Ahad,
27 Juni 2004/09 Jumadil ula 1425 Brosur no. :
1230/1270/SI
Masuk
Islamnya Abu Quhafah
Abu
Quhafah, ayah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika Nabi SAW memasuki kota Makkah, ia
belum memeluk Islam, padahal ia telah berusia lanjut. Ketika angkatan perang
kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi SAW akan memasuki kota Makkah, dia juga
mendengar beritanya, sebagaimana yang didengar oleh kaum musyrikin
Makkah.
Kemudian
ketika Nabi dan angkatan perang kaum muslimin sampai di Dzi Thuwa, Abu Quhafah
berkata kepada seorang cucu perempuannya supaya ia dibawa naik ke Gunung Abu
Qubais, pada waktu itu ia sudah buta matanya. Oleh cucunya ia lalu dibawa naik
ke gunung Abu Qubais, lalu Abu Quhafah berkata, "Apa yang kamu lihat ?". Cucunya
menjawab, "Aku melihat sesuatu yang hitam-hitam berkumpul". Abu Quhafah berkata,
"Itu barisan tentara berkuda". Cucunya berkata, "Aku melihat seorang laki-laki
yang berjalan di muka yang hitam-hitam itu kesana-kemari". Abu Quhafah berkata,
"Hai cucuku, itulah kepala barisan berkuda yang memimpinnya". Kemudian cucunya
berkata lagi, "Demi Allah, sesuatu yang hitam-hitam itu telah menyebar". Abu
Quhafah berkata, "Demi Allah, jika demikian, barisan berkuda itu telah
diberangkatkan, maka sekarang lekaslah kita pulang".
Kemudian
kedua orang itu turun dari bukit dan pulang ke rumah. Tetapi sebelum sampai di
rumahnya, di tengah perjalanan sudah bertemu dengan pasukan berkuda
tersebut.
Kemudian
ketika Nabi SAW telah masuk kota Makkah dan masuk ke dalam masjid, datanglah
shahabat Abu Bakar dengan menuntun ayahnya yang sudah buta itu. Sesampai di
hadapan Nabi SAW, setelah beliau melihatnya maka beliau bersabda kepada Abu
Bakar, "Mengapa engkau tidak membiarkan orang tuamu ini di rumah saja, lalu aku
yang datang kepadanya ?". Abu Bakar menjawab, "Ya Rasulullah, dia yang lebih
berhaq berjalan untuk datang kepada engkau daripada engkau datang
kepadanya".
Kemudian
Abu Quhafah dipersilakan duduk oleh Nabi SAW, lalu beliau mengusap-usap dengan
tangan beliau ke dada Abu Quhafah, seraya bersabda, "Masuk Islamlah !". Seketika
itu juga Abu Quhafah masuk Islam.
Sehubungan
dengan masuk Islamnya Abu Quhafah tersebut Muslim meriwayatkan sebagai berikut
:
عَنْ
جَابِرٍ بن عبد الله قَالَ: اُتِيَ بِاَبِى قُحَافَةَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ وَ
رَأْسُهُ وَ لِحْيَتُهُ كالثَّغَامَةِ بَيَاضًا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
غَيّرُوْا هٰذَا بِشَيْءٍ وَ اجْتَنِبُوا السَّوَادَ.
مسلم 3: 1663
Dari
Jabir bin 'Abdullah ia berkata : Abu Quhafah didatangkan pada hari penaklukan
Makkah, sedangkan rambut kepala dan jenggotnya putih bagaikan bunga matahari,
maka Rasulullah SAW bersabda, "Rubahlah (warna rambut) ini dengan sesuatu,
tetapi hindarilah warna hitam".
[HR. Muslim juz 3, hal. 1663]
Masuk
islamnya Fudlalah bin 'Umair
Pada
suatu ketika Fudlalah bin 'Umair bin Mulawwih Al-Laitsiy akan membunuh Nabi SAW
ketika beliau sedang Thawaf di Baitullah. Setelah ia mendekati beliau, lalu
Rasulullah SAW bersabda :
أَ
فُضَالَةُ ؟ Apakah ini Fudlalah
?
Ia
menyawab :
نَعَمْ
فُضَالَةُ يَا رَسُوْلَ اللهِ Ya, saya Fudlalah wahai
Rasulullah.
Beliau
bertanya :
مَا
ذَا كُنْتَ تَحْدُثُ بِهِ نَفْسُكَ؟ Apa
yang terjadi pada dirimu ?
Fudlalah
menjawab :
لاَ
شَيْءَ، كُنْتُ اَذْكُرُ اللهَ Tidak apa-apa, aku
menyebut Allah.
Kemudian
Nabi SAW tertawa, lalu bersabda :
اِسْتَغْفِرِ
اللهَ! Mohonlah ampun kepada Allah !
Kemudian
Nabi SAW meletakkan tangan beliau di dada Fudlalah, sehingga tenanglah hatinya.
Maka Fudlalah berkata :
وَ
اللهِ، مَا رَفَعَ يَدَهُ عَنْ صَدْرِى حَتَّى مَا مِنْ خَلْقِ اللهِ شَيْءٌ
اَحَبُّ اِلَيَّ مِنْهُ.
Demi
Allah, tidaklah beliau melepaskan tangan beliau dari dadaku sehingga tidak ada
sesuatupun dari makhluq Allah yang lebih aku cintai daripada
beliau.
Fudlalah
berkata, "Lalu aku pulang ke rumah, dan aku melewati seorang wanita yang dahulu
aku biasa ngobrol bersamanya. Wanita itu berkata :
هَلُمَّ
اِلَى اْلحَدِيْثِ Kemarilah, kita
ngomong-ngomong.
Fudlalah
menjawab, "Tidak !". Dan Fudlalah bersyair :
قَالَتْ
هَلُمَّ اِلَى اْلحَدِيْثِ فَقُلْتُ لاَ،
يَأْبَى عَلَيْكِ اللهُ وَ اْلاِسْلاَمُ
لَوْ
مَا رَأَيْتِ مُحَمَّدًا وَ قَبِيْلَهْ
بِاْلفَتْحِ يَوْمَ تَكَسَّرَ اْلاَصْنَامُ
لَرَأَيْتِ
دِيْنَ اللهِ اَضْحَى بَيّنًا وَ
الشّرْكَ يَغْشَى وَجْهَهُ اْلاِظْلاَمُ
Wanita
itu mengajakku, "Kemarilah kita ngomong-ngomong",
Lalu
aku menjawab, "Tidak !. Karena Allah dan Islam
melarangmu,
Seandainya
kamu tidak tahu Muhammad dan tentaranya,
dengan
kemenangan pada hari hancurnya berhala-berhala,
tentu
kamu melihat agama Allah sangat jelas dan terang,
dan
kemusyrikan ditutupi wajahnya dengan kegelapan".
[Ibnu
Hisyam juz 5, hal. 80]
Orang-orang
berbondong-bondong masuk Islam
Kemudian
pada suatu hari datanglah berbondong-bondong kepada Nabi SAW untuk berbai'at
masuk Islam. Maka pada Fathu Makkah itu juga Rasulullah SAW membai'at
orang-orang untuk iman kepada Allah dan bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain
Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. [Al-Bidayah
wan Nihayah juz 4, hal. 215]
Dan
datanglah berduyun-duyun, tua, muda, laki-laki dan perempuan berbaiat atas Islam
dan syahadat. Ibnu Jarir berkata : Kemudian orang-orang berkumpul di Makkah
untuk berbai'at kepada Rasulullah SAW atas Islam, Rasulullah SAW duduk di atas
bukit Shafa, sedangkan 'Umar bin Khaththab berada di bawah beliau. 'Umar bin
Khaththab membai'at orang-orang untuk mendengar dan thaat kepada Allah dan
Rasul-Nya dalam apa yang mereka mampu (melaksanakannya).
Paling
awal yang berbaiat ialah rombongan laki-laki, sesudah itu baru rombongan
perempuan. Diantara orang-orang perempuan yang berbaiat mengikut Islam ketika
itu adalah Hindun binti 'Utbah istri Abu Sufyan. Ketika ia menghadap Nabi SAW ia
berkerudung dan menyamar, karena malu dan takut kepada beliau karena
perbuatannya terhadap Hamzah (paman Nabi), ia takut kalau Nabi SAW akan
membalasnya. Hindun binti Utbah adalah seorang perempuan pemberani lagi tangkas
berbicara serta cerdas berpikir. Maka ketika menerima baiat dari Nabi SAW ia
banyak menanyakan hal-hal yang dirasanya perlu untuk
ditanyakan.
Tentang
yang dibaiatkan oleh Nabi SAW kepada rombongan orang-orang perempuan, adalah
sebagaimana QS. Al-Mumtahanah ayat 12 :
يٰۤاَيُّهَا
النَّبِيُّ اِذَا جَآءَكَ اْلمُؤْمِنٰتُ يُبَايِعْنَكَ عَلىٰ اَنْ لاَّ يُشْرِكْنَ
بِاللهِ شَيْئًا وَّ لاَ يَسْرِقْنَ وَ لاَ يَزْنِيْنَ وَ لاَ يَقْتُلْنَ
اَوْلاَدَهُنَّ وَ لاَ يَأْتِيْنَ بِبُهْتَانٍ يَّفْتَرِيْنَه‘ بَيْنَ
اَيْدِيْهِنَّ وَ اَرْجُلِهِنَّ وَ لاَ يَعْصِيْنَكَ فِيْ مَعْرُوْفٍ
فَبَايِعْهُنَّ وَ اسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللهَ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ
رَّحِيْمٌ.
الممتحنة: 12
Hai
Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan
janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Allah, tidak
akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan
berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak
akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka,
dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. Al-Mumtahanah : 12].
Ketika
Nabi SAW memberikan baiat kepada rombongan perempuan, dan diantara mereka itu
terdapat Hindun binti 'Utbah, dengan perantaraan 'Umar bin Khaththab RA. Nabi
SAW bersabda kepada 'Umar : Katakanlah kepada mereka para wanita, "Sesungguhnya
Rasulullah SAW membai'at kalian supaya tidak mempersekutukan Allah dengan
sesuatu". Pada waktu itu Hindun binti Utbah yang pernah membelah perut Hamzah
(paman Nabi) menyamar di tengah-tengah para wanita. Ia berkata di dalam hatinya,
"Jika aku berbicara, tentu Nabi akan mengenaliku (karena pada waktu itu Hindun
masih tercatat dalam daftar hitam), dan jika beliau mengenaliku, pasti beliau
akan membunuhku". Dan adanya dia menyamar itu agar tidak diketahui oleh
Rasulullah SAW. Maka ketika itu para wanita diam, tidak ada yang berbicara.
Hindun berkata dan ia dalam keadaan menyamar, "Bagaimana Nabi menerima bai'at
para wanita sesuatu yang beliau tidak menerimanya dari orang-orang laki-laki
?".
Kemudian
Nabi SAW melihat kepada Hindun. Lalu beliau bersabda kepada 'Umar, "Katakanlah
kepada mereka agar mereka tidak mencuri". Hindun berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku mengambil harta Abu Sufyan sedikit-sedikit, aku tidak tahu
apakah harta itu halal atau tidak untukku"
Mendengar
perkataan istrinya itu Abu Sufyan lalu menyahut, "Apasaja yang telah kamu ambil
di masa lalu atau yang masih tersisa, itu halal bagimu". Mendengar jawaban Abu
Sufyan kepada istrinya itu Nabi SAW tertawa dan mengerti bahwa wanita itu adalah
Hindun binti 'Utbah. Lalu beliau memanggilnya, dan Hindun datang kepada beliau,
lalu memegang tangan beliau dan meminta perlindungan kepada beliau. Nabi SAW
bertanya, "Kamu Hindun ?". Lalu Hindun berkata, "Semoga Allah memberi maaf
segala perbuatanku di masa lalu".
Lalu
Rasulullah SAW berpaling darinya, lalu bersabda, "Dan agar mereka tidak
berzina". Hindun berkata, "Ya Rasulullah, apakah pantas wanita merdeka itu
berzina ?". Nabi SAW bersabda, "Tidak, demi Allah, wanita merdeka tidak akan
berzina".
Selanjutnya
Nabi SAW memerintahkan kepada 'Umar supaya mengatakan kepada mereka, "Dan agar
mereka tidak membunuh anak-anak mereka". Hindun berkata, "Engkau telah membunuh
mereka pada perang Badar. Maka terhadap mereka itu engkau lebih tahu". Kemudian
Nabi SAW memerintahkan kepada 'Umar lagi agar mengatakan kepada mereka, "Dan
agar mereka tidak berbuat kebohongan yang mereka ada-adakan antara tangan dan
kaki mereka".
Selanjutnya
Nabi SAW memerintahkan kepada 'Umar agar mengatakan kepada mereka, "Dan agar
mereka tidak mendurhakai nabi dalam hal yang ma'ruf". [Tafsir Ibnu Jarir juz 28,
hal. 78]
Keadilan
Nabi Muhammad SAW
Setelah
kota Makkah ditaklukkan dan sebagian besar penduduknya telah masuk Islam, lalu
ketika itu ada seorang perempuan dari keturunan bangsawan Quraisy mencuri barang
perhiasan milik orang lain.
Bukhari
meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ
عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ اَنَّ امْرَأَةً سَرَقَتْ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص
فِى غَزْوَةِ اْلفَتْحِ فَفَزِعَ قَوْمُهَا اِلَى اُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ
يَسْتَشْفِعُوْنَهُ. قَالَ عُرْوَةُ: فَلَمَّا كَلَّمَهُ اُسَامَةُ فِيْهَا
تَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: اَتُكَلّمُنِى فِى حَدّ مِنْ حُدُوْدِ
اللهِ؟ قَالَ اُسَامَةُ: اِسْتَغْفِرْلِى يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَلَمَّا كَانَ
اْلعَشِيُّ قَامَ رَسُوْلُ اللهِ خَطِيْبًا، فَاَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ
اَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: اَمَّا بَعْدُ، فَاِنَّمَا اَهْلَكَ النَّاسَ قَبْلَكُمْ
اَنَّهُمْ كَانُوْا اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ، وَ اِذَا سَرَقَ
فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ اَقَامُوْا عَلَيْهِ اْلحَدَّ. وَ الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ، لَوْ اَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.
ثُمَّ اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِتِلْكَ اْلمَرْأَةِ، فَقُطِعَتْ يَدُهَا
فَحَسُنَتْ تَوْبَتُهَا بَعْدَ ذٰلِكَ وَ تَزَوَّجَتْ. قَالَتْ عَائِشَةُ:
فَكَانَتْ تَأْتِى بَعْدَ ذٰلِكَ فَاَرْفَعُ حَاجَتَهَا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ
ص.
البخارى 5: 96
Dari
'Urwah bin Zubair bahwasanya ada seorang wanita yang mencuri pada masa
Rasulullah SAW pada waktu Fathu Makkah, maka keluarganya bingung sehingga
menemui Usamah bin Zaid untuk meminta tolong kepadanya. 'Urwah berkata : Maka
setelah Usamah bin Zaid menyampaikan hal tersebut kepada Nabi SAW, berubahlah
wajah beliau seraya bersabda, "Apakah kamu meminta keringanan kepadaku dalam
satu hukum dari hukum-hukum Allah ?". Usamah berkata, "Mohonkanlah ampun
untukku, ya Rasulullah!". Maka setelah sore hari, Rasulullah SAW berdiri
berkhutbah. Setelah beliau memuji Allah dengan pujian-pujian-Nya, lalu beliau
bersabda, "Adapun sesudah itu, sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang
sebelum kalian adalah mereka itu jika ada orang bangsawan mencuri, mereka
membiarkannya. Dan apabila orang lemah yang mencuri, mereka tegakkan hukum
atasnya. Demi Allah yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, seandainya Fathimah putri
Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya". Kemudian Rasulullah SAW
memerintahkan untuk dilaksanakan hukum terhadap wanita itu. Lalu dipotonglah
tangan wanita tersebut. Dan (akhirnya) wanita tersebut bertaubat dengan baik,
lalu iapun menikah. 'Aisyah berkata, "Sesudah itu wanita tersebut pernah datang
kepadaku, lalu aku menyampaikan keperluannya kepada Rasulullah
SAW".
[HR. Bukhari juz 5, hal. 96]
Dan
Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ
عَائِشَةَ اَنَّ قُرَيْشًا اَهَمَّهُمْ شَأْنُ اْلمَرْأَةِ اْلمَخْزُوْمِيَّةِ
الَّتِى سَرَقَتْ. فَقَالُوْا مَنْ يُكَلّمُ فِيْهَا رَسُوْلَ اللهِ ص؟ فَقَالُوْا:
وَ مَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ اِلاَّ اُسَامَةُ حِبُّ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ فَكَلَّمَهُ
اُسَامَةُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَتَشْفَعُ فِى حَدّ مِنْ حُدُوْدِ اللهِ؟
ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ فَقَالَ: اَيُّهَا النَّاسُ، اِنَّمَا اَهْلَكَ الَّذِيْنَ
قَبْلَكُمْ اَنَّهُمْ كَانُوْا اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَ
اِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ اَقَامُوْا عَلَيْهِ اْلحَدَّ. وَ ايْمُ اللهِ،
لَوْ اَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.
مسلم 3: 1315
Dari
'Aisyah bahwasanya kaum Quraisy kebingungan sehubungan dengan wanita Mukhzumiyah
yang telah mencuri, lalu mereka berkata, "Siapa yang berani menyampaikan kepada
Rasulullah SAW tentang hal ini (untuk meminta keringanan) ?". Lalu mereka
berkata, "Siapa lagi yang berani menyampaikan masalah ini kepada beliau selain
Usamah kesayangan Rasulullah SAW". Kemudian Usamah menyampaikan hal itu kepada
Rasulullah. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Apakah kamu meminta keringanan
kepadaku tentang suatu hukum dari hukum-hukum Allah ?". Kemudian (pada sore
hari) beliau berdiri berkhutbah, beliau bersabda, "Hai manusia, sesungguhnya
yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah apabila ada di kalangan
mereka seorang bangsawan yang mencuri, mereka membiarkannya (tidak dijatuhi
hukuman), tetapi apabila orang lemah yang mencuri, mereka tegakkan hukum
atasnya. Demi Allah, seandainya Fathimah putri Muhammad mencuri, pasti aku
potong tangannya.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1315]
Bersambung………
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak