Ahad,
30 Juni 2002/19 Rabiuts-tsani 1423 Brosur No. :
1137/1177/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-107)
Diriwayatkan
bahwa baru saja naskah surat perjanjian perdamaian selesai ditulis, Suhail bin
‘Amr belum kembali ke Makkah dan Nabi SAW belum juga kembali ke Madinah,
tiba-tiba datanglah seorang pemuda putra Suhail bin ‘Amr bernama Abu Jandal
dengan terbelenggu tangannya menghadap Nabi SAW.
Abu
Jandal sebenarnya sudah beberapa waktu mengikut Islam di Makkah, tetapi karena
ia seorang anak pembesar Quraisy, maka ditahan dan dikurung di rumahnya, serta
diikat kedua tangannya. Dia datang menghadap Nabi SAW ketika itu bermaksud
menggabungkan diri dengan kaum muslimin akan ikut mereka ke Madinah, karena
tidak tahan lagi hidup dianiaya di Makkah.
Setelah
Suhail melihat perbuatan anaknya itu, maka ia mengejarnya dan menyeret serta
menampar mukanya, dan memaksanya supaya kembali ke Makkah bersamanya. Karena
perbuatan bapaknya yang kejam itu, maka ia berteriak-teriak minta tolong kepada
kaum muslimin. Abu Jandal berkata :
يَا
مَعْشَرَ اْلمُسْلِمِيْنَ، أَ اُرَدُّ اِلَى اْلمُشْرِكِيْنَ يَفْتِنُوْنِى فِى
دِيْنِى. ابن هشام 4: 287
Hai
kaum muslimin, apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik sehingga
mereka menyiksaku karena agamaku ?.
[Ibnu Hisyam 4 : 287]
Dan
diwaktu menampar muka Abu Jandal tersebut, Suhail bin ‘Amr sambil berkata kepada
Nabi SAW, “Hai Muhammad, inilah satu tanda bukti yang pertama dari buah
perjanjian perdamaian antara aku dan engkau”.
Nabi
SAW menjawab, “Betul kamu wahai Suhail”.
Mendengar
teriakan Abu Jandal yang menyedihkan itu segenap kaum muslimin menjadi gusar dan
gempar, karena mereka tidak sampai hati melihat peristiwa itu. Kemudian Nabi SAW
bersabda :
يَا
اَبَا جَنْدَلٍ، اِصْبِرْ وَ احْتَسِبْ، فَاِنَّ اللهَ جَاعِلٌ لَكَ وَ لِمَنْ
مَعَكَ مِنَ اْلمُسْتَضْعَفِيْنَ فَرَجًا وَ مَخْرَجًا. اِنَّا قَدْ عَقَدْنَا
بَيْنَنَا وَ بَيْنَ اْلقَوْمِ صُلْحًا وَ اَعْطَيْنَاهُمْ عَلَى ذلِكَ وَ
اَعْطَوْنَا عَهْدَ اللهِ وَ اِنَّا لاَ نَغْدِرُ بِهِمْ. ابن هشام 4:
287
Hai
Abu Jandal, shabarlah dan tabahkanlah hatimu, karena sesungguhnya Allah akan
menjadikan bagimu dan bagi orang yang beserta kamu dari orang-orang Islam yang
lemah dan tertindas itu kelapangan dan jalan keluar dari kesulitan. Sesungguhnya
kami telah menetapkan suatu perjanjian damai antara kami dan kaum Quraisy, dan
kami telah memberikan perjanjian kepada mereka atas yang demikian itu, dan
merekapun telah memberikan perjanjian kepada kami dengan nama Allah, dan
sesungguhnya kami tidak akan berkhianat kepada mereka itu.
[Ibnu Hisyam 4 : 287]
Demikianlah
nasehat yang diberikan oleh Nabi SAW kepada Abu Jandal dan dengan demikian, maka
ia terpaksa mengikut kemauan bapaknya kembali ke Makkah.
Melihat
penderitaan Abu Jandal yang berat itu ‘Umar bin Khaththab lalu meloncat, ia
menghampiri dan berjalan di sampingnya sambil berkata kepadanya
:
اِصْبِرْ
يَا اَبَا جَنْدَلٍ، فَاِنَّمَا هُمُ اْلمُشْرِكُوْنَ وَ اِنَّمَا دَمُ اَحَدِهِمْ
دَمُ كَلْبٍ. ابن هشام 4: 287
Sabarlah
hai Abu Jandal, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang musyrik, dan
tidak lain darah seseorang dari mereka itu melainkan darah anjing
belaka.
[Ibnu Hisyam 4 : 287]
‘Umar
berbuat demikian kepada Abu Jandal itu bertujuan agar Abu Jandal mencabut
pedangnya sendiri dan memancungkannya kepada bapaknya yang masih musyrik dan
kejam itu. Tetapi Abu Jandal tidak mau melakukan apa yang diisyaratkan ‘Umar
itu, karena ia telah penuh percaya kepada apa yang baru dinyatakan oleh Nabi
SAW.
Nabi
SAW bertahallul membathalkan niat ‘umrahnya
Setelah
selesai semuanya, Suhail bin ‘Amr dengan kawan-kawannya telah kembali dari
Hudaibiyah pulang ke Makkah, sedang Abu Jandal terpaksa mengikut bapaknya dengan
teraniaya, maka sebagian besar kaum muslimin yang bersama Nabi SAW di Hudaibiyah
merasa gelisah akibat perjanjian perdamaian yang baru saja dilakukan itu.
Perasaan tidak puas dalam hati mereka sangat mendalam. Maklumlah mereka belum
mengetahui hasil yang akan diperoleh di masa depan dari adanya perjanjian
perdamaian itu.
Kemudian
Nabi SAW memerintahkan kepada kaum muslimin supaya menyembelih unta-unta yang
telah disediakan untuk diqurbankan (dihadiahkan) dan mencukur rambut kepala
sebagai tanda tidak jadi masuk ke Makkah mengerjakan ‘umrah dan akan kembali ke
Madinah.
Tiga
kali berturut-turut perintah itu diserukan kepada kaum muslimin, tetapi tidak
seorang pun dari mereka yang mau mengerjakannya. Mereka sampai berlaku demikian
karena dari kejengkelan dan kegelisahan mereka terhadap perjanjian perdamaian
yang dirasakan sangat merugikan. Jadi kaum muslimin seakan-akan protes atau
menuntut supaya surat perjanjian itu dihapuskan saja, kemudian mereka beserta
beliau memasuki kota Makkah dengan kekuatan senjata, sebagaimana yang telah
diniatkan semula.
Baru
kali inilah rasanya perintah Nabi SAW kepada para shahabat didiamkan begitu
saja. Oleh karena itu beliau waktu itu sangat gusar dan gelisah merasakan
peristiwa itu. Dan dengan hati yang amat kesal beliau lalu masuk ke kemahnya,
kemudian menceritakan kepada istri beliau yaitu Ummu Salamah, tentang peristiwa
yang baru saja dirasakan dan yang sangat menyedihkan itu. Ketika itu beliau
mengatakan kepada istrinya bahwa beliau sangat khawatir jika sampai terjadi
Allah menurunkan siksa-Nya kepada kaum muslimin, karena mereka tidak mau
melaksanakan perintah beliau.
Setelah
mendengar keluh kesah beliau itu Ummu Salamah sangat terharu, dan iapun mengerti
bahwa tindakan kaum muslimin yang seakan-akan mogok, tidak mau mengerjakan
perintah itu bukanlah tanda mereka ingkar atau menolak perintah beliau. Mereka
hanya sedang merenungkan akibat-akibat yang akan terjadi dimasa depan setelah
diadakannya perjanjian perdamaian yang mereka rasakan akan mengakibatkan
kerugian-kerugian besar bagi Islam dan pengikutnya. Sehubungan dengan hal itu,
maka untuk mengatasi peristiwa yang tidak diinginkan oleh Nabi SAW itu Ummu
Salamah mengemukakan pendapatnya kepada beliau :
يَا
نَبِيَّ اللهِ، اَتُحِبُّ ذلِكَ؟ اُخْرُجْ ثُمَّ لاَ تَكَلَّمْ اَحَدًا مِنْهُمْ
كَلِمَةً حَتَّى تَنْحَرَ بُدْنَكَ وَ تَدْعُوَ حَالِقَكَ فَيَحْلِقُكَ. البداية و
النهاية4: 565
Ya
Nabiyallah, apakah kamu suka yang demikian itu ? Keluarlah, kemudian jangan
berbicara sepatah katapun dengan seseorang dari mereka sehingga engkau menyembelih untamu dan engkau
memanggil tukang cukur, lalu engkau bercukur.
[Al-Bidayah wan Nihayah 4 : 565]
Mendengar
apa yang disampaikan istrinya itu Nabi SAW lalu berdiri dan keluar dari kemah,
tidak berbicara sepatah katapun dengan shahabat, kemudian beliau menyembelih
unta, lalu memanggil tukang cukur dan beliau bercukur. Menurut riwayat bahwa
yang mencukur beliau ialah Khirasy bin Umayyah
Al-Khuza’iy.
Ternyata
seketika itu juga kaum muslimin serentak beramai-ramai mereka menyembelih hadya,
lalu saling mencukur satu dengan yang lain.
Kemudian
beliau berdoa, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur (menggundul)
rambutnya.
Ada
shahabat yang berkata, “Dan orang-orang yang memotong rambutnya ya Rasulullah
!. Nabi SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur
rambutnya.
Mereka
berkata, “Dan orang-orang yang memotong rambutnya ya Rasulullah !. Nabi
SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur
rambutnya.
Mereka
berkata lagi, “Dan orang-orang yang memotong rambutnya ya Rasulullah !.
Maka beliau SAW bersabda, “Dan orang-orang yang memotong
rambutnya”.
Mereka
lalu bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau melebihkan memohonkan rahmat
untuk orang-orang yang mencukur rambut, bukan orang-orang yang memotong rambut
?”.
Beliau
SAW menjawab, “Mereka itu tidak ragu-ragu lagi)”. [Ibnu Hisyam 4 :
288]
Sesudah
Nabi SAW dan kaum muslimin membathalkan ibadah ‘umrahnya, kemudian mereka
kembali ke Madinah.
Firman
Allah yang turun setelah perjanjian Hudaibiyah
Tatkala
Nabi SAW meninggalkan Hudaibiyah, dan dalam perjalanan antara Makkah dan
Madinah, turunlah kepada beliau satu surat lengkap yang berisi 29 ayat, yang
kemudian dinamakan surat Al-Fath yang artinya sebagai berikut
:
Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, (1) supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, (2)
dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). (3) Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan
kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana, (4) supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang
demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah, (5) dan supaya Dia
mengadzab orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik
laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah.
Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan
mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka
Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. (6) Dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (7)
Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, (8) supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama) Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi
dan petang. (9) Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan
mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar
janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada
Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (10) Orang-orang Badui yang
tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami
telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami”, mereka mengucapkan
dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah
(gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki
kemudlaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu”. Sebenarnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (11) Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul
dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka
selama-lamanya dan syaithan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu
persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu
menjadi kaum yang binasa. (12) Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir
neraka yang menyala-nyala. (13) Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit
dan bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengadzab
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (14)
Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk
mengambil barang rampasan, “Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu”.
Mereka hendak merubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh)
mengikuti kami, demikian Allah telah menetapkan sebelumnya”. Mereka akan
mengatakan, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami”. Bahkan mereka tidak mengerti
melainkan sedikit sekali. (15) Katakanlah kepada orang-orang Badui yang
tertinggal, “Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan
yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka
jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Allah akan memberikan kepadamu pahala yang
baik dan jika kamu berpaling sebagaimana kamu telah berpaling sebelumnya,
niscaya Dia akan mengadzab kamu dengan adzab yang pedih”. (16) Tiada dosa atas
orang-orang yang buta dan atas orang-orang yang pincang dan atas orang yang
sakit (apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukannya ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai dan barangsiapa yang berpaling niscaya akan diadzab-Nya
dengan adzab yang pedih. (17) Sesungguhnya Allah telah ridla terhadap
orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya). (18) Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (19) Allah menjanjikan kepada
kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya
harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) mu
(agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang
mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (20) Dan (telah menjanjikan pula
kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat
menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan adalah Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (21) Dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi
kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka
tiada memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong. (22) Sebagai suatu
sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan
menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. (23) Dan Dialah yang menahan tangan
mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan)
mereka di tengah kota Makkah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, dan
adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (24) Merekalah orang-orang
yang kafir yang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi
hewan korban sampai ke tempat (penyembelihan) nya. Dan kalau tidaklah karena
laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kamu
ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan
tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari
membinasakan mereka). Supaya Allah memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke
dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan
mengadzab orang-orang kafir diantara mereka dengan adzab yang pedih. (25) Ketika
orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan
jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada
orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah
mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (26) Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada
Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa
sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan
aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa
takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan
sebelum itu kemenangan yang dekat. (27)
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (28)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu
lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh diantara mereka ampunan
dan pahala yang besar. (29)
[QS. Al-Fath : 1-29]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak