Ahad,
19 Mei 1996/02 Muharram 1417 Brosur no. :
829/869/SI
TARIKH
NABI MUHAMMAD SAW (Ke-15)
Walid
bin Mughirah adalah seorang pemuka bangsa Quraisy yang sangat membenci dan
merintangi Nabi SAW dan dakwahnya. Pada waktu itu ia terkenal sebagai seorang
hartawan, dermawan dan bangsawan dikota Makkah dan
sekelilingnya.
Pada
suatu waktu ia datang kepada Nabi SAW, lalu Nabi SAW membacakan beberapa ayat
firman Allah. Setelah ia mendengar ayat-ayat itu, tertegunlah ia dantertariklah
perasaannya serta tergeraklah hatinya hendak beriman kepada Nabi Muhammad SAW
dan kepada ayat-ayat Al-Qur'an itu. Setelah ia kembali kepada kawan-kawannya,
lalu memberitahukan hal itu dan apa-apa yang telah didengarnya. Oleh sebab itu
para kawannya terperanjat dan menganggap bahwa ia telah terkena sihirnya
Muhammad. Oleh sebab itu mereka datang kepada Abu Jahal untuk menceritakan keadaan Walid bin
Mughirah.
Setelah
Abu Jahal mendengar berita yang demikian, ia segera berkata kepada mereka, "Saya
sanggup memenuhi hajat saudara-saudara sekalian; dan sayalah nanti yang akan
membereskan perkara ini".
Kemudian
Abu Jahal segera menemui Walid, dan berkata: "Hai pamanku! Bahwasanya kaummu
hendak mengumpulkan harta benda mereka, lalu mereka berikan kepadamu, dengan
maksud agar engkau mengganggu Muhammad.
Walid
sangat heran mendengar perkataan Abu Jahal yang demikian itu. Maka iapun
tersenyum dan berkata kepada Abu Jahal : Sesungguhnya bangsa Quraisy sudah
mengetahui bahwa akulah orang yang paling banyak harta bendanya di antara
mereka. Mengapa mereka pura-pura akan mengumpulkan harta benda untuk diberikan
kepadaku?"
Abu
Jahal berkata: "Jika demikian, sudi apalah kiranya engkau mengatakan tentang
Muhammad yang menunjukkan, bahwa engkau sungguh mengingkari dan benci kepadanya.
Dan sampaikanlah pernyataanmu itu kepada kaummu!"
Permintaan
ini oleh Walid dijawab dengan tegas :
وَمَاذَا
اَقُوْلُ ؟ فَوَاللهِ مَا فِيْكُمْ رَجُلٌ اَعْلَمُ بِالشّعْرِ مِنّى لاَ
بِرَجَزِهِ وَلاَ بِقَصِيْدِهِ مِنّى وَلاَ بِاَشْعَارِ الْجِنّ. وَاللهِ مَا
يُشْبِهُ هذَا الَّذِيْ يَقُوْلُ شَيْئًا مِنْ هذَا فَوَاللهِ اِنَّ لِقَوْلِهِ
لَحَلاَوَةً. وَاِنَّ عَلَيْهِ لَطَلاَوَةً. وَاِنَّ اَعْلاَهُ لَمُثْمِرٌ وَاِنَّ
اَسْفَلَهُ لَمُغْذِقٌ وَاِنَّهُ لَيَعْلُوْ وَمَا يُعْلَى وَاِنَّه لَيَحْطِمُ مَا
تَحْتَهُ.
"Apa
yang akan kukatakan? Demi Allah! Tidak ada di antara kamu sekalian orang
laki-laki yang lebih mengerti dari pada aku tentang syi'ir-syi'ir, baik rajaznya
maupun qashidahnya dan syi'ir-syi'ir jin-pun. Demi Allah! Tidak ada suatu syi'ir
yang dapat menyamai apa yang dibaca oleh Muhammad ! Demi Allah ! Sungguh
perkataannya adalah sangat manis; dan sungguh susunan katanya adalah sangat
indah, dan sungguh diatasnya sangat berbuah; dan sungguh dibawahnya sangat
subur; dan sesungguhnya perkataannya adalah sangat tinggi dan tidak ada yang
melebihi tingginya; dan sesungguhnya perkataan itu tentu dapat mengalahkan
barang apa yang dibawahnya.
Abu
Jahal mendengar jawaban Walid seperti itu tentu saja sangat bingung fikirannya;
tetapi sebab ia ingat akan kesanggupannya kepada para kawannya tadi, maka ia
memberanikan diri untuk menjawab lagi. Ia berkata: "Wahai paman, kaummu tidak
akan rela kepadamu, kecuali jika engkau membenci Muhammad
!".
Kemudian
Walid berkata : "Baiklah, aku akan berfikir dahulu"
Pada
waktu itu sangat kacaulah kaum musyrikin Quraisy, dimana-mana orang selalu
membicarakan Walid bin Mughirah. Ada yang berkata : "Walid sudah keluar dari
agamanya yang lama, ia sudah bertukar agama; Walid sudah kena sihir Muhammad,
dll".
Para
pemuka dan tokoh musyrikin Quraisy yang sangat memusuhi dan merintangi Nabi SAW
seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan kawan-kawannya, sangat gelisah sekali
memikirkan keadaan Walid tadi. Sebab orang-orang telah mengetahui bahwa ia
adalah seorang yang sangat berpengaruh di kalangan bangsa Quraisy khususnya dan
bangsa Arab umumnya.
Pada
waktu itu muslim Hajji hampir tiba. Oleh karena itu Walid bin Mughirah menaruh
maksud tersembunyi, ia hendak merintangi tersiarnya seruan Nabi SAW dihadapan
jama'ah Hajji nanti. Ia lalu mengumpulkan orang-orang Quraisy terutama para
pemuka dan penganjurnya. Sesudah mereka berkumpul di rumah Walid, mereka satu
persatu ditanya oleh Walid tentang pendapat mereka masing-masing terhadap diri
Nabi SAW dan apa-apa yang dibaca beliau (ayat-ayat
Al-Qur'an).
Ketika
itu Walid berkata: "Hari ini telah dekat musim Hajji. Jadi orang-orang dari luar
negeri sudah barang tentu banyak yang
akan datang kemari. Oleh sebab itu sekarang bagaimana sikap kita untuk
menghalang-halangi Muhammad dan seruannya ? Kita harus menentukan sikap yang
tegas, juga kita harus satu pendapat. Sebab jika kita tidak satu pendapat
terhadap seruan Muhammad itu, sudah barang tentu kitalah yang akan didustakan
oleh para jama'ah Hajji yang tertarik oleh seruannya nanti. Sebab kita
berkeyakinan, bahwa Muhammad nanti pasti mengadakan seruan dan menyiarkan
keinginannya kepada para jama'ah Hajji yang datang dari luar negeri, dan
diantara mereka tentu ada yang tertarik oleh seruan Muhammad. Oleh sebab itu
kita harus mempersatukan cara untuk membendungnya dan bersikap tegas untuk
menghalang-halangi seruan Muhammad kepada mereka. Jadi, sekarang bagaimana
pendapat saudara-saudara sekalian terhadap diri Muhammad dan apa-apa yang dibaca
serta diajarkannya itu ? Marilah kita bicarakan bersama-sama
!".
Ketika
itu masing-masing mereka diam. Lalu salah seorang dari mereka berkata :
"Kemukakanlah pendapat tuan lebih dahulu ! Kami ingin
mendengarnya".
Walid
menjawab: "Jangan begitu ! Pendapat saudara-saudara dan kawan-kawanlah yang aku
minta lebih dulu!"
Kemudian
salah seorang dari mereka ada yang menjawab: "Pendapat saya terhadap kata-kata
yang kerapkali dibaca oleh Muhammad itu ialah kata-kata yang dibuat oleh seorang
kahin".
Walid
menjawab: "Demi Allah ! Muhammad itu bukan seorang kahin (tukang ramal). Karena
kita telah tahu segala sesuatu yang berkenaan dengan diri tukang ramal, padahal
suara tukang ramal itu tidak seperti itu.
Seorang
lagi menjawab: "Kata-kata yang sering dibaca oleh Muhammad itu adalah
syi'ir-syi'ir buatan (karangannya) sendiri".
Walid
berkata: "Demi Allah ! Muhammad itu bukan ahli syi'ir, dan yang dibacanya itu
bukan syi'ir. Karena kita telah mengerti tentang ahli syi'ir. Dan bukankah kita
telah mengerti pula tentang syi'ir-syi'ir itu ? Dan saudara sekalian telah
mengetahui bahwa aku ini adalah seorang ahli syi'ir dan yang mengerti tentang
syi'ir dan macam-macamnya.
Seorang
lainnya lagi menjawab: "Muhammad itu orang yang gila, dan yang biasa dibacanya
itu dari perkataannya sendiri, yang diucapkannya semaunya sendiri, asal lidah
dan bibirnya berkata-kata saja, dengan tidak berfikir lebih
dulu".
Walid
berkata: "Demi Allah ! Muhammad itu sungguh bukan orang gila, bukan pula orang
yang miring otaknya. Karena saudara sekalian telah tahu, bahwa jika ia orang
gila, sudah tentu ia seringkali mengejar-ngejar orang, memukul orang lain,
melempari orang dan sebagainya; dan perkataan-perkataan yang diucapkannya sudah
barang tentu tidak teratur. Padahal perkataan-perkataan yang diucapkannya itu
adalah sangat teratur, susunan katanya adalah sangat rapi, dan rasa bahasanya
amat menarik.
Lalu
ada lagi seorang yang berkata: "Pendek kata Muhammad itu adalah seorang yang
ahli sihir, sudah !"
Walid
berkata : "Demi Allah ! Muhammad itu bukan ahli sihir. Karena kita telah
mengerti bahwa sihir itu tidaklah demikian, ahli sihir itu tidak seperti itu.
Dan siapa yang pernah disihirnya ?".
Dan
ada yang berkata : "Muhammad itu seorang penipu dan pembohong besar
!".
Walid
menjawab : "Demi Allah ! Muhammad itu bukan seorang penipu dan bukan pula
seorang pembohong. Adakah di antara kita yang pernah ditipu atau dibohonginya ?
Bahkan kita masing-masing telah mengetahui bahwa Muhammad itu sejak kecil ia
telah dikenal Al-Amin. Siapakah di antara saudara-saudara yang tidak kenal bahwa
dia itulah Al-Amin ?".
Akhirnya
Abu Jahal tampil kemuka menghadap kepada Walid bin Mughirah dengan merendahkan
diri dan menampakkan kesusahannya seraya berkata : "Wahai pamanku ! sekarang
bagaimana pendapat paman ? Wahai pamanku yang tercinta ! Apa yang hendak tuan
katakan terhadap diri Muhammad dan yang
biasa dibacanya itu ?".
Kemudian
orang-orang lainpun sama berkata kepada Walid, seperti yang dikatakan oleh Abu
Jahal. Dengan tertegun mereka menanti pendapatnya Walid.
Walid
menjawab: "Biarkan aku sebentar; aku hendak berfikir lebih dulu
!".
Sebentar
kemudian Walid bin Mughirah berkata pula :
اِنَّ
اَقْرَبَ الْقَوْلِ فِيْهِ اَنْ تَقُوْلُوْا هُوَ سَاحِرٌ. وَلكِنَّ سِحَْهُ سِحْرٌ
يُؤْثَرٌ يَأْثَرُهُ عَنْ غَيْرِهِ. اَمَا رَأَيْتُمُوْهُ ؟ جَاءَ بِقَوْلٍ. هُوَ
سِحْرٌ. يُفَرّقُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَاَبِيْهِ، وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَوَلَدِهِ
وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَاَخِيْهِ، وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ، وَبَيْنِ الْمَرْءِ
وَ عَشِيْرَتِهِ، وَبَيْنَ الْمَرْءِ وَمَوَالِيْهِ، وَبَيْنَ الْمَرْءِ
وَصَدِيِقْهِ.
Sesungguhnya
dalam perkara ini yang lebih dekat kebenarannya ialah yang bahwa kamu berkata :
"Dia (Muhammad) itu tukang sihir; tetapi sihirnya adalah sihir yang membekas
pada orang lain. Tidakkah kamu sekalian telah melihat, ia datang dengan membawa
perkataan, itulah sihir, lalu dapat menceraikan antara seseorang dan bapaknya,
antara seseorang dan anaknya antara seseorang dan saudaranya, antara seseorang
dan isterinya, antara seseorang dan familinya, antara seseorang dan budaknya dan
antara seseorang dan temannya.
Setelah
mereka mendengar pendapat Walid demikian itu, dengan segera mereka menjadi riuh,
dan sebahagian berteriak-teriak, karena kegirangan mereka kepada Walid. Dan
seketika itu juga lenyaplah kegelisahan dan hilanglah kesusahan mereka yang
sudah beberapa hari mereka rasakan.
Sehubungan
dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW QS.
Al-Muddatstsir : 11 s/d 30.
ذَرْنِىْ
وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًا. وَجَعَلْتُ لَه مَالاً مَمْدُوْدًا. وَبَنِيْنَ
شُهُوْدًا. وَمَهَّدْتُ لَه تَمْهِيْدًا. ثُمَّ يَطْمَعُ اَنْ اَزِيْدَ. كَلاَّ
اِنَّه كَانَ ِلايتِنَا عَنِيْدًا. سَأُرْهِقُه صَعُوْدًا. اِنَّه فَكَّرَ
وَقَدَّرَ. فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمّ نَظَرَ.
ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ. ثُمَّ اَدْبَرَ وَاسْتَكُبَرَ. فَقَالَ اِنْ هذَا اِلاَّ
سِحْرٌ يُؤْثَرُ. اِنْ هذَا اِلاَّ قَوْلُ الْبَشَرِ. سَأُصْلِيْهِ سَقَرَ. وَمَا
اَدْرـكَ مَا سَقَرُ. لاَ تُبْقِى وَلاَ تَذَرُ. لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ. عَلَيْهَا
تِسْعَةَ عَشَرَ. المدثر:11-30
Biarkanlah
Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku
berikan kepadanya harta yang banyak, dan anak-anak selalu bersamanya, dan Ku
lapangkan baginya (rezqi dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia
ingin supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena
sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami. Aku akan menyuruhnya mendaki
pendakian yang tinggi. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa
yang ditetapkannya), maka celakalah dia ! Bagaimanakah dia menetapkan ?,
kemudian celakalah dia ! Bagaimanakah dia menetapkan ?, kemudian dia memikirkan,
sesudah itu dia bermasam muka dan cemberut, kemudian dia berpaling (dari
kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata : "Al-Qur'an) ini tidak lain
hanyalah sihir yang dipelajari, ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". Aku
akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar
itu ? Saqar itu tidak ada yang ditinggalkannya dan tidak ada yang dibiarkannya.
(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada sembilan belas
(malaikat penjaga).
[Al-Muddatstsir : 11 - 30].
Selanjutnya
setelah mereka mendengar dan menyetujui pendapat Walid tersebut, maka dengan itu
bersatulah mereka hendak membendung dan menghalang-halangi dakwah Nabi SAW yang
diserukan kepada orang-orang yang mengerjakan Hajji pada masa
itu.
Kemudian
setelah tiba waktunya orang mengerjakan Hajji mereka masing-masing di setiap
jalan yang dilalui oleh para jamaah Hajji selalu menyiarkan perkataan Walid bin
Mughirah tadi kepada jemaah Hajji yang datang dari luar
negeri.
[Bersambung].
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak