Ahad, 20 Desember 1998/01 Ramadlan 1419 Brosur no. : 961/1001/IA
Al-Akhlaqul
Karimah (ke-30)
Sebagaimana
suami mempunyai hak dan kewajiban terhadap istri, begitu pula istri mempunyai
hak dan kewajiban terhadap suami. Haknya istri adalah merupakan kewajiban bagi
suaminya, dan begitu pula haknya suami adalah menjadi kewajiban istri terhadap
suami tersebut. Untuk mengetahui hal itu, baiklah kita perhatikan penjelasan di
bawah ini. Firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ
قَوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ
بِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِـهِمْ، فَالصّلِحتُ قنِتتٌ حفِظتٌ لّلْغَيْبِ
بِمَا حَفِظَ اللهُ. النسآء:34
Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) karena laki-laki
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
shalihah ialah yang thaat kepada Allah lagi memelihara diri di belakang suaminya
karena Allah telah memelihara (mereka) .... .
[QS. An-Nisaa' : 34]
... وَ لَـهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ، وَ
لِلرّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ، وَ اللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ.
البقرة:228
....
dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkat kelebihan daripada
istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[QS. Al-Baqarah : 228]
Dan
sabda Nabi SAW :
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. َاْلاِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْئُوْلٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ. وَ الرَّجُلُ رَاعٍ فِى اَهْلِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. وَ اْلمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْ
رَعِيَّتِهَا. وَ اْلخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيِّدِهِ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ وَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. متفق
عليه
Masing-masing
kamu adalah pemimpin dan masing-masing kamu akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya
tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam menjaga
harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Dan masing-masing dari
kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya.
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لَوْ كُنْتُ آمِرًا اَحَدًا اَنْ
يَسْجُدَ ِلاَحَدٍ َلاَمَرْتُ اْلمَرْأَةَ اَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.
الترمذى
Dari
Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Seandainya saya boleh menyuruh
seseorang untuk bersujud kepada orang, tentu aku akan menyuruh wanita supaya
bersujud kepada suaminya".
[HR. Tirmidzi]
عَنْ
عَائِشَةَ، قَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ.
احمد
Dari
'Aisyah RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Sesungguhnya wanita itu
belahan laki-laki".
[HR. Ahmad]
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ النَّبِيُّ ص: اِذَا صَلَّتِ اْلمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَ
صَامَتْ شَهْرَهَا وَ حَفِظَتْ فَرْجَهَا وَ اَطَاعَتْ زَوْجَهَا دَخَلَتِ
اْلجَنَّةَ. البزار
Dari
Anas bin Malik, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Apabila wanita itu bisa
menjaga shalat lima waktu, puasa Ramadlan dan menjaga kemaluannya serta thaat
kepada suaminya, maka ia akan masuk surga".
[HR. Al-Bazzar]
خَيْرُ
النِّسَاءِ مَنْ تَسُرُّكَ اِذَا اَبْصَرْتَ وَ تُطِيْعُكَ اِذَا اَمَرْتَ وَ
تَحْفَظُ غَيْبَتَكَ فِى نَفْسِهَا وَ مَالِكَ. الطبرانى
Sebaik-baik
wanita adalah apabila engkau pandang menyenangkan, apabila engkau perintah dia
thaat dan apabila engkau tidak ada, dia menjaga kehormatannya dan harta
bendamu.
[HR. Ath-Thabrani]
عَنْ
اُمِّ سَلَمَةَ رض قالت: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَ
زَوْجُهَا رَاضٍ دَخَلَتِ اْلجَنَّةَ. الترمذى
Dari
Ummu Salamah RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Siapasaja wanita
yang meninggal dunia, sedang suaminya ridla kepadanya, niscaya dia masuk
surga".
[HR. Tirmidzi]
لاَ
يَحِلُّ ِلامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ اَنْ تَـأْذَنَ ِلاَحَدٍ فِى بَيْتِ
زَوْجِهَا وَ هُوَ كَارِهٌ وَ لاَ تَخْرُجَ وَ هُوَ كَارِهٌ. الحاكم
Tidak
halal bagi wanita yang beriman kepada Allah mengizinkan masuk ke rumah suaminya
seseorang yang suaminya itu tidak suka, dan tidak halal dia keluar (rumah)
apabila suaminya tidak suka.
[HR. Hakim]
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِثْنَانِ لاَ تُجَاوِزُ
صَلاَتُهُمَا رُءُوْسَهُمَا: عَبْدٌ اَبَقَ مِنْ مَوَالِيْهِ حَتَّى يَرْجِعَ، وَ
امْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ. الطبرانى و الحاكم
Dari
Ibnu 'Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Ada dua orang yang
shalatnya tidak bisa melewati kepalanya, yaitu : budak yang lari dari tuannya
sehingga dia kembali dan istri yang bermakshiyat kepada suaminya sehingga dia
kembali".
[HR. Thabrani dan Hakim]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَحِلُّ ِلامْرَأَةٍ اَنْ
تَصُوْمَ وَ زَوْجُهَا شَاهِدٌ اِلاَّ بِإِذْنِهِ. وَ لاَ تَأْذَنَ فِى بَيْتِهِ
اِلاَّ بِإِذْنِهِ. متفق عليه
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, "Tidak
halal bagi seorang istri berpuasa (sunnat) sedang suaminya berada di rumah,
kecuali dengan izinnya, dan tidak boleh mengizinkan orang masuk ke rumahnya
kecuali dengan izin (suami)nya".
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ
اَبِى عَلِيٍّ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا دَعَا
الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ وَ اِنْ كَانَتْ عَلَى
التَّـنُّوْرِ. الترمذى و النسائى
Dari
Abu Ali Thalaq bin Ali RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah
bersabda, "Apabila seorang suami memanggil istrinya untuk sesuatu kebutuhannya,
maka hendaklah ia segera datang kepadanya, meskipun ia sedang memasak di
dapur".
[HR. Tirmidzi dan Nasai]
عَنْ
زَيْدِ بْنِ اَرْقَمَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلْمَرْأَةُ لاَ تُؤَدِّى
حَقَّ اللهِ عَلَيْهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا كُلَّهُ، وَ لَوْ
سَأَلَهَا وَ هِيَ عَلَى ظَهْرِ قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ نَفْسَهَا.
الطبرانى
Dari
Zaid bin Arqam RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Seorang istri
(dianggap) tidak menunaikan hak Allah yang harus ia tunaikan sehingga istri itu
menunaikan semua haknya suami. Dan seandainya suaminya memintanya padahal istri
sedang berada di punggung unta, maka istri sekali-kali tidak boleh
menolaknya".
[HR. Thabrani]
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ النَّبِيُّ ص: خَيْرُ نِسَائِكُمُ اْلعَفِيْفَةُ
اْلغَلِمَةُ. عَفِيْفَةٌ فِى فَرْجِهَا غَلِمَةٌ عَلَى زَوْجِهَا.
الديلمى
Dari
Anas bin Malik RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Sebaik-baik wanita
kalian ialah yang bisa menjaga diri dan menggairahkan, menjaga diri dari
farjinya dan menggairahkan pada suaminya".
[HR. Dailami]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا دَعَا الرَّجُلُ
امْرَأَتَهُ اِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا
لَعَنَتْهَا اْلمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ. متفق عليه
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Apabila suami
mengajak istrinya ke tempat tidur, tiba-tiba istrinya itu tidak mau, lalu
suaminya bermalam dalam keadaan marah kepadanya, maka para malaikat melaknat
istri itu sampai pagi".
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ
اَبِى سَعِيْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ
عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِى اِلَى امْرَأَتِهِ
وَ تُفْضِى اِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ اَحَدُهُمَا سِرَّ صَاحِبِهِ. مسلم و ابو
داود
Dari
Abu Sa'id RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seburuk-buruk
manusia menurut Allah kedudukannya pada hari qiyamat adalah seorang suami yang
bersenang-senang dengan istrinya dan istri yang bersenang-senang dengan
suaminya, kemudian salah satu dari keduanya menyebarkan rahasia
pasangannya".
[HR. Muslim dan Abu Dawud]
عَنْ
تَمِيْمِ الدَّارِيِّ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى اْلمَرْأَةِ
اَنْ لاَ تَهْجُرَ فِرَاشَهُ وَ اَنْ تَبِرَّ قَسَمَهُ وَ اَنْ تُطِيْعَ اَمْرَهُ
وَ اَنْ لاَّ تَخْرُجَ اِلاَّ بِأِذْنِهِ وَ اَنْ لاَ تُدْخِلَ اِلَيْهِ مَنْ
يَكْرَهُ. الطبرانى
Dari
Tamim Ad-Daariy, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, "Haknya suami atas
istrinya ialah : Agar istri tidak meninggalkan tempat tidur suaminya, berbuat
baik pada waktu bagiannya, menthaati perintahnya, tidak keluar kecuali dengan
izin (suami)nya dan tidak memasukkan orang yang dibenci oleh
suaminya".
[HR. Thabrani]
عَنْ
ثَوْبَانَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا
طَلاَقَهَا مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ اْلجَنَّةِ. ابو
داود و الترمذى و ابن ماجه و ابن حبان
Dari
Tsauban RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Siapa saja istri yang meminta cerai
kepada suaminya tanpa alasan (yang dibenarkan oleh syara'), maka bau surga haram
atasnya".
[HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban]
عَنْ
عَائِشَةَ رض قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص: اَيُّ النَّاسِ اَعْظَمُ حَقًّا
عَلَى اْلمَرْأَةِ؟ قَالَ: زَوْجُهَا. قُلْتُ: فَاَيُّ النَّاسِ اَعْظَمُ حَقًّا
عَلَى الرَّجُلِ؟ قَالَ: اُمُّهُ. البزار و الحاكم
Dari
'Aisyah RA, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Siapa
manusia yang paling besar haknya (yang harus ditunaikan) atas seorang istri ?".
Nabi SAW menjawab, "Suaminya". Aku bertanya lagi, "Siapa manusia yang paling
besar haknya (yang harus ditunaikan) atas seorang suami ?". Nabi SAW menjawab,
"Ibunya".
[HR. Al-Bazzar dan Hakim]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ النَّبِيُّ ص: اَرْبَعٌ مَنْ اُعْطِيَهُنَّ فَقَدْ اُعْطِيَ
خَيْرَ الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ، لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَ قَلْبٌ شَاكِرٌ وَ بَدَنٌ
عَلَى اْلبَلاَءِ صَابِرٌ وَ زَوْجَةٌ لاَ تَبْغِيْهِ حَوْبًا فِى نَفْسِهَا وَ لاَ
مَالِهِ. الطبرانى
Dari
Ibnu 'Abbas RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Ada empat perkara,
barangsiapa diberi empat perkara itu berarti dia telah diberi kebaikan dunia dan
akhirat : 1. Lisan yang senantiasa berdzikir, 2. Hati yang bersyukur, 3. Bila
mendapat balak (mushibah) dia bershabar, dan 4. Istri yang tidak berkhianat,
tidak berkhianat pada dirinya dan harta suaminya".
[HR. Thabrani]
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ، قَالَ النَّبِيُّ ص: اَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ
اْلمَرْءِ، اَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً، وَ اَوْلاَدُهُ اَبْرَارًا، وَ
خُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ، وَ اَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ.
الديلمى
Dari
Ali bin Abu Thalib RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Ada empat macam
dari kebahagiaan seseorang, ialah : istri yang shalihah, anak-anak yang
baik-baik, pergaulannya dengan orang-orang yang shalih, dan rezqinya berada di
negerinya".
[HR. Dailami]
عَنْ
عَائِشَةَ رض، قَالَ النَّبِيُّ ص: اَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةً اَيْسَرُهُنَّ
مَؤُوْنَةً. احمد
Dari
'Aisyah RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Wanita yang paling banyak
mendatangkan berkah ialah wanita yang paling mudah belanjanya".
[HR. Ahmad]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اُرِيْتُ النَّارَ فَاِذَا اَكْثَرُ
اَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: اَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ:
اَلْعَشِيْرَ وَ يَكْفُرْنَ اْلاِحْسَانَ لَوْ اَحْسَنْتَ اِلَى اِحْدَاهُنَّ
الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا
قَطُّ. البخارى
Dari
Ibnu 'Abbas RA, ia berkata : Nabi SAW telah bersabda, "Aku pernah diperlihatkan
kepada neraka, tiba-tiba penghuninya kebanyakan adalah wanita yang kufur". Ada
shahabat yang bertanya, "Apakah mereka itu kufur kepada Allah, ya Rasulullah ?".
Rasulullah SAW bersabda, "Mereka kufur terhadap suami dan mereka mengkufuri
kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka
sepanjang tahun, kemudian ia melihat pada dirimu sesuatu (yang tidak
menyenangkan), ia akan berkata, "Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sama
sekali".
[HR. Bukhari]
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: مَاتَ ابْنُ ِلاَبِى طَلْحَةَ مِنْ اُمِّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ
ِلاَهْلِهَا: لاَ تُحَدِّثُوْا اَبَا طَلْحَةَ بِابْنِهِ حَتَّى اَكُوْنَ
اُحَدِّثُهُ. قَالَ: فَجَاءَ فَقَرَّبَتْ اِلَيْهِ عَشَاءً، فَاَكَلَ وَ شَرِبَ.
فَقَالَ: ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ اَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذلِكَ،
فَوَقَعَ بِهَا. فَلَمَّا رَأَتْ اَنَّهُ قَدْ شَبِعَ وَ اَصَابَ مِنْهَا قَالَتْ:
يَا اَبَا طَلْحَةَ، اَرَأَيْتَ لَوْ اَنَّ قَوْمًا اَعَارُوْا عَارِيَتَهُمْ
اَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوْا عَارِيَتَهُمْ، اَلَهُمْ اَنْ يَمْنَعُوْهُمْ؟ قَالَ:
لاَ. قَالَتْ: فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ. قَالَ: فَغَضِبَ وَ قَالَ: تَرَكْتِنِى حَتَّى
تَلَطَّخْتُ ثُمَّ اَخْبَرْتِنِى بِابْنِى! فَانْطَلَقَ حَتَّى اَتَى رَسُوْلَ
اللهِ ص فَاَخْبَرَهُ بِمَا كَانَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بَارَكَ اللهُ
لَكُمَا فِى غَابِرِ لَيْلَتِكُمَا. مسلم
Dari
Anas RA, ia berkata, "Telah meninggal anaknya Abu Thalhah dari Ummu Sulaim. Lalu
Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, "Janganlah kalian ceritakan hal ini
kepada Abu Thalhah, biarlah saya sendiri nanti yang memberitahukan kepadanya".
Maka tatkala Abu Thalhah telah datang (dari bepergian), segeralah (Ummu Sulaim)
menghidangkan makan malam, lalu (Abu Thalhah) makan-minum hingga selesai.
Kemudian Abu Thalhah diajak bergurau, sampai terjadi persetubuhan. Setelah Ummu
Sulaim mengetahui bahwa Abu Thalhah sudah merasa puas dari semuanya itu, barulah
Ummu Sulaim berkata kepadanya, "Ya Abu Thalah, bagaimana pendapatmu seandainya
ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada suatu keluarga, lalu dimintanya
kembali pinjaman itu, apakah keluarga yang dipinjami itu boleh menolaknya ?".
Abu Thalhah menjawab, "Tidak boleh (menolak)". Lalu Ummu Sulaim berkata,
"Relakanlah anakmu kepada Allah". Kemudian Abu Thalhah marah sambil berkata,
"Mengapa kamu sembunyikan berita itu, hingga aku berlumuran begini baru kamu
beritahukan keadaan anakku ?". Kemudian Abu Thalhah pergi menghadap Rasulullah
SAW dan memberitahukan kejadian malam itu. Maka Rasulullah SAW berdoa :
Baarakalloohu
lakumaa fii ghoobiri lailatikumaa (Semoga Allah memberkahi kamu berdua
pada malam itu). [HR.
Muslim]
~oO[
A ]Oo~
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak