلفسِقُوْنَ. اِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا مِنْ بَعْدِ ذلِكَ وَ اَصْلَحُوْا، فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. النور:4-5
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasiq. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nuur : 4-5]
Hadits Nabi SAW :
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: لَمَّا اُنْزِلَ عُذْرِى قَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اْلمِنْبَرِ فَذَكَرَ ذلِكَ وَ تَلاَ اْلقُرْآنَ، فَلَمَّا نَزَلَ اَمَرَ بِرَجُلَيْنِ وَ امْرَأَةٍ فَضُرِبُوْا حَدَّهُمْ. الخمسة الا النسائى
Dari ‘Aisyah RA ia berkata, “Setelah diturunkan (ayat tentang) pembebasanku (dari tuduhan berzina), maka Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar, kemudian beliau menyebutkan hal itu dan membaca Al-Qur’an. Setelah beliau turun (dari mimbar), lalu memerintahkan (menghukum hadd kepada dua orang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian mereka didera sebagai hukuman hadd”. [HR. Khamsah kecuali Nasai].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَجُلاً مِنْ بَكْرِ بْنِ لَيْثٍ اَتَى النَّبِيَّ ص فَاَقَرَّ اَنَّهُ زَنَى بِامْرَأَةٍ اَرْبَعَ مَرَّاتٍ، فَجَلَدَهُ مِائَةً وَ كَانَ بِكْرًا، ثُمَّ سَأَلَهُ اْلبَيِّنَةَ عَلَى اْلمَرْأَةِ فَقَالَتْ: كَذَبَ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَجَلَدَهُ حَدَّ اْلفِرْيَةِ ثَمَانِيْنَ. ابو داود
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya ada seorang laki-laki dari bani Bakr bin Laits datang kepada Nabi SAW lalu mengaku bahwa dia telah berbuat zina dengan seorang wanita (dengan menyebut nama wanita itu), dia mengatakan hingga empat kali pengakuan. Maka beliau menderanya seratus kali, karena dia seorang jejaka. Kemudian beliau menanyakan bukti tuduhannya terhadap wanita tersebut. Lalu wanita itu berkata, “Dia berdusta, demi Allah wahai Rasulullah”. Kemudian beliau menderanya lagi 80 kali atas tuduhan tersebut. [HR. Abu Dawud]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ اَبَا اْلقَاسِمِ ص يَقُوْلُ: مَنْ قَذَفَ مَمْلُوْكَهُ يُقَامُ عَلَيْهِ اْلحَدُّ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اِلاَّ اَنْ يَكُوْنَ كَمَا قَالَ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA  ia berkata : Aku pernah mendengar Abul Qasim SAW bersabda, “Barangsiapa menuduh budaknya (berzina), maka kepadanya akan dikenakan hukuman hadd pada hari kiyamat nanti, kecuali kalau memang tuduhannya itu benar seperti apa yang ia katakan”. [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim].
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَضَى رَسُوْلُ اللهِ ص فِى وَلَدِ اْلمُتَلاَعِنَيْنِ اَنَّهُ يَرِثُ اُمَّهُ وَ تَرِثُهُ اُمُّهُ وَ مَنْ رَمَاهَا بِهِ جُلِدَ ثَمَانِيْنَ وَ مَنْ دَعَاهُ وَلَدَ زِنًا جُلِدَ ثَمَانِيْنَ. احمد
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah menetapkan anak (yang lahir) dari suami istri yang telah melaksanakan li’an, bahwa anak tersebut berhak mewarisi ibunya dan diwarisi oleh ibunya. Dan barangsiapa menuduh wanita tersebut berbuat zina, maka ia dedera delapan puluh kali. Dan barangsiapa yang mendakwa anak itu sebagai anak zina, iapun harus didera delapan puluh kali (juga)”. [HR. Ahmad].
عَنْ اَبِى الزَّنَادِ اَنَّهُ قَالَ: جَلَدَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ عَبْدًا فِى فِرْيَةٍ ثَمَانِيْنَ. قَالَ اَبُو الزَّنَادِ: فَسَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَامِرٍ بْنِ رَبِيْعَةَ عَنْ ذلِكَ فَقَالَ: اَدْرَكْتُ عُمَرَ ابْنَ اْلخَطَّابِ وَ عُثْمَانَ وَ اْلخُلَفَاءَ هَلُمَّ جَرًّا مَا رَأَيْتُ اَحَدًا جَلَدَ عَبْدًا فِى فِرْيَةٍ اَكْثَرَ مِنْ اَرْبَعِيْنَ. مالك فى الموطأ
Dari Abu Zanad, bahwa ia berkata : Umar bin Abdul Aziz pernah menghukum jilid dengan delapan puluh kali dera kepada seorang budak dalam kasus tuduhan (zina). Abu Zanad berkata : Kemudian aku bertanya kepada Abdullah bin Amir bin Rabi’ah tentang hal itu, maka jawabnya, “Aku dapatkan Umar bin Khaththab, ‘Utsman bin Affan dan khalifah-khalifah yang lain, maka aku tidak melihat seorangpun yang menghukum jilid kepada seorang budak dalam kasus tuduhan (zina) yang melebihi empat puluh dera”. [HR. Malik dalam Muwaththa']
Keterangan :
Ulama telah sepakat bahwa penuduh zina apabila tidak bisa mendatangkan empat orang saksi, ia harus dihukum dera sebanyak 80 kali berdasarkan QS. An-Nuur : 4. Tetapi apabila yang menuduh itu seorang budak, ulama berbeda pendapat. Yaitu ada yang berpendapat bahwa diapun juga harus dihukum 80 kali dera, dan ada yang berpendapat dia hanya dikenai hukuman separuhnya (40 kali dera).
Orang yang mengaku berzina dengan seorang perempuan, tidak berarti menuduhnya.
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هُزَالٍ قَالَ: كَانَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ يَتِيْمًا فِى حِجْرِ اُبَيٍّ، فَاَصَابَ جَارِيَةً مِنَ اْلحَيِّ، فَقَالَ لَهُ اُبَيٌّ: ائْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص فَاَخْبِرْهُ بِمَا صَنَعْتَ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ لَكَ. فَاَتَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنِّى زَنَيْتُ، فَاَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللهِ. فَاَعْرَضَ عَنْهُ، فَعَادَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنِّى زَنَيْتُ، فَاَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللهِ. فَاَعْرَضَ عَنْهُ، ثُمَّ اَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنِّى زَنَيْتُ، فَاَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللهِ. ثُمَّ اَتَاهُ الرَّابِعَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنِّى زَنَيْتُ، فَاَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكَ قَدْ قُلْتَهَا اَرْبَعَ مَرَّاتٍ. فَبِمَنْ؟ قَالَ: بِفُلاَنَةَ. قَالَ: ضَاجَعْتَهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ جَامَعْتَهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. فَاَمَرَ بِهِ اَنْ يُرْجَمَ فَخَرَجَ بِهِ اِلَى اْلحَرَّةِ. فَلَمَّا رُجِمَ فَوَجَدَ مَسَّ اْلحِجَارَةِ جَزِعَ، فَخَرَجَ يَشْتَدُّ، فَلَقِيَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ اُنَيْسٍ، وَ قَدْ اَعْجَزَ اَصْحَابَهُ، فَنَزَعَ بِوَظِيْفِ بَعِيْرٍ فَرَمَاهُ بِهِ، فَقَتَلَهُ، ثُمَّ اَتَى النَّبِيَّ ص فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ فَقَالَ: هَلاَّ تَرَكْتُمُوْهُ، لَعَلَّهُ يَتُوْبُ اللهُ عَلَيْهِ. احمد و ابو داود
Dari Nu’aim bin Huzal ia berkata : Adalah Ma’iz bin Malik seorang yatim di bawah asuhan Ubay, lalu ia berzina dengan seorang perempuan dari suatu kampung. Kemudian Ubay berkata kepadanya, “Pergilah kepada Rasulullah SAW kemudian beritahukanlah kepadanya apa yang engkau perbuat, barangkali beliau akan memohonkan ampun untukmu !”. Lalu ia datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berbuat zina maka laksanakan hukum Allah atas diriku”. Kemudian Nabi SAW berpaling darinya, lalu Ma’iz datang lagi dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina maka laksanakanlah hukum Allah atas diriku”. Lalu Nabi SAW berpaling lagi darinya. Kemudian Ma’iz datang lagi kepada beliau ke tiga kalinya dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina maka laksanakanlah hukum Allah atas diriku”. Kemudian ia datang lagi yang ke empat kalinya dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah berzina maka laksanakanlah hukum Allah atas diriku”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Engkau telah mengucapkan pengakuanmu itu empat kali. Lalu dengan siapa engkau berzina ?”. Ia menjawab, “Dengan si Anu”. Nabi SAW bertanya, “Engkau menidurinya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Nabi SAW bertanya lagi, “Engkau mencampurinya ?”. Ia menjawab, “Ya”. Kemudian diperintahkan untuk dihukum rajam. Kemudian beliau membawanya keluar ke tanah berbatu. Tatkala ia dirajam dan merasakan benturan batu-batu, ia pun kesakitan, lalu  lari karena sakit, kemudian Abdullah bin Unais menjumpainya dan dia menganggap lemah kepada rekannya, lalu dia mencabut tulang  betis unta dan melemparkannya kepada Ma’iz sehingga mati. Kemudian dia datang kepada Nabi SAW lalu menyebutkan hal tersebut kepada beliau. Maka Nabi SAW bersabda : “Mengapa tidak kamu biarkan saja, barangkali ia mau tobat lalu Allah menerima tobatnya ?”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud].
Hukum Li’an
Firman Allah SWT :
وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَاجَهُمْ وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُمْ شُهَدَآءُ اِلاَّ اَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ اَحَدِهِمْ اَرْبَعُ شَهدتٍ بِاللهِ اِنَّه لَمِنَ الصّدِقِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةُ اَنَّ لَعْنَتَ اللهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ اْلكذِبِيْنَ. النور:6-7
Dan orang-orang yang menuduh isrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. [QS. An-Nuur : 6-7]
وَ يَدْرَؤُا عَنْهَا اْلعَذَابَ اَنْ تَشْهَدَ اَرْبَعَ شَهدتٍ بِاللهِ اِنَّه لَمِنَ اْلكذِبِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ عَذَابَ اللهِ عَلَيْهَا اِنْ كَانَ مِنَ الصّدِقِيْنَ. النور:8-9
Dan istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah, sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. [QS. An-Nuur : 8-9]
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَجُلاً لاَعَنَ امْرَأَتَهُ وَ انْتَفَى مِنْ وَلَدِهَا، فَفَرَّقَ رَسُوْلُ اللهِ ص بَيْنَهُمَا وَ اَلْحَقَ اْلوَلَدَ بِاْلمَرْأَةِ. الجماعة
Dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ada seorang laki-laki yang menuduh istrinya berzina lalu berbuat li’an dan ia tidak mengakui anak yang dilahirkan istrinya, kemudian Rasulullah SAW memisahkan antara keduanya dan menghubungkan anak tersebut kepada ibunya. [HR. Jamaah].
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ اَنَّهُ قَالَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ: يَا اَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ، اْلمُتَلاَعِنَانِ اَ يُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ، نَعَمْ. اِنَّ اَوَّلَ مَنْ سَأَلَ عَنْ ذلِكَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ. قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَرَأَيْتَ لَوْ وَجَدَ اَحَدُنَا امْرَأَتَهُ عَلَى فَاحِشَةٍ كَيْفَ يَصْنَعُ؟ اِنْ تَكَلَّمَ تَكَلَّمَ بِاَمْرٍ عَظِيْمٍ. وَ اِنْ سَكَتَ سَكَتَ عَلَى مِثْلِ ذلِكَ. قَالَ: فَسَكَتَ النَّبِيُّ ص، فَلَمْ يُجِبْهُ، فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ ذلِكَ اَتَاهُ فَقَالَ: اِنَّ الَّذِى سَأَلْتُكَ عَنْهُ ابْتُلِيْتُ بِهِ. فَاَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ هذِهِ اْلايتِ فِى سُوْرَةِ النُّوْرِ { وَ الَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَاجَهُمْ} فَتَلاَهُنَّ عَلَيْهِ وَ وَعَظَهُ وَ ذَكَّرَهُ وَ اَخْبَرَهُ اَنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا اَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ اْلآخِرَةِ، فَقَالَ: لاَ، وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ نَبِيًّا مَا كَذَبْتُ عَلَيْهَا.ثُمَّ دَعَاهَا وَ وَعَظَهَا وَ اَخْبَرَهَا اَنَّ عَذَابَ الدُّنْيَا اَهْوَنُ مِنْ عَذَابِ اْلآخِرَةِ. فَقَالَ لاَ، وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ  نَبِيًّا اِنَّهُ لَكَاذِبٌ. فَبَدَأَ بِالرَّجُلِ، فَشَهِدَ اَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللهِ. اِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِيْنَ. وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ لَعْنَةَ اللهِ عَلَيْهِ اِنْ كَانَ مِنَ اْلكَاذِبِيْنَ. ثُمَّ ثَنَى بِاْلمَرْأَةِ فَشَهِدَتْ اَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللهِ. اِنَّهُ لَمِنَ اْلكَاذِبِيْنَ وَ اْلخَامِسَةَ اَنَّ غَضَبَ اللهِ عَلَيْهَا اِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ. ثُمَّ فَرَّقَ بَيْنَهُمَا. احمد و البخارى و مسلم
Dari Sa’id bin Jubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar, “Hai Abu Abdurrahman, apakah suami istri yang telah berli’an itu harus diceraikan antara keduanya ?”. Ia menjawab, “Subhaanallaah, ya !. Sesungguhnya pertama kali orang yang bertanya tentang hal itu adalah Fulan bin Fulan”. Ia bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu kalau salah seorang di antara kami ini mendapati istrinya berbuat zina, apakah yang harus ia lakukan ? Jika ia berbicara berarti berbicara tentang urusan besar dan jika ia diam berarti ia mendiamkan perkara besar juga”. Ibnu Umar berkata, “Kemudian Nabi SAW diam, tidak menjawabnya”. Kemudian ia datang lagi kepada Nabi SAW lalu berkata, “Sesungguhnya yang kutanyakan kepadamu itu menimpa diriku sendiri”. Lalu Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat-ayat dalam surat An-Nuur “Dan orang-orang yang menuduh istri-istrinya (berzina) ....”. Kemudian Nabi SAW membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan menasehatinya serta mengingatkannya dan memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat. Lalu orang itu berkata, “Tidak ! Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, aku tidak berdusta atas istriku”. Kemudian Nabi SAW memanggil istri orang itu seraya menasehatinya dan memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat. Perempuan itu kemudian berkata, “Tidak ! Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, suamiku itu dusta”. Lalu Nabi SAW memulai dari si laki-laki. Laki-laki itu bersumpah dengan nama Allah empat kali bahwa dia sungguh di pihak yang benar, dan ke limanya semoga laknat Allah akan menimpa dirinya jika ia berdusta. Lalu RasulullahSAW beralih kepada si wanita, kemudian wanita itu bersaksi dengan nama Allah empat kali bahwa sesungguhnya suaminya itu berdusta, dan kelimanya semoga murka Allah ditimpakan kepadanya jika suaminya itu benar. Lalu beliau menceraikan keduanya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ عُوَيْمِرًا اْلعَجْلاَنِيَّ اَتَى رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَرَأَيْتَ رَجُلاً وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجًلاً، اَيَقْتُلُهُ، فَتَقْتُلُوْنَهُ، اَمْ كَيْفَ يَفْعَلُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قَدْ نَزَلَ فِيْكَ وَ فِى صَاحِبَتِكَ فَاذْهَبْ فَأْتِ بِهَا. قَالَ سَهْلٌ: فَتَلاَعَنَا، وَ اَنَا مَعَ النَّاسِ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص. فَلَمَّا فَرَغَا، قَالَ عُوَيْمِرٌ: كَذَبْتُ عَلَيْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنْ اَمْسَكْتُهَا، فَطَلَّقَهَا ثَلاَثًا قَبْلَ اَنْ يَأْمُرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص، قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: فَكَانَتْ سُنَّةَ اْلمُتَلاَعِنَيْنِ. الجماعة الا الترمذى
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa sesungguhnya ‘Uwaimir Al-’Ajlaaniy pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang mendapati istrinya bersama laki-laki lain, apakah boleh ia membunuh laki-laki itu atau kalian yang membunuhnya atau bagaimana ia harus berbuat ?”. Kemudian Nabi SAW menjawab, “Telah turun (ayat) tentang kamu dan istrimu, maka pergilah dan bawalah istrimu kemari”. Sahl berkata : Kemudian keduanya melakukan li’an, sedang aku bersama orang banyak di sisi Rasulullah SAW. Setelah keduanya selesai, ‘Uwaimir berkata, “Jika aku mempertahankannya berarti aku berdusta terhadapnya, ya Rasulullah”. Lalu ia menthalaqnya tiga kali sebelum diperintah oleh Rasulullah SAW. Ibnu Syihab berkata, “Begitulah aturan yang berlaku bagi suami istri yang melakukan li’an”. [HR. Jamaah kecuali Tirmidzi].
و فى رواية احمد و البخارى و مسلم، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: ذَاكُمُ التَّفْرِيْقُ بَيْنَ كُلِّ مُتَلاَعِنَيْنِ.
Dan dalam riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim : Kemudian Nabi SAW bersabda, “Itulah bentuk perceraian antara suami istri yang berli’an”.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: November 10, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak