Ahad,
15 Desember 1996/4 Sya'ban 1417
Brosur No. : 862/902/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-25)
Pada
waktu itu pintu rumah shahabat Al-Arqam tertutup, karena rumah itu sedang
dipergunakan oleh Nabi SAW untuk mengajar, sebab pada masa itu cara beliau
mengajar pengikut-pengikutnya masih dengan sembunyi-sembunyi agar tidak
diketahui oleh kaum musyrikin.
Setelah
Umar bin Khaththab tiba di rumah shahabat Al-Arqam, dengan membawa pedang yang
masih terhunus, ia segera mengetok pintunya terus-menerus dengan
sekeras-kerasnya.
Dari
dalam, penjaga pintu itu bertanya : "Siapa itu ?".
Umar
menjawab dengan suara keras : "Ibnul Khaththab !".
Penjaga
pintu itu lalu mengintai dari dalam, untuk membuktikan, betulkah yang mengetok
pintu itu Umar bin Khaththab. Ternyata betul bahwa yang mengetok pintu itu Umar
bin Khaththab dengan membawa pedang terhunus. Lantaran itu penjaga pintu itu
tidak mau membukakan pintu, karena ia mengira bahwa kedatangan Umar bin
Khaththab itu akan mengamuk, dan boleh jadi akan membunuh Nabi Muhammad SAW.
Maka dari itu penjaga pintu lebih dulu memberitahukan kedatangan Umar itu kepada
Nabi SAW. Pada saat itu Umar tidak sabar lagi menunggu lebih lama, dan karenanya
pintu itu diketoknya lagi dengan sekeras-kerasnya.
Para
shahabat yang ada di dalam rumah itu tidak ada seorangpun yang berani membukakan
pintu. Karena maklumlah, bahwa mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Umar
akan menjadi seorang kawan yang terkemuka bagi mereka, bahkan mereka beranggapan
dan menyangka bahwa Umar bin Khaththab masih menjadi lawan yang terbesar,
apalagi kedatangannya itu dengan membawa pedang terhunus. Pada saat itu para
shahabat yang ada di dalam rumah shahabat Al-Arqam itu sangat mengkhawatirkan
diri Nabi SAW.
Kemudian,
setelah Nabi SAW mengetahui kedatangan Umar bin Khaththab, maka beliau bersabda
: "Bukakan pintu ! Biarkan Umar masuk, semoga Allah menjadikannya seorang
yang baik dan memberi petunjuk kepadanya".
Kemudian
shahabat Hamzah (paman Nabi SAW) berkata : "Bukakanlah pintu itu, persilahkan
Umar masuk, mungkin Allah akan memberikan kebaikan kepadanya dengan mengikut
seruan Muhammad, memeluk Islam dan tunduk di bawah panji-panji Kalimah Tauhid.
Tetapi jika kedatangannya bukan demikian, maka akulah yang akan mengha-dapinya
dan akulah yang akan menghabisi nyawanya".
Tetapi
penjaga pintu itu masih belum mau membukakan pintu, karena dia sangat takut.
Oleh sebab itu shahabat Hamzah dan shahabat Zubair lalu mendekati pintu.
Kemudian barulah penjaga pintu itu berani membuka pintu, dan ketika Umar masuk,
dengan segera tangan kanannya dipegang oleh Hamzah dan tangan kirinya dipegang
oleh Zubair. Dan setelah Umar bin Khaththab mendekati tempat duduk Nabi SAW,
maka seketika itu juga badannya gemetar, karena takutnya melihat wajah Nabi SAW.
Kemudian beliau bersabda kepada kedua shahabat tadi : "Lepaskan Umar!"
Maka oleh kedua shahabat itu Umar bin Khaththab dilepaskan dengan segera dan
lalu didudukkan dihadapan Nabi SAW. Kemudian beliau menarik pakaian Umar dengan
bertanya :
مَا
جَاءَ بِكَ يـَا ابـْنَ اْلخَطَّابِ ؟
"Dengan
maksud apa kedatanganmu kemari, hai Ibnul Khaththab ?"
فَوَ
اللهِ مَا اَرَى اَنْ تَنْتَهِيَ حَتَّى يُنَزِّلَ اللهُ بِكَ
قَارِعَةً.
"Demi
Allah ! Aku tidak menyangka bahwa engkau akan berhenti dari perbuatanmu sehingga
Allah menurunkan sesuatu yang sangat
menggon-cangkanmu".
Umar
bin Khaththab menjawab dengan tegas :
جِئْتُ
َلاُوْمِنُ بِاللهِ وَرَسُوْلــِهِ وَ بِمَا جَاءَ مِنْ عِنْدِ اللهِ.
"Aku
datang kemari demi sesungguhnya aku akan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada apa-apa yang telah datang dari sisi Allah".
Oleh
sebab itu Nabi SAW lalu menepuk dada
Umar dengan tangan kanannya tiga kali dan bersabda :
اَسْلِمْ
يـَا ابـْنَ اْلخَطَّابِ، اَللّهُمَّ اهْدِ قَلْبَهُ ! اَللّهُمَّ اهْدِ عُمَرَ
بْنَ اْلخَطَّابِ ! اَللّهُمَّ اخْرُجْ مَا فِى صَدْرِ عُمَرَ مِنْ غِلٍّ
وَابـْدِلْهُ اِيـْمَانًا !
"Islamlah
engkau hai Umar bin Khaththab ! Ya Allah, tunjukilah hati-nya ! Ya Allah,
tunjukilah Umar bin Khaththab ! Ya Allah, keluarkanlah apa-apa yang ada di dalam
dada Umar dari pada perasaan benci, dan gantilah dengan iman
!".
Selanjutnya
Nabi SAW bersabda :
اَ
لَمْ يَأْنِ لَكَ يَاعُمَرَ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَاَنَّ
مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ؟
"Apakah
belum masanya bagimu Umar, bahwa engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Rasul Allah ?".
Lalu
seketika itu juga Umar membaca syahadat di hadapan Nabi
SAW:
اَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَاَنَّكَ رَّسُوْلُ اللهِ.
"Aku
bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya
engkau (Muhammad) adalah Rasul Allah".
Setelah
Umar bin Khaththab membaca syahadat, lalu Nabi SAW membaca takbir tiga
kali.
اَللهُ
اَكْــبَرُ ! اَللهُ اَكْــبَرُ ! اَللهُ اَكْــبَرُ !
"Allah
Maha Besar ! Allah Maha Besar ! Allah Maha Besar !"
Kemudian
sekalian kaum Muslimin yang ada di dalam rumah itu membaca takbir juga
bersama-sama dengan suara sekeras-kerasnya.
Kemudian
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
اَوَ
مَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنهُ وَجَعَلْنَالَه نُوْرًا يَّمْشِيْ بِه فِى
النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُه فِى الظُّـلُمتِ لَـيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا، كَذلِكَ
زُيـِّنَ لِلْكـفِرِيـْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. الانعام:122
"Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat ke luar dari padanya ?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan". [Al-An'am : 122]
7.
Umar bin Khaththab Usul Kepada Nabi SAW
Dengan
Islamnya Umar bin Khaththab dikala itu, kaum Muslimin sangat gembira,
kegembiraan yang tidak terhingga, karena dipandangnya hal itu suatu rahmat yang
besar dari Allah.
Kemudian
Umar bin Khaththab mengemukakan usul kepada Nabi SAW, dia berkata
:
يـَا
رَسُوْلَ اللهِ ! اَ لَسْنَا عَلَى اْلحَقِّ وَ اِنْ مُتْنَا وَ اِنْ
حُيِّيْنَا؟
"Ya
Rasulullah ! Bukankah kita di atas kebenaran, meskipun kita mati ataupun hidup
?".
Nabi
SAW menjawab :
بَلَى
وَ الَّذِىْ نَفْسِى بِيَدِهِ اِنَّكُمْ عَلَى اْلحَقِّ وَ اِنْ مُتُّمْ وَ اِنْ
حُيِّيْتُمْ.
"Ya,
betul, demi Tuhan yang diriku ada di tangan-Nya, memang sesungguhnya kamu semua
di atas kebenaran, sekalipun kamu mati ataupun hidup".
Umar
berkata :
عَلاَمَ
نُخْفِى دِيْنَنَا يـَارَسُوْلَ اللهِ، وَ نَحْنُ عَلَىاْلحَقِّ وَهُمْ عَلَى
اْلبَاطِلِ؟
"Mengapa
kita menyembunyikan agama kita, ya Rasulullah ? Padahal kita di atas kebenaran
dan mereka diatas kesalahan ?".
Nabi
SAW menjawab :
اِنـَّا
قَلِيْلٌ، وَقَدْ رَأَيـْتَ مَا لَـقَـيْنَا يـَا عُمَرُ !
"Sesungguhnya
kita masih sedikit, dan engkau telah melihat sendiri apa yang telah kita dapati,
hai Umar ?".
Umar
berkata lagi :
يـَا
رَسُوْلَ اللهِ، لاَ يَنْبَغِى اَنْ تَكْـتُمَ هذَا الدِّيـْنَ. اَظْهِرْ دِيْنَكَ.
فَوَ اللهِ لاَ يَعْبُدُ اللهَ سِرًّا بَعْدَ اْليَوْمِ. وَ الَّذِيْ بَعَثَكَ
بِاْلحَقِّ مَا بَقِيَ مَجْلِسٌ كــُنْتُ اَجْلِسُ فِيْهِ بِاْلكُـفْرِ اِلاَّ
اَظْهَرْتُ فِيْهِ بِاْلاِسْلاَمِ غَيْرَ هَائِبٍ وَلاَ خَائِـفٍ.
"Ya
Rasulullah tidaklah sepatutnya, jika engkau menyembunyikan agama (Islam) ini,
tampakkanlah agama ini ! Maka demi Allah, tidak pantas menyembah kepada Allah
dengan sembunyi-sembunyi sesudah hari ini. Demi Tuhan yang mengutus engkau
dengan kebenaran ! Tidak ketinggalan disatu majelis yang dahulu aku duduk di
dalamnya dengan kekufuran, melainkah haruslah aku menampakkan didalamnya dengan
Islam, dengan tidak gentar dan tidak takut".
Nabi
SAW mengetahui bahwa Umar sungguh-sungguh akan membela agama Allah dan juga ia
ingin mendatangi semua pemuka/kepala kaum musyrikin Quraisy, seperti Abu Jahal,
Abu Lahab dan lain-lainnya, dengan sengaja untuk menunjukkan keislamannya kepada
mereka.
Oleh
sebab itu maka Nabi SAW memperkenankan Umar untuk melaksanakan
kehendak-kehendaknya, asalkan kehendak-kehendaknya itu tidak dilarang oleh
Allah.
8.
Pawai Kaum Muslimin Yang Pertama
Kali
Keesokan
harinya, di waktu pagi Umar bin Khaththab datang ke rumah shahabat Al-Arqam,
disitu ia menanti-nanti kedatangan kaum Muslimin di rumah itu. Karena kaum
Muslimin biasa setiap pagi datang di rumah Al-Arqam untuk menerima pelajaran
dari Nabi SAW.
Pada
hari itu, setelah kaum Muslimin datang ke rumah Al-Arqam, lalu dikumpulkan dan
disuruh berbaris oleh Umar bin Khaththab. Kemudian setelah Nabi SAW hadir di
tempat itu, dan kaum Muslimin sudah berbaris, maka Umar bin Khaththab meminta
Nabi SAW supaya berjalan di muka barisan, dan di belakang beliau adalah Umar bin
Khaththab bersama Hamzah bin Abdul Muththalib. Memang kedua shahabat inilah yang
mengepalai pawai kaum Muslimin tersebut, dan kedua shahabat itu berjalan dengan
menyelempangkan panahnya sambil membawa pedang terhunus, dan dalam pawai itu,
kedua-duanya membaca :
لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ !
Juga
kaum Muslimin di belakangnya membacanya bersama-sama. Dan Umar berkata dengan
suara keras : "Barangsiapa yang berani mengganggu salah seorang yang ada di
belakangku, maka tentu pedangku ini akan memotong lehernya".
Demikianlah
selama berjalan itu Umar senantiasa berkata semacam itu.
Pawai
(arak-arakan) ini dimulai dari rumah shahabat Al-Arqam, dan berjalan melalui
rumah Umar sendiri, kemudian melewati rumah Nabi SAW dan terus berjalan
mengelilingi kampung-kampung yang berdekatan dengan Masjid Al-Haram, lantas
masuk ke dalam masjid dan berthawaf (mengelilingi) Ka'bah bersama-sama sampai
siang hari; kemudian mengerjakan shalat
di samping Ka'bah dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan suara yang keras,
diperdengarkan kepada kaum Musyrikin. Sesudah shalat akhirnya pawai itu diakhiri
dengan selamat.
Pada
waktu itu, kaum Musyrikin tercengang melihat adanya pawai yang diadakan oleh
kaum Muslimin yang dipimpin oleh Umar bin Khaththab itu, dan mereka kecewa dan
menyesalkan Umar bin Khaththab.
Meskipun
demikian, tak seorangpun dari mereka yang berani mengganggu; jangankan sampai
mengganggu, mendekat saja tidak berani.
Demikianlah
riwayat Islamnya Umar bin Khaththab. Dan dengan masuk Islamnya Umar bin
Khaththab, seketika itu juga garis perjuangan kaum Muslimin dalam menghadapi
kaum Musyrikin berubah sedemikian rupa. Dan juga karena sebelum masuk Islamnya
Umar bin Khaththab, telah masuk Islam pula seorang shahabat Nabi yang gagah
berani yaitu Hamzah bin Abdul Muththalib.
Dengan
ini benarlah apabila Nabi SAW pernah bersabda :
اِنَّ
اللهَ جَعَلَ اْلحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَ قَلْـبِهِ. الترمذى عن ابن
عمر
"Sesungguhnya
Allah telah menjadikan kebenaran itu atas lisan Umar dan hatinya". [HR.
Tirmidzi, dari Ibnu Umar, V : 280 ].
اِنِّى
َلاَنــْظُرُ اِلَى شَيَاطِيْنِ اْلجِنِّ وَاْلاِنْسِ قَدْ فَرُّوْا مِنْ عُمَرَ.
الترمذى عن عائشة
"Sesungguhnya
aku (Nabi) sungguh melihat bahwa syethan-syetan jin dan syetan-syetan manusia
melarikan diri dari Umar".
[HR.
Tirmidzi dari Aisyah, V : 284]
لَـقَدْ
كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِى اِسْرَائِيْلَ رِجَالٌ يُكَـلَّمُوْنَ
مِنْ غَيْرِ اَنْ يَكُـوْنُوْا اَنــْبِيَاءَ فَاِنْ يَكُـنْ مِنْ اُمـَّتِى
مِنْهُمْ اَحَدٌ فَعُمَرُ. البخارى عن ابى هريرة
"Sesungguhnya
diantara orang-orang sebelummu dahulu dari kaum Bani Israil, ada orang-orang
laki-laki yang diajak bicara oleh Allah, padahal mereka itu bukan Nabi-nabi;
maka jika ada diantara ummatku orang seperti orang-orang itu, maka
Umar-lah". [HR. Bukhari dari Abu Hurairah, IV : 200]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak