POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Al-Akhlaqul Karimah (ke-28) KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

Posted by

Ahad, 01 Nopember 1998/11 Rajab 1419                          Brosur no. : 955/995/IA
Al-Akhlaqul Karimah (ke-28)

KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
Anak adalah amanah Allah SWT kepada ayah dan ibunya, oleh karena tiu harus senantiasa dipelihara, dididik dan dibina dengan sungguh-sungguh agar supaya menjadi orang yang baik, jangan sampai anak tersebut tersesat jalan dalam menempuh jalan hidupnya. Maka kewajiban orang tua terhadap anaknya bukan hanya mencarikan nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan-kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orang tua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta mendoakannya. Firman Allah SWT :
يايُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قُوْآ اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَ اْلحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. التحريم:6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]
Dan sabda Rasulullah SAW :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. اَلاِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ فيِ اَهْلِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فيِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيّدِهِ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلُ عَنْ رَعِيَّتِهِ. متفق عليه
Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR Bukhari dan Muslim]
Dengan ayat dan hadits tersebut menunjukkan kepada kita bahwa orang tua mempunyai tanggungjawab yang berat terhadap anaknya, untuk itu hendaklah kita perhatikan hal-hal sebagai berikut.
* Dalam Menyambut Kelahiran Anak
Orang tua hendaknya bergembira menyambut kelahiran anaknya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Kemudian memberinya nama yang baik dan menyembelih aqiqah (bila ada kemampuan). Sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِاَسْمَا ئِكُمْ وَبِاَسْمَاءِ آبَائِكُمْ. فَاَحْسِنُوْا اَسْمَائَكُمْ. ابوداود
Dari Abu Darda' RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari qiyamat dengan namamu dan nama ayahmu, maka perbaguslah namamu". [HR. Abu Dawud]
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. كُلُّ غُلاَمٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ. تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَ يُسَمَّى فِيْهِ وَ يُحْلَقُ رَاْسُهُ. الخمسة
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Tiap-tiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya dan disembelih sebagai tebusannya pada hari ketujuhnya dan diberi nama pada hari itu serta dicukur kepalanya". [HR. Khomsah]
عَنْ اُمّ كُرْزٍ الْكَعْبِيَّةِ اَنَّهَا سَاَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص. عَنِ الْعَقِيْقَةِ فَقَالَ: عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ وَعَنِ اْلاُنْـثَى وَاحِدَةٌ وَ لاَ يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا اَوْ اِنَاثًا. احمد و الترمذى
Dari Ummu Kurzin Al-Ka'biyah, sesungguhnya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang aqiqah, maka Rasulullah SAW bersabda, "Untuk bayi laki-laki (menyembelih) dua ekor kambing dan untuk bayi perempuan (menyembelih) seekor kambing, tidak mengapa bagimu baik kambing itu jantan atau betina". [HR. Ahmad dan Tirmidzi]
* Tentang Menyusui
Firman Allah SWT :
وَ اْلوَالِدتُ يُرْضِعْنَ اَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ، وَ عَلَى اْلمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ، لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلاَّ وُسْعَهَا، لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَ لاَ مَوْلُوْدٌ لَه بِوَلَدِه وَ عَلَى اْلوَارِثِ مِثْلُ ذلِكَ، فَاِنْ اَرَادَا فِصَالاً عَنْ تَرَاضٍ مّنْهُمَا وَ تَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا، وَ اِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْآ اَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اتَيْتُمْ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ اتَّقُوا اللهَ وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. البقرة:233
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Baqarah : 233]
* Mengkhitankannya
عَنْ اَبِى اَيُّوْبَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ اْلمُرْسَلِيْنَ: اْلخِتَانُ وَالتَّعَطُّرُ وَ السّوَاكُ وَالنّكَاحُ. رواه الترمذى و احمد
Dari Abu Ayyub, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Empat hal termasuk sunnah para Rasul, ialah 1. khitan, 2. memakai minyak wangi, 3. bersiwak, dan 4. menikah". [HR. Tirmidzi dan Ahmad]
* Tentang Memberi Nafkah
Seorang ayah bertanggungjawab memberikan nafkah bagi anak-anak dan keluarganya, sedang ibu bertanggungjawab mengasuh anak-anak dan mengatur rumah tangga sebagai wakil dari suaminya. Tentang besarnya nafkah untuk anak dan keluarganya ini Islam tidak menentukan besarnya secara khusus, hal ini terserah pada kemampuan masing-masing. Firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ بِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ. النساء : 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ...... . [QS. An-Nisaa' : 34]
وَ عَلَى الْمَوْلُوْدِ لَه رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ. البقرة: 233
Dan bagi ayah berkewajiban memberi nafkah dan memberi pakaian kepada ibu (dan anaknya) dengan cara yang ma'ruf. [QS. Al-Baqarah : 233]
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مّنْ سَعَتِه، وَ مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُه فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اتهُ اللهُ، لاَ يُكَلّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ مَآ اتهَا، سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا. الطلاق : 7
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezqinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. [QS. Ath-Thalaaq : 7]
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ. وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ. وَدِيْنَارٌ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. اَعْظَمُهَا اَجْرًا الَّذِيْ اَنْفَقْتَهُ عَلَى اَهْلِكَ. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Satu dinar kamu infaqkan fii sabiilillah, satu dinar kamu pergunakan untuk memerdekakan budak, satu dinar kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu belanjakan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya ialah yang kamu belanjakan untuk keluargamu". [HR. Muslim]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كَفَى بِالْمَرْءِ اِثْمًا اَنْ يُضَيّعَ مَنْ يَقُوْتُ. رواه ابو داود
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Cukuplah bagi seseorang berdosa, apabila dia mengabaikan orang yang makan dan minumnya menjadi tanggungannya". [HR Abu Dawud]
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ رض قَالَتْ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ هَلْ لِيْ اَجْرٌ فيِ بَنِيْ اَبِيْ سَلَمَةَ اَنْ اُنْفِقَ عَلَيْهِمْ وَلَسْتُ بِتَارِكَتِهِمْ هكَذَا وَهكَذَا ؟  اِنَّمَا هُمْ بَنِيَّ فَقَالَ نَعَمْ. لَكِ اَجْرُ مَا اَنْفَقْتِ عَلَيْهِمْ. متفق عليه
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, apakah saya akan mendapat pahala kalau saya membelanjai putra-putranya Abu Salamah, sebab saya tidak dapat membiarkan mereka demikian dan demikian (mencari makan kesana-kemari), karena mereka itu juga sebagai anak-anakku ?". Jawab Rasulullah SAW, "Ya, kamu mendapat pahala dari apa yang kamu belanjakan kepada mereka". [HR. Bukhari dan Muslim]
* Adil Dalam Pemberian Terhadap Anak
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ اَنَّ اَبَاهُ اَتَى بِهِ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: اِنّى نَحَلْتُ ابْنِى هذَا غُلاَمًا كَانَ لِى، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَكُلَّ وَلَدِكَ نَحَلْتَهُ مِثْلَ هذَا؟ فَقَالَ: لاَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَاَرْجِعْهُ. وَ فِى لَفْظٍ: فَانْطَلَقَ اَبِى اِلَى النَّبِيّ ص لِيُشْهِدَهُ عَلَى صَدَقَتِىْ، فَقَالَ: اَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلّهِمْ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: اِتَّقُوا اللهَ وَ اعْدِلُوْا بَيْنَ اَوْلاَدِكُمْ. فَرَجَعَ اَبِى فَرَدَّ تِلْكَ الصَّدَقَةَ. متفق عليه
Dari Nu'man bin Basyir, bahwasanya bapaknya datang bersamanya kepada Nabi SAW, lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku memberikan kepada anakku ini seorang budak yang kumiliki". Maka Rasulullah SAW bertanya, "Apakah kamu juga memberikan seperti ini kepada semua anakmu ?". Ia menjawab, "Tidak". Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Tariklah kembali (pemberian itu)". Dan dalam satu lafadh : "Maka ayahku pergi kepada Nabi SAW supaya beliau mempersaksikan atas pemberiannya kepadaku. Lalu Rasulullah SAW bertanya, "Apakah kamu berbuat seperti ini terhadap semua anak-anakmu ?". Ayahku menjawab, "Tidak". Nabi SAW bersabda, "Bertaqwalah kepada Allah, dan berbuatlah adil terhadap anak-anakmu". Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu. [HR Muttafaq 'Alaih].
و فى رواية لمسلم، قَالَ: فَاَشْهِدْ عَلَى هذَا غَيْرِى، ثُمَّ قَالَ: اَيَسُرُّكَ اَنْ يَكُوْنُوْا لَكَ فِى اْلبِرّ سَوَاءً؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَلاَ اِذَنْ.
Dan dalam satu riwayat bagi Muslim Nabi SAW menjawab, "Carilah saksi untuk hal ini kepada selain aku". Kemudian beliau bersabda, "Apakah kamu senang apabila anak-anakmu sama berbhakti kepadamu ?". Dia menjawab, "Ya". Sabda beliau, "Jika demikian maka jangan kamu lakukan".
* Menyuruh Anak-anak Untuk Mendirikan Shalat
Orang tua harus menanamkan 'aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan sampai syirik, dan menyuruh mereka untuk mendirikan shalat. Allah berfirman :
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِا لصَّلوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا، لاَنَسْاَلُكَ رِزْقًا، نَحْنُ نَرْزُقُكَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوى. طه : 132
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezqi kepadamu, Kamilah yang memberi rezqi kepadamu. Dan akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertaqwa. [QS. Thaahaa : 132]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ هُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَ اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَ هُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ. وَ فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ. ابو داود، حديث حسن
Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". [HR. Abu Dawud]
Berdoa Untuk Keluarga :
Orang tua terhadap anak-anak dan keluarganya hendaklah mengasihani mereka, bukan hanya dengan harta dan pendidikan saja, tetapi juga dengan doa untuk kebaikan mereka. Diantara doa-doa itu ialah :
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيـَّاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا.
Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. [QS. Al-Furqaan : 74]
اَللّهُمَّ اَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَ اَلّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَ اهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَ نَجّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ وَ جَنّبْنَا اْلفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ، اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ اَسْمَاعِنَا وَ اَبْصَارِنَا وَ قُلُوْبِنَا وَ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيَّاتِنَا وَ تُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا قَابِلِيْنَ لَهَا وَ اَتِمَّهَا عَلَيْنَا. الطرانى و الحاكم حديث حسن
Ya Allah, damaikanlah persoalan diantara kami, padukanlah antara hati kami, tunjukkanlah kami jalan keselamatan, bebaskanlah kami dari kegelapan kepada cahaya dan jauhkanlah kami dari kekejian yang tampak maupan yang tersembunyi. Ya Allah, berkahilah untuk kami pendengaran-pendengarn kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri kami, dan keturunan kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat-Mu, yang memuji-Mu dengannya, yang menerimanya dan sempurnakanlah nikmat itu atas kami. [HR. Thabrani dan Hakim, hadits Hasan]

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: Februari 12, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak