POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Al-Akhlaqul Karimah (ke-26) BERBHAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA (ke-3) Larangan Durhaka Kepada Kedua Orang tua

Posted by

Ahad, 20 September 1998/29 Jumadil Awwal 1419        Brosur No. : 949/989/IA
Al-Akhlaqul Karimah (ke-26)


BERBHAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA (ke-3)
Larangan Durhaka Kepada Kedua Orang tua
Yang dimaksud dengan durhaka kepada kedua orang tua ialah tidak mau menthaati perintahnya yang baik-baik, melakukan hal-hal yang dibencinya, membuat sakit hatinya meskipun hanya dengan kata-kata "hus, cis, ah, dsb", menghina dan merendahkannya.
Firman Allah SWT :
وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. الاسراء:23
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [Al-Israa' : 23]
وَ الَّذِيْ قَالَ لِوَالِدَيْهِ اُفّ لَّكُمَآ اَتَعِدَانِـنِيْ اَنْ اُخْرَجَ وَ قَدْ خَلَتِ اْلقُرُوْنُ مِنْ قَبْلِيْ، وَ هُمَا يَسْتَغِيْثنِ اللهَ وَيْلَكَ امِنْ، اِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ، فَيَقُوْلُ مَا هذَا اِلاَّ اَسَاطِيْرُ اْلاَوَّلِيْنَ. اُولئِكَ الَّذِيْنَ حَقَّ عَلَيْهِمُ اْلقَوْلُ فِيْ اُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مّنَ اْلجِنّ وَ اْلاِنْسِ، اِنَّهُمْ كَانُوْا خسِرِيْنَ. الاحقاف:17-18
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya : "Cis, bagi kamu keduanya, apakah kamu memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal telah berlalu beberapa ummat sebelumku ?". Lalu kedua ibu bapaknya memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan : "Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata : "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu". Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka bersama ummat-ummat yang telah berlalu sebelumnya dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. [Al-Ahqaf : 17-18]
Sabda Rasulullah SAW tentang dosa-dosa besar.
عَنْ اَنــَسٍ رض قَالَ: ذُكِرَ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص اْلكَبَائِرُ فَقَالَ: اَلشّرْكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ. البخارى و مسلم الترمذى
Dari Anas RA ia berkata : Disebutkan tentang dosa-dosa besar di sisi Rasulullah SAW, lalu sabdanya : "Menyekutukan Allah dengan sesuatu dan durhaka kepada kedua orang tua". [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal 326]
عَنْ عُمَرَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَرَأَيـْتُمُ الزَّانِيَ وَ السَّارِقَ وَ شَارِبَ اْلخَمْرِ، مَا تَقُوْلُوْنَ فِيْهِمْ؟ قَالُوْا: اَللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. قَالَ: هُنَّ فَوَاحِشُ وَ فِيْهِنَّ عُقُوْبَةٌ. اَلاَ اُنَـبِّئُكُمْ بِاَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ؟ َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ، ثُمَّ قَرَأَ: وَ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرى اِثْمًا عَظِيْمًا، وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ، ثُمَّ قَرَأَ: اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. الطبرانى فى الكبير و رجاله ثقات
Dari Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda : "Pernahkah kamu melihat seorang pezina, pencuri dan peminum khamr, bagaimana pendapatmu tentang mereka itu ?". Mereka (para shahabat) menjawab : "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda : "Itu adalah perbuatan keji dan pelakunya akan memperoleh hukuman. Perhatikanlah, aku akan memberitahukan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar, yaitu : menyekutukan Allah dengan sesuatu. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya) "Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa' : 48]. Dan durhaka kepada kedua orang tua. Lalu beliau membaca ayat (yang artinya) "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu". [Luqman : 14]. [HR. Thabrani di dalam Al-Kabir, sedang rawi-rawinya kuat dan terpercaya]
عَنْ اَبِى بَكْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلاَ اُنَبِّئُكُمْ بِاَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا. قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ. وَ كَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: اَلاَ وَ قَوْلُ الزُّوْرِ وَ شَهَادَةُ الزُّوْرِ. فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ. البخارى و مسلم و الترمذى
Dari Abu Bakrah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Maukah aku beritahukan kepadamu tentang sebesar-besar dosa besar ?". Beliau mengulanginya tiga kali. Kami menjawab : "Mau ya Rasulullah". Beliau SAW bersabda : "Mensekutukan Allah dengan sesuatu, dan durhaka kepada kedua orang tua". Pada waktu itu beliau dalam keadaan bersandar, kemudian beliau duduk. Lalu bersabda : "Ketahuilah, dan perkatan bohong, serta saksi palsu". Beliau mengulang-ulang kalimat itu, sehingga (di dalam hati) kami berkata : "Semoga beliau diam". [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 326]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ اْلعَاصِ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اَلْكَبَائِرُ: َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ وَ قَتْلُ النَّفْسِ وَ اْليَمِيْنُ اْلغَمُوْسُ. البخارى
Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Dosa-dosa besar ialah mensekutukan Allah dengan sesuatu, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh orang, dan sumpah palsu". [HR. Bukhari, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 326]
Durhaka Kepada Orang tua akan Disegerakan Hukumannya.
عَنْ اَبِى بَكْرٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: كُلُّ الذُّنُوْبِ يُؤَخِّرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ اِلاَّ عُقُوْقَ اْلوَالِدَيْنِ فَاِنَّ اللهَ يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِى اْلحَيَاةِ قَبْلَ اْلمَمَاتِ. البخارى فى الادب المفرد
Dari Abu Bakar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Setiap dosa itu Allah mengakhirkan hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari qiyamat nanti kecuali hukuman sebab durhaka kepada kedua orang tua, karena sesungguhnya Allah akan menyegerakan siksaan kepada si pelakunya sejak masih hidup sebelum matinya". [HR. Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad]
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَمْسٌ يُعَجِّلُ اللهُ لِصَاحِبِهَا اْلعُقُوْبـَةَ: َاْلبَغْيُ، وَ اْلغَدْرُ، وَ اْلعُقُوْقُ اْلوَالِدَيْنِ، وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ، وَ مَعْرُوْفٌ لاَ يُشْكَرُ. ابن لآََل فى مكارم الاخلاق
Dari Zaid bin Tsabit RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Lima dosa yang Allah mempercepat siksanya kepada pelakunya ialah : pezina, penipu, berani kepada kedua orang tua, memutuskan persaudaraan dan tidak terima kasih kepada suatu kebaikan". [HR. Ibnu La'al di dalam hal Makarimul Akhlaq]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى اَوْفَى رض قَالَ: كُـنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ ص فَاَتَاهُ آتٍ فَقَالَ: شَابٌّ يَجُوْدُ بِنَفْسِهِ فَقِيْلَ لَهُ قُلْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، فَلَمْ يَسْتَطِعْ. فَقَالَ: كَانَ يُصَلِّى؟ فَقَالَ: نَعَمْ فَنَهَضَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ نَهَضْنَا مَعَهُ فَدَخَلَ عَلَى الشَّابِّ فَقَالَ لَهُ: قُلْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. فَقَالَ: لاَ اَسْتَطِيْعُ. قَالَ: لِمَ ؟ قَالَ: كَانَ يَعُقُّ وَالِدَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اَحَيَّةٌ وَالِدَتُهُ ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: اُدْعُوْهَا. فَدَعَوْ هَا. فَجَاءَتْ فَقَالَ: هذَاابْنُكِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. فَقَالَ لَهَا: اَرَأَيْتِ لَوْ اُجِّجَتْ نَارٌ ضَحْمَةٌ فَقِيْلَ لَكِ اِنْ شَفَعْتِ لَهُ خَلَّيْنَا عَنْهُ وَ اِلاَّ حَرَّقْنَاهُ بِهذِهِ النَّارِ اَكُنْتِ تَشْفَعِيْنَ لَهُ؟ قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِذًا اَشْفَعُ لَهُ. قَالَ: فَـاَشْهِدِى اللهَ وَ اَشْهِدِيْنـِى قَدْ رَضِيْتِ عَنْهُ. قَالَتْ: اَللّهُمَّ اِنِّى اُشْهِدُكَ وَ اُشْهِدُ رَسُوْلَكَ اَنـِّيْ قَدْ رَضِيْتُ عَنِ ابْنـِى. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا غُلاَمُ، قُلْ: لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. فَقَالَهَا: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ اَنــْقَذَهُ بِيْ مِنَ النَّارِ. الطبرانى و احمد مختصرا
Dari Abdullah bin Abu Aufa RA, ia berkata : Pernah suatu ketika kami sedang berada di sisi Nabi SAW, tiba-tiba datang seseorang menghadap beliau dan berkata : "Ya Rasulullah, ada seorang pemuda yang sedang dalam keadaan sakaratul maut, lalu dikatakan kepadanya : "Ucapkanlah Laa ilaaha illallooh", tidak bisa mengucapkannya". Rasulullah SAW bertanya : "Apakah ia biasa melakukan shalat ?". Orang itu menjawab : "Ya, ia biasa melakukan shalat". Kemudian Rasulullah SAW berangkat menuju ke tempat orang itu dan kami mengikuti beliau. Kemudian Rasulullah SAW menemui pemuda itu dan bersabda kepadanya : "Ucapkanlah Laa ilaaha illallooh". Ia menjawab : "Saya tidak bisa". Rasulullah SAW bertanya : "Mengapa tidak bisa". Orang yang ada di situ berkata : "Orang ini dahulu berani kepada ibunya". Nabi SAW bertanya : "Apakah ibunya masih hidup ?". Mereka menjawab : Ya, ibunya masih hidup". Rasulullah SAW bersabda : "Panggillah ibunya supaya datang kemari". Mereka lalu memanggilnya, kemudian ibunya datang. Rasulullah SAW bertanya : "Apakah orang ini anakmu ?". Ibu itu menjawab : "Ya, benar itu anakku". Rasulullah SAW bersabda kepada ibunya pemuda itu : "Bagaimanakah pendapatmu, seandainya kalau di sini dinyalakan api yang besar, lalu kamu ditanya : "Kalau kamu mau menolong dia kami akan membebaskannya, tetapi kalau kamu tidak mau menolongnya, anakmu akan kami bakar ke dalam api itu", maukah kamu menolongnya ?". Ibu itu menjawab : "Ya Rasulullah, kalau begitu, saya mau menolongnya". Rasulullah SAW bersabda : "Maka saksikanlah kepada Allah dan saksikanlah kepadaku bahwa kamu telah ridla kepada anakmu". Ibu tersebut lalu mengucapkan : "Ya Allah, aku mohon Engkau menjadi saksi dan Rasul-Mu juga menjadi saksi bahwa aku telah ridla kepada anakku". Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada pemuda itu : "Wahai anak ucapkanlah Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh (Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhamad itu hamba-Nya dan Rasul-Nya)". Lalu pemuda itu bisa mengucapkannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan orang ini lantaran aku dari api neraka". [HR. Thabrani dan Ahmad, dengan diringkas, Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 331]
Membuat Susah dan Menangisnya Kedua Orang tua Termasuk Durhaka.
عَنْ عَلِيٍ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَحْزَنَ وَالِدَيْهِ فَقَدْ عَقَّهُمَا. ابن الخطيب
Dari Ali Karamalloohu wajhah, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda : "Barangsiapa yang membuat susah kedua orang tuanya maka sungguh ia itu telah durhaka kepadanya". [Ibnul Khotib]
Bukhari mengeluarkan di dalam Al-Adabul Mufrad dari Ibnu Umar RA :
بُكَاءُ اْلوَالِدَيْنِ مِنَ اْلعُقُوْقِ
Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepadanya.
Bukhari mengeluarkan juga di dalam hal Adab, Ibnu Umar RA berkata :
بُكَاءُ اْلوَالِدِيْنِ مِنَ اْلعُقُوْقِ وَ الْكَبَائِرِ
Membuat tangisnya kedua orang tua adalah termasuk durhaka kepada orang tua dan termasuk dosa besar.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ اْلعَاصِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مِنَ اْلكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيـْهِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ هَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، يَسُبُّ اَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ اَبَاهُ وَ يَسُبُّ اُمَّهُ فَيَسُبُّ اُمَّهُ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : "Termasuk dosa besar ialah seseorang mencaci maki kepada kedua orang tuanya". Mereka (para shahabat) bertanya : "Ya Rasulullah, apakah ada seseorang mencaci maki kedua orang tuanya ?". Beliau SAW bersabda : "Ya, ada. Seseorang mencaci maki ayah orang lain, lalu orang lain itu membalas mencaci maki ayah orang itu dan seseorang mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain itu membalas mencaci maki ibunya". [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi, Targhib wa Tarhib juz 3, hal. 328]
و فى رواية للبخارى و مسلم: اِنَّ مِنْ اَكْبَرِ اْلكَبَائِرِ اَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ كَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ اَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ اَبَاهُ وَ يَسُبُّ اُمَّهُ فَيَسُبُّ اُمَّهُ.
Dan di dalam riwayat Bukhari dan Muslim : "Sesungguhnya termasuk sebesar-besar dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya". Beliau ditanya : "Ya Rasulullah, bagaimana ada seseorang melaknat kedua orang tuanya ?". Beliau bersabda : "Seseorang mencaci maki ayah orang lain, lalu orang lain tersebut membalas mencaci maki ayah orang itu. Dan seseorang mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain itu membalas mencaci maki ibunya". [Targhib wa Tarhib, juz 3, hal. 328]

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: Februari 11, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak