Ahad,
12 Januari 2003/09 Dzulqa’dah 1423 Brosur No. :
1160/1200/IF
Tentang
larangan berlaku dhalim
Firman
Allah SWT :
وَ
الَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَهُمُ اْلبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ. وَ جَزؤُا سَيّئَةٍ
سَيّئَةٌ مِثْلُهَا، فَمَنْ عَفَا وَ اَصْلَحَ فَاَجْرُه عَلَى اللهِ، اِنَّه لاَ
يُحِبُّ الظّلِمِيْنَ. وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِه فَاُولئِكَ مَا
عَلَيْهِمْ مّنْ سَبِيْلٍ. اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ
النَّاسَ وَ يَبْغُوْنَ فِى اْلاَرْضِ بِغَيْرِ اْلحَقّ، اُولئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ
اَلِيْمٌ، وَ لَمَنْ صَبَرَ وَ غَفَرَ اِنَّ ذلِكَ لَمِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ.
الشورى:39-43
Dan
(bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dhalim mereka membela
diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang dhalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang
membela diri karena teraniaya, maka tidak ada jalan untuk menyalahkan mereka.
Sesungguhnya ada jalan (untuk menyalahkan) orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang
yang bershabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian termasuk
hal-hal yang diutamakan.
[Asy-Syuura : 39 - 43]
Hadits-hadits
Nabi SAW :
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلْمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ
لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يَخْذُلُهُ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى ههُنَا. وَ
يُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرّ اَنْ
يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ. كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ
وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ. مسلم 4: 1986
Dari
Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Orang Islam itu
saudaranya orang Islam yang lain. Tidak boleh berlaku dhalim kepadanya, tidak
boleh membiarkannya (dengan tidak mau menolongnya), dan tidak boleh
menghinakannya. Taqwa itu di sini”, sambil menunjuk dada beliau tiga kali.
“Cukuplah seseorang itu berbuat jahat apabila ia merendahkan saudaranya orang
Islam yang lain. Tiap-tiap orang Islam terhadap orang Islam yang lain adalah
haram darahnya, kehormatannya dan harta bendanya”.
[HR. Muslim juz 4, hal. 1986]
عَنْ
اَبِى ذَرّ رض عَنِ النَّبِيّ ص فِيْمَا يَرْوِى عَنْ رَبّهِ عَزَّ وَ جَلَّ
اَنَّهُ قَالَ: يَا عِبَادِى اِنّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى، وَ
جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَّالَمُوْا. مسلم و الترمذى و ابن
ماجه
Dari
Abu Dzarr RA dari Nabi SAW didalam apa yang beliau riwayatkan dari Tuhannya
'Azza wa jalla, sesungguhnya Dia berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya
Aku telah mengharamkan kedhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya pula haram
diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku dhalim”.
[HR. Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah]
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِتَّقُوا الظُّلْمَ
فَاِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ اتَّقُوا الشُّحَّ فَاِنَّ
الشُّحَّ اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى اَنْ سَفَكُوْا
دِمَاءَهُمْ، وَ اسْتَحَلُّوْا مَحَارِمَهُمْ. مسلم 4: 1996
Dari
Jabir bin ‘Abdullah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah kalian
dari berlaku dhalim, karena sesungguhnya (berlaku) dhalim itu (menyebabkan)
kegelapan pada hari qiyamat, dan jauhkanlah kalian dari (berlaku) kikir, karena
sesungguhnya kikir itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian dan
bisa mendorong mereka hingga menumpahkan darah dan menghalalkan yang
haram”.
[HR. Muslim juz 4, hal. 1996]
عَنِ
اْلهِرْمَاسِ بْنِ زِيَادٍ رض قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَخْطُبُ عَلَى
نَاقَتِهِ، فَقَالَ: اِيَّاكُمْ وَ اْلخِيَانَةَ فَاِنَّهَا بِئْسَتِ اْلبِطَانَةُ،
وَ اِيَّاكُمْ وَ الظُّلْمَ فَاِنَّهُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ
اِيَّاكُمْ وَ الشُّحَّ فِاِنَّمَا اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الشُّحُّ،
حَتَّى سَفَكُوْا دِمَاءَهُمْ، وَ قَطَّعُوْا اَرْحَامَهُمْ. الطبرانى فى الكبير و
الاوسط فى الترغيب و الترهيب 3: 184
Dari
Al-Hirmas bin Ziyad RA, ia berkata : Saya pernah melihat Rasulullah SAW
berpidato di atas ontanya. Beliau bersabda, “Jauhkanlah kalian dari khianat,
karena sesungguhnya khianat itu seburuk-buruk perilaku, jauhkanlah kalian dari
dhalim, karena sesungguhhya dhalim itu (menyebabkan) kegelapan-kegelapan pada
hari qiyamat, dan jauhkanlah kalian dari kikir, karena sesungguhnya kikir itu
telah membinasakan orang-orang sebelum kalian sehingga mereka menumpahkan darah
dan memutus persaudaraan”.
[HR. Thabarani di dalam Al-Kabir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz 3,
hal. 184]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَتَدْرُوْنَ مَا اْلمُفْلِسُ؟
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَ لاَ مَتَاعَ. فَقَالَ:
اِنَّ اْلمُفْلِسَ مِنْ اُمَّتِى مَنْ يَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَ
صِيَامٍ وَ زَكَاةٍ وَ يَأْتِى وَ قَدْ شَتَمَ هذَا، وَ قَذَفَ هذَا، وَ اَكَلَ
مَالَ هذَا. وَ سَفَكَ دَمَ هذَا، وَ ضَرَبَ هذَا؛ فَيُعْطَى هذَا مِنْ
حَسَنَاتِهِ، وَ هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَاِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ اَنْ
يُقْضَى مَا عَلَيْهِ اُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ
فِى النَّارِ. مسلم 4: 1997
Dari
Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tahukah kamu
siapakah orang yang disebut pailit itu ?”. Jawab shahabat, “Orang yang disebut
pailit diantara kami ialah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya
barang-barang”. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang disebut pailit
dari ummatku ialah orang yang datang pada hari qiyamat lengkap dengan membawa
(pahala) shalatnya, puasanya dan zakatnya. Tetapi di samping itu ia telah
mencaci ini dan menuduh ini, memakan hartanya ini dan menumpahkan darahnya ini
dan memukul ini, maka diberikan kepada orang yang dianiaya itu dari (pahala)
kebaikan amalnya, dan kepada orang yang lainnya lagi (dari pahala) kebaikan
amalnya. Maka apabila telah habis (pahala) kebaikannya itu dan belum terbayar
semua tuntutan orang-orang yang pernah dianiaya itu, maka diambilkan dari
dosa-dosa orang yang telah dianiaya itu dan ditanggungkan kepadanya, lalu ia
dilemparkan ke neraka”.
[HR. Muslim juz 4, hal. 1997]
عَنْ
اَبِى حُمَيْدٍ السَّاعِدِيّ رض قَالَ: اِسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ ص رَجُلاً مِنَ
اْلاَزْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اْلاُتَبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ. فَلَمَّا قَدِمَ
قَالَ: هذَا لَكُمْ وَ هذَا اُهْدِيَ لِى، قَالَ: فَهَلاَّ جَلَسَ فِى بَيْتِ
اَبِيْهِ اَوْ بَيْتِ اُمّهِ فَيَنْظُرَ اَ يُهْدَى لَهُ اَمْ لاَ. وَ الَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يَأْخُذُ اَحَدٌ مِنْهُ شَيْئًا اِلاَّ جَاءَ بِهِ يَوْمَ
اْلقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ اِنْ كَانَ بَعِيْرًا لَهُ رُغَاءٌ اَوْ
بَقَرَةً لَهُ خُوَارٌ اَوْ شَاةً تَيْعِرُ. ثُمَّ رَفَعَ بِيَدِهِ حَتَّى
رَاَيْنَا عُفْرَةَ اِبْطَيْهِ: اَللّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ، اَللّهُمَّ هَلْ
بَلَّغْتُ ثَلاَثًا. البخارى 3: 136
Dari
Abu Humaid As-Saa’idiy RA ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengangkat
seseorang dari suku Al-Azdi yang bernama Ibnul Utabiyyah untuk mengumpulkan
zakat. Setelah orang itu kembali kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Yang ini
buat kamu dan ini untuk saya (saya mendapat hadiah dari orang-orang)”. Maka
Rasulullah SAW bersabda, “Kenapa ia tidak duduk menanti di rumah bapaknya saja
atau di rumah ibunya, apakah ia akan diberi hadiah atau tidak. Demi Tuhan yang
jiwaku di tangan-Nya, tidaklah seseorang mengambil sesuatu darinya kecuali ia
akan datang pada hari qiyamat dengan membawanya di tengkuknya. Maka ada yang
membawa unta yang bersuara, atau lembu yang melenguh, atau kambing yang
mengembik”. Kemudian beliau mengangkat tangannya sehingga kami melihat putih
kedua ketiaknya, beliau berdoa, “Alloohumma hal ballaghtu, Alloohumma hal
ballaghtu”. (Ya Allah, bukankah sudah aku sampaikan), beliau mengucapkannya tiga
kali. [HR.
Bukhari juz 3, hal. 136]
عَنْ
عَلِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَقُوْلُ اللهُ: اِشْتَدَّ غَضَبِى عَلَى
مَنْ ظَلَمَ مَنْ لاَ يَجِدُ لَهُ نَاصِرًا غَيْرِى. الطبرانى فى الصغير و الاوسط،
فى الترغيب و الترهيب 3: 188
Dari
Ali RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : Allah berfirman, “Aku
sangat murka kepada orang yang berbuat dhalim terhadap orang lain yang orang itu
tidak mempunyai penolong selain Aku”.
[HR. Thabarani di dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath, dalam Targhib wat Tarhib juz
3, hal. 188]
عَنْ
اُمّ سَلَمَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تَخْتَصِمُوْنَ
اِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ اَنْ يَكُوْنَ اَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ
فَاَقْضِى لَهُ عَلَى نَحْوٍ مِمَّا اَسْمَعُ مِنْهُ فَمَنْ قَطَعْتُ لَهُ مِنْ
حَقّ اَخِيْهِ شَيْئًا فَلاَ يَأْخُذْهُ فَاِنَّمَا اَقْطَعُ لَهُ بِهِ قِطْعَةً
مِنَ النَّارِ. مسلم 3: 1337
Dari
Ummu Salamah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian
mengadukan perselisihan kepadaku, barangkali sebagian kalian lebih pintar
berhujjah (beralasan) dari pada sebagian yang lain, kemudian aku memberikan
keputusan kepadanya berdasarkan apa yang aku dengar darinya. Maka barangsiapa
yang aku beri sepotong dari haq saudaranya, maka janganlah ia mengambilnya,
karena berarti aku memberinya sepotong api neraka”.
[HR. Muslim juz 3, hal 1337]
عَنْ
اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اُنْصُرْ اَخَاكَ ظَالِمًا اَوْ
مَظْلُوْمًا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُوْمًا، فَكَيْفَ
نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ. البخارى 3: 98
Dari
Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tolonglah saudaramu yang
berbuat dhalim maupun yang didhalimi !”. Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah,
kami bisa menolongnya kalau dia didhalimi, tetapi bagaimana cara kami menolong
orang yang berbuat dhalim ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Kamu mencegah dari kedua
tangannya (perbuatannya)”.
[HR. Bukhari juz 3, hal. 98]
عَنِ
ابْنِ مَسْعُوْدٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ تَظْلِمُوْا فَتَدْعُوْا فَلاَ
يُسْتَجَابُ لَكُمْ، وَتَسْتَسْقُوْا فَلاَ تُسْقَوْا، وَتَسْتَنْصِرُوْا فَلاَ
تُنْصَرُوْا. الطبرانى، فى الترغيب و الترهيب 3: 184
Dari
Ibnu Mas'ud RA, ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda, “Janganlah
kalian berlaku dhalim, (jika kalian berlaku dhalim), maka (akibatnya) kalian
berdoa (kepada Allah) tidak dikabulkan, kalian minta hujan tidak diberi hujan,
dan kalian mohon kemenangan tidak diberi kemenangan”.
[HR. Thabarani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 184]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص بَعَثَ مُعَاذًا اِلَى اْليَمَنِ فَقَالَ:
اِتَّقِ دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ فَاِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَ بَيْنَ اللهِ
حِجَابٌ. البخارى 3: 99
Dari
Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah mengutus Mu'adz ke Yaman, maka
Rasulullah SAW berpesan, “Takutlah kamu dari doanya orang yang teraniaya, karena
sesungguhnya antara doa itu dan antara Allah tidak ada
penghalangnya”.
[HR. Bukhari juz 3, hal. 99]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ
مُسْتَجَابَةٌ، وَ اِنْ كَانَ فَاجِرًا، فَفُجُوْرُهُ عَلَى نَفْسِهِ. احمد باسناد
حسن، فى الترغيب و الترهيب 3: 187
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Doanya orang yang
teraniaya itu terkabul, walaupun dia itu orang yang durhaka, karena
kedurhakaannya itu urusan dia sendiri (kepada Allah)”.
[HR. Ahmad dengan sanad hasan, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal.
187]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْوَتَانِ لَيْسَ بَيْنَهُمَا
وَ بَيْنَ اللهِ حِجَابٌ: دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ، وَ دَعْوَةُ اْلمَرْءِ
ِلاَخِيْهِ بِظَهْرِ اْلغَيْبِ. الطبرانى، فى الترغيب و الترهيب 3: 187
Dari
Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda “Ada dua doa yang antaranya dan antara Allah
tidak ada penghalang, yaitu doanya orang yang teraniaya dan doanya seseorang
terhadap saudaranya dimana orang yang didoakan itu tidak
mengetahuinya”.
[HR. Thabarani, dalam Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 187]
~oO[
A ]Oo~
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ
ِلاَخِيْهِ مِنْ عِرْضٍ اَوْ مِنْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اْليَوْمَ مِنْ
قَبْلِ اَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَ لاَ دِرْهَمٌ اِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ
صَالِحٌ اُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَ اِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ
اُخِذَ مِنْ سَيّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. البخارى و الترمذى، فى لاترغيب
و الترهيب 3: 185
Dari
Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa yang pernah berbuat
dhalim kepada saudaranya, baik berupa (menjatuhkan) kehormatannya atau berupa
apasaja, maka hari ini hendaklah minta penghalalannya sebelum (datang hari
qiyamat) yang tidak berlaku lagi dinar dan tidak pula dirham, tetapi jika dia
punya amal kebaikan akan diambil darinya seukur kedhalimannya itu, dan jika dia
sudah tidak mempunyai amal-amal kebaikan akan diambilkan dosa-dosa saudaranya
(yang didhalimi) itu lalu dibebankan kepadanya”.
[HR. Bukhari dan Tirmidzi, dalam Targhib wat Tarhib, juz 3, hal.
185]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak