Ahad, 3 Nopember 1996/21 Jumadil Akhir 1417 Brosur No. : 852/892
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-23)
Pada
suatu hari semua penganjur dan pemuka Quraisy melaksanakan keputusan mereka,
yaitu hendak bertemu dengan Nabi SAW. Pada waktu itu Nabi SAW sedang duduk
seorang diri di Masjid. Adapun yang datang lebih dahulu ialah Abu Jahal bin
Hisyam, Walid bin Mughirah, Ubay bin Khalaf, Utbah bin Rabi'ah, kemudian datang
yang lain-lainnya lagi. Setelah mereka semua berada dihadapan Nabi SAW, beliau
lalu membacakan beberapa ayat Al-Qur'an, dengan maksud berda'wah kepada
mereka..
Pada
waktu itu Nabi SAW bersungguh-sungguh dan penuh harapan, supaya mereka itu
segera menjadi pengikut beliau (masuk Islam). Sebab itu beliau sangat
menghormati mereka. Karena beliau tidak mengerti maksud kedatangan mereka yang
sangat jahat itu. Beliau tidak menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak
menghina, merendahkan, mengejek dan mentertawakan seruannya. Bahkan sebaliknya
beliau menyangka bahwa kedatangan mereka itu hendak mengikuti seruannya dan
beriman. Karena memang sejak beberapa waktu sebelumnya beliau sudah
mengharap-harapkan hal itu. Karena beliau beranggapan, bahwa apabila mereka itu
sudah mau mengikuti seruannya, lalu menjadi pemuka-pemuka Islam, maka sudah
barang tentu semakin banyaklah orang-orang yang dari lapisan bawah, dari rakyat
jelata akan terbawa mengikuti jejak mereka, sehingga lebih pesatlah kemajuan
langkah beliau dalam menyiarkan agama Islam serta lekas tercapai apa yang
dicita-citakannya.
Namun
ketika Nabi SAW tengah asyik bercakap-cakap dengan mereka dan dengan wajah
berseri-seri, tiba-tiba datanglah seorang yang buta, yang pakaiannya
compang-camping ingin bertemu beliau. Orang buta itu bernama Abdullah bin Suraih
bin Malik bin Rabi'ah Al-Fihry, dan ia dikenal orang dengan nama Ibnu Ummi
Maktum (anak lelaki dari Ummi Maktum).
Kedatangannya
itu dengan sungguh-sungguh serta dengan tulus ikhlas ingin mengetahui seluk
beluk agama Islam dan hendak mempelajari pelajaran Allah yang telah diturunkan
dan diajarkan kepada beliau. Pada saat itu Nabi SAW masih terus bercakap-cakap
dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dengan asyiknya kepada mereka dengan wajah
yang berseri-seri. Dan beliau tidak memperdulikan orang buta yang papa yang
datang kepada beliau itu. Dan setiap kali selesai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an
beliau menanyakan kepada mereka :
اَ
لَـيْسَ حَسَنًا مَا جـِئْتُ بِهِ ؟
"Bukankah
apa yang kudatangkan ini baik ?"
Mereka
menjawab dengan tertawa : "Ya, baik, demi Allah ! Sungguh memang amat baik
!"
Nabi
SAW lalu membacakan beberapa ayat yang lainnya lagi lantas menanyakan pula
kepada mereka :
هَلْ
تَرَوْنَ بِمَا اَقُوْلُ لَكُمْ بَأْسًا ؟
Apakah
menurut pendapatmu apa yang kukatakan kepadamu ini jelek ?
Mereka
menyahut bersama-sama : "Tidak, demi Allah ! Sungguh semuanya
baik".
Demikianlah
hingga terjadi berulang-ulang. Dan ditengah-tengah beliau asyik bercakap-cakap
begitu, orang buta yang papa itu selalu menyela :
يَا
رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya
Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu
!".
يَا
رَسُوْلَ اللهِ عَلِّمْنِىْ مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ.
"Ya
Rasulullah, berilah aku pelajaran dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu
!".
Begitulah
perkataan Ibnu Ummi Maktum berkali-kali. Tetapi Nabi SAW tidak mempedulikan dan
tidak pula memperhatikan permintaan orang buta itu, bahkan beliau bermasam muka
dan memalingkan muka dari orang buta itu ke arah para pembesar dan pemuka
Quraisy.
Sehubungan
dengan adanya peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu kepada beliau SAW
:
عَبَسَ
وَتَوَلّى. اَنْ جَآءَهُ اْلاَعْمى. وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّه يَزَّكّى. اَوْ
يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرى. اَمَّا مَنِ اسْتَغْنى. فَاَنــْتَ لَه
تَصَدّى. وَمَا عَلَيْكَ اَلاَّ يَزَّكّى. وَ اَمَّا مَنْ جَآءَكَ يَسْعى. وَهُوَ
يَخْشى. فَاَنــْتَ عَنْهُ تَـلَـهّى. كَلاَّ اِنــَّهَا تَذْكِرَةٌ.
عبس:1-11
"Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta
kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pelajaran, lalu pelajaran itu memberi manfaat
kepadanya ? Adapun orang yang menganggap dirinya serba cukup, maka kamu
melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan
pelajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya.
Sekali-kali jangan (demikian) ! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah
suatu peringatan, ['Abasa : 1 - 11].
Diriwayatkan
setelah Nabi SAW, mendapat teguran Allah itu, beliau tidak pernah lagi
memasamkan muka atau memalingkan muka dari siapapun yang datang kepada beliau,
terutama jika yang datang itu adalah orang dari lapisan bawah yang papa, miskin
dan sebagainya, maka dengan segera beliau menghormatinya dan mendudukkannya
sambil menanyakan apa yang menjadi keperluannya. Terutama bila beliau kedatangan
Ibnu Ummi Maktum tersebut yang menyebabkan beliau mendapat teguran dari Allah,
maka beliau sangatlah memberi penghormatan kepadanya seraya berkata
:
مَرْحَبًا
بِمَنْ عَاتَبَنِىْ فِيْهِ رَبـِّى.
"Selamat
datang wahai orang yang menyebabkan aku mendapat teguran dari
Tuhanku".
1.
Hijrah ke negeri Habsyi yang pertama.
Walaupun
pada masa itu orang-orang dari bangsa Arab Quraisy dan bangsa Arab lainnya
bertambah banyak yang mengikut Nabi SAW, tetapi rintangan-rintangan yang
dihadapkan kepada beliau dan kaum Muslimin makin hari semakin besar
pula.
Singkatnya,
bahwa setiap orang yang menjadi pengikut Nabi SAW baik laki-laki maupun
perempuan, baik tua maupun muda, pastilah mereka masing-masing pernah mendapat
penganiayaan dari kaum musyrikin, terutama jika ia adalah seorang yang
terpandang lemah, hina, rendah, tidak berkekuatan sesuatu apapun, maka ia pasti
memperoleh penganiayaan yang berupa pukulan dan juga siksaan sampai setengah
mati, sehingga ada yang sampai menghembuskan nafas yang
penghabisan.
Sedang
Nabi SAW selain hati beliau selalu disakiti, beliau pernah diperlakukan dengan
sewenang-wenang, dan dimusuhi dengan cara yang biadab oleh kepala-kepala kaum
Quraisy, juga beliau dimusuhi dengan cara-cara yang sangat halus. Karena mereka
mengetahui bahwa merintangi beliau dengan perbuatan-perbuatan kasar tidaklah
mendatangkan hasil yang mereka maksudkan, maka mereka lalu merintangi beliau
dengan cara yang sangat halus. Dan andaikata bukanlah dia seorang Nabi dan Rasul
yang dipilih oleh Allah, dengan hati yang terpelihara benar-benar, niscaya akan
terpengaruh dan terpedayalah oleh bujukan dan perbuatan mereka. Sebagaimana
firman Allah yang diturunkan kepadanya pada waktu itu :
وَ
اِنْ كَادُوْا لَـيَفْتِنُوْنَـكَ عَنِ الَّذِىْ اَوْحَيْنَآ اِلَـيْكَ
لِـتَفْتَرِيَ عَلَـيْنَا غَيْرَه وَ اِذًا لاَّ تـَّخَذُوْكَ خَلِـيْلاً.
وَلَوْلاَ اَنْ ثَبَتْنكَ لَـقَدْ كِدْتَّ
تَرْكَنُ اِلَـيْهِمْ شَيْئًا قَلِـيْلاً. اِذًا
لاَذَقْنكَ ضِعْفَ اْلحَيوة
وَضِعْفَ اْلمَمَاتِ ثُمَّ لاَ تَجـِدُ لَكَ عَلَـيْنَا نَصِيْرًا.
الاسراء:73-75
"Dan
sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara
bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil
kamu jadi shahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya
kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian,
benar-benarlah Kami akan merasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia
dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan
mendapat seorang penolongpun terhadap (siksa) Kami."
[Al-Israa' : 73 - 75]
Demikianlah
Allah memperingatkan diri Nabi SAW pada saat itu. Adapun sebab-sebab turunnya
wahyu itu menurut satu riwayat adalah demikian :
Pada
suatu ketika Nabi SAW sedang berada disamping Ka'bah. Pada waktu itu Abu Jahal
bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan para pemuka musyrikin Quraisy lainnya
kebetulan ada ditempat itu juga. Setelah mereka mengetahui bahwa Nabi SAW sedang
ada di tempat tersebut, maka mereka bersama-sama menemui beliau, dan salah
seorang dari mereka berkata : Muhammad, kebetulan sekali engkau ada di sini
sekarang, karena memang telah beberapa hari kami mencari engkau, tetapi selalu
tidak dapat betemu. Kami hendak berbicara sedikit kepadamu, dan memang kebetulan
sekali engkau ada di sini. Hai Muhammad, mari kita meminta berkah dari tuhan
kami, nanti kami akan mengikut seruanmu dan memeluk
agamamu".
Pada
waktu itu Nabi SAW memang sangat memperhatikan keadaan bangsanya, agar mereka
jangan sampai berpecah belah, dan beliau sangat mengharap-harapkan keislaman
mereka. Karena itu hati beliau timbul perasaan hendak menuruti keinginan mereka
dengan maksud kalau-kalau mereka nanti sungguh-sungguh akan mengikut seruannya
dan memeluk Islam. Karena peristiwa itu, kemudian Allah menurunkan wahyu
tersebut .
Inilah
suatu bukti dari pada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Nabi SAW itu adalah
seorang ma'shum, yang dipelihara Allah dari perbuatan-perbuatan yang akan
membawa atau menimbulkan dosa.
Selanjutnya,
sekalipun Nabi SAW pada masa itu menempuh bermacam-macam ujian dan rintangan
dari kaum Musyrikin Quraisy, tetapi pendirian beliau tetap teguh, dan iman
beliau tetap kuat dan tebal kepada Allah. Namun demikian setelah beliau setiap
hari senantiasa melihat dan menyaksikan pengikut-pengikut beliau (kaum Muslimin)
terus-menerus dianiaya dan diperlakukan sewenang-wenang oleh mereka itu,
terutama dari mereka yang terpandang lemah, hina dan rendah, maka akhirnya pada
suatu hari beliau memerintahkan kepada kaum Muslimin, baiklaki-laki maupun
perempuan, supaya mereka hijrah ke luar negeri, yaitu ke negeri Habsyi yang
disana tidak ada perbuatan yang sewenang-wenang dan penganiayaan darifihak
pemerintah.
Negeri
Habsy atau Abessinia, terletak di benua Afrika. Gelaran Raja Habsyi dikala itu
ialah Najasyi (Negus). Adapun pada masa itu raja Habsyi dan sebagian besar dari
rakyatnya memeluk agama Nasrani (Kristen).
Oleh
sebab itu pada suatu hari beliau mengumpulkan para pengikut beliau (kaum
Muslimin) lalu bersabda kepada mereka :
لَوْ
خَرَجْتُمْ اِلَى اَرْضِ اْلحَبَشَةِ فَاِنَّ فِيْهَا مَلِكًا لاَ يُظْلَمُ اَحَدٌ
عِنْدَهُ حَتَّى يَجْعَلَ اللهُ لَكُمْ فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا اَنـْـتُمْ
فِيْهِ.
"Jikalau
kamu mau keluar berpindah ke negeri Habsyi, (adalah lebih baik) karena di sana
ada seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorangpun yang dianiaya, sehingga
Allah menjadikan suatu masa kemudahan dan keluasan kepada kamu, dari pada
keadaanmu yang seperti sekarang ini".
Perintah
Nabi SAW tersebut ditujukan kepada siapa saja yang mau di antara kaum Muslimin.
Maka perintah itu setelah diterima oleh kaum Muslimin, lalu sebagian dari mereka
menjalankan perintah itu dengan tulus ikhlas. Tetapi sebagian besar di antara
mereka (kaum Muslimin) lebih suka tetap bertempat tinggal di kota Makkah
bersama-sama dengan Nabi SAW; senang atau susah akan dirasakan dan ditanggung
bersama-sama dengan beliau.
Adapun
kaum Muslimin yang berhijrah, mereka berangkat dari kota Makkah dengan
sembunyi-sembunyi, supaya tidak diketahui oleh kaum musyrikin, dan
berangkatnyapun seorang demi seorang, atau berdua-dua dengan isterinya
masing-masing. Agar supaya perbuatan mereka itu jangan sampai diketahui oleh
kaum musyrikin, karena jika sampai diketahui oleh mereka, tentu mereka di tengah
jalan akan mendapat rintangan dari fihak kaum musyrikin.
Kemudian
setelah mereka itu sampai dipantai laut Merah, mereka menyewa sebuah perahu
untuk berlayar ke negeri Habsyi, dengan tidak mendapat halangan sesuatu apa,
maka tinggallah mereka di sana dengan aman dan sejahtera.
Adapun
mereka yang berangkat hijrah itu sebanyak 10 orang laki-laki dan 5 orang
perempuan, jadi seluruhnya 15 orang. Adapun nama mereka masing-masing adalah
sebagai berikut :
1.
Utsman bin Affan (dari Bani Umayyah), 2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabiah
(dari Bani Abdu Syamsin), 3. Abu Salamah bin Abdul Asad (dari Bani Makhzum), 4.
Az-Zubair bin Al-Awwam (dari Bani Asad), 5. Mus'ab bin Umair (dari Bani Abdud
Dar), 6. Abdurrahman bin Auf (dari Bani Zuhrah), 7. Amir bin Rabi'ah (dari Bani
Ady bin Ka'ab), 8.Utsman bin Madh'un (dari Bani Jamuh), 9. Abu Sabrah bin Abi
Wahmin (dari Bani Amir), 10. Sahl bin Baidla' (dari Bani Al-Harits) 11. Ruqoyyah
binti Muhammad, puteri Nabi SAW (isteri Utsman bin Affan), 12. Sahlah binti
Suhail (isteri Abu Hudzaifah), 13. Ummu Salamah binti Abi Umayyah (isteri Abu
Salamah), 14. Laila binti Abi Khaitsamah (isteri Amir bin Rabiah), dan 15. Ummu
Kultsum (isteri Abu Sabrah).
Hijrah
inilah yang disebut di dalam kitab-kitab tarikh Islam dengan sebutan
"Hijratul-Ula" (hijrah yang pertama). Dan menurut riwayat, berangkat mereka itu
dari kota Makkah pada permulaan bulan Rajab tahun ke 5 dari tahun
Bi'tsah.
Setelah
mereka sampai di negeri Habsyi, mereka diterima dan dihormati dengan sebaik-baik
penghormatan oleh raja Najasyi.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak