Ahad,
01 Maret 1998/02 Dzulqa’dah 1418 Brosur No. :
922/962/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-41)
Setelah
keenam orang yang telah masuk Islam tersebut (As’ad, Rafi’, ‘Auf, Quthbah dan
Jabir) kembali ke Yatsrib (Madinah), mereka lalu menyiarkan Islam kepada
penduduk di sana, di tengah-tengah masyarakat mereka, dan menceritakan adanya
Nabi dan Rasul Allah yang dibangkitkan di kota Makkah. Oleh sebab itu maka di
kota atsirb (Madinah) nama pribadi Nabi SAW menjadi terkenal dan
berangsur-angsur terdengar oleh semua orang di sana. Sedang Nabi SAW sendiri
pada waktu itu belum pernah datang ke sana.
Kemudian
pada musim hajji tahun ke-12 dari kenabian, sebagimana yang telah mereka
janjikan sendiri 5 dari 6 orang tadi datang lagi ke Makkah bersama dengan
kawan-kawan mereka dari Yatsrib sebanyak tujuh orang, sehingga mereka berjumlah
dua belas orang.
Dari
dua belas orang itu, dua orang dari golongan Aus dan sepuluh orang dari golongan
Khazraj. Adapun nama-nama mereka adalah sebagai berikut :
1.
As’ad bin Zurarah, dari banu Najjar, Khazraj.
2.
Rafi’ bin Malik, dari banu Zuraiq, Khazraj.
3.
‘Auf bin Harits, dari banu Najjar, Khazraj.
4.
Quthbah bin ‘Aamir, dari banu Salamah, Khazraj.
5.
‘Uqbah bin ‘Aamir, dari Hiram, Khazraj.
[Kelima orang ini telah tersebut di
atas, ketika pertemuan mereka yang pertama dengan Nabi SAW di bukit
‘Aqabah]
6.
Mu’adz bin Harits, dari banu Najjar, Khazraj.
7.
Dzakwan bin ‘Abdu Qais, Khazraj.
8.
Yazid bin Tsa’labah, Khazraj.
9.
‘Ubadah bin Ash-Shamit, Khazraj.
10. ‘Abbas bin ‘Ubadah,
Khazraj.
11. Abul Haitsam bin At-Tayihan,
Aus.
12. ‘Uwaim bin Sa’idah, Aus.
Setelah
mereka berada di bawah bukit ‘Aqabah, kepada mereka dibacakan ayat-ayat
Al-Qur’an, dan sesudah itu mereka lalu menyatakan kepercayaan mereka
kepadaseruan Nabi SAW, kemudian masing-masing dibai’at oleh beliau. Dan bai’at
inilah yang tekenal di dalam kitab-kitab tarikh dengan sebutan Bai’atul ‘Aqabah
uulaa (Bai’at ‘Aqabah yang pertama). Dan disebut juga Ba’iatun Nisaa’ (Bai’at
wanita) karena isi bai’at tersebut belum ada kewajiban perang. Dan ada pula yang
menyatakan bahwa bai’at tersebut dinamakan Bai’atun nisaa’ karena di dalam
bai’at tersebut ikut berbai’at pula seorang wanita bernama ‘Afraa’ binti ‘Abid
bin Tsa’labah.
Adapun
isi bai’at tersebut ialah :
1. Hendaklah kamu sekalian menyembah kepada Allah
yang Maha Esa dan janganlah kalian menyekutukan kepada-Nya dengan sesuatu
apapun.
2. Janganlah kalian
(mencuri).
3. Janganlah kalian berbuat
zina.
4. Janganlah kalian membunuh
anak-anak.
5. Janganlah kalian berdusta dan berbuat
kedustaan.
6. Janganlah kalian menolak perkara yang
baik.
Kemudian
sebagai penutupnya, Nabi SAW bersabda, “Maka hendaklah kamu sekalian menepati
janji ini. Jika kamu menepati janji-janji ini, kelak kamu akan menerima balasan
dari Allah (surga), dan barangsiapa menyalahinya, maka urusannya adalah terserah
kepada Allah semata”.
Demikianlah
secara singkatnya bai’at Nabi SAW kepada orang-orang dari Yatsrib (Madinah) yang
telah menjadi pengikutnya, yang mereka itu akhirnya menjadi pembantu, penolong,
pendukung dan pembela Nabi SAW.
6.
Muballigh pertama yang dikirim oleh Nabi SAW ke Yatsrib
Selanjutnya
Rasulullah SAW mengirim Mush’ab bin ‘Umair dan Abdullah bin Ummi Maktum ke
Yatsrib untuk mengajarkan Al-Qur’an dan agama Islam, sehingga penduduk Yatsrib
pada waktuitu makin hari kian banyak yang mengikut Islam.
Lebih
jauh diriwayatkan bahwa penyiaran Islam di Yatsrib makin hari kian bertambah
pesat. Karena itu kaum Yahudi yang di sana merasa khawatir, bahwa apabila Islam
tersiar terus-menerus seperti itu tentulah dengan sendirinya penyiaran dan
semangat agama mereka akan mundur dan terbelakang dan boleh jadi akan lenyap
musnah dari Madinah.
Oleh
sebab itu lalu pada tiap-tiap hari Sabtu mereka mengadakan keramaian di suatu
tempat yang telah ditentukan, dengan maksud hendak menunjukkan syi’ar agama
mereka.
Setelah
Nabi SAW menerima berita tentang adanya kejadian itu. Maka beliau lalu mengirim
perintah kepada Mus’ab bin ‘Umair supaya ia mengumpulkan orang-orang Islam, baik
laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, pada tiap-tiap hari Jum’at siang
hari di suatu tempat tertentu, dan bila kaum muslimin telah berkumpul supaya
diadakan shalat dua rekaat.
Perintah
tersebut setelah diterima oleh Mush’ab lalu dikerjakan sebagaimana mestinya.
Pada setiap hari Jum’at Mush’ab menyuruh kaum muslimin supaya berkumpul di
“Hazmun Nabit”, dan setelah mereka berkumpul, mereka bersama-sama mengerjakan
shalat dua rekaat.
Menurut
riwayat, pertama kali orang-orang yang berkumpul di Hazmun Nabit ada sebanyak
empat puluh orang, dan inilah shalat Jum’at yang pertama kali dikerjakan oleh
kaum muslimin.
Kemudian
pada tiap-tiap hari Jum’at, kaum muslimin mengadakan seperti tersebut di atas
terus-menerus, dan akhirnya ditetapkan oleh Allah menjadi suatu kewajiban bagi
kaum muslimin.
7.
Musim hajji pada tahun ke-13 dari kenabian
Pada
musim hajji pada tahun ke-13 dari kenabian, banyaklah penduduk dari Yatsrib yang
pergi ke Makkah untuk menjalankan ibadah hajji sebagaimana biasa, dan mereka
kebanyakan dari kaum musyrikin. Oleh sebab itu sebelum mereka datang ke Makkah,
lebih dahulu Mush’ab bin ‘Umair telah mengirimkan khabar kepada Nabi SAW di
Makkah, bahwa kaum muslimin dan kaum musyrikin dari Madinah pada tahun itu
banyak yang akan mengerjakan ibadah hajji.
Dan
Mush’ab juga mengabarkan bahwa ia juga akan datang ke Makkah pada waktu itu,
bersama dengan seorang dari kepala kaum musyrikin Madinah yang kenamaan, yaitu
‘abdullah bin Hiram. Mush’ab juga memohon kepada Nabi SAW supaya pada hari
Tasyriq yang akan datang beliau bersedia datang di bukit
‘Aqabah.
Setelah
kaum muslimin dari Yatsrib datang di Makkah dan bertemu dengan Nabi SAW maka
beliau memerintahkan mereka, bahwa jika telah selesai dari bukit ‘Arafah
hendaklah mereka bersama-sama berangkat meninggalkan bukit itu setelah matahari
terbenam, dan supaya pada waktu tengah malam mereka telah sampai di Mina di
bukit ‘Aqabah. Setelah kaum muslimin dari Yatsrib selesai mengerjakan wukuf di
bukit ‘Arafah pada waktu matahari terbenam, mereka berangkat menuju ke Mina, dan
pada tengah malam mereka telah sampai di Mina. Seterusnya mereka menuju ke bukit
‘Aqabah secara diam-diam, sebagaimana diperintahkan Nabi
SAW.
Adapun
mereka yang datang di tempat tersebut ada 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita.
Jadi seluruhnya ada 75 orang. Mereka terdiri dari 62 orang laki-laki dari
golongan Khazraj dan 11 orang laki-laki dari golongan Aus, dan 2 orang wanita
tersebut adalah dari golongan Khazraj, masing-masing bernama : 1, Nusaibah binti
Ka’ab dari banu Najjar, dan 2. Asma’ binti ‘Amr dari banu
Salamah.
Adapun
nama-nama mereka itu selengkapnya adalah sebagai berikut :
Yang
dari golongan Al-Aus : 1. Usaid bin Hudlair, 2. Abul Haitsam Malik bin
At-Tayihan, 3. Salamah bin Salaamah, 4. Dhuhair bin Rafi’, 5. Abu Burdah Hani
bin Niyar, 6. Nuhair bin Al-Haitsam, 7. Sa’ad bin Khaitsamah, 8. Rifa’ah bin
‘abdil Mundzir, 9. ‘Abdullah bin Jubair, 10. Ma’nun bin ‘Ady, dan 11. ‘Uwaim bin
Sa’idah.
Dan
yang dari golongan Al-Khazraj : 1. Abu Umamah As’ad bin Zurarah, 2. Al-Baraa’
bin Ma’rur, 3. ‘Abdullah bin Rawahah, 4. Sa’ad bin ‘Ubadah, 5. Sa’ad bin
Ar-Rabi’, 6. ‘Ubadah bin Ash-Shamit, 7. Mundzir bin ‘Amr, 8. Raafi’ bin Malik
bin ‘Ajlan, 9. ‘Abdullah bin ‘Amr bin Hiram, 10. Abu Ayyub Khalid bin Zaid, 11.
‘Abbas bin ‘Ubadah bin Fadllah, 12. Mu’awwidz bin Al-Harits, 13. Mu’adz bin
Jabal, 14. Mu’adz bin ‘Amr, 15. Jabir bin ‘Abdullah, 16. ‘Amr bin Al-Harits, 17.
‘Amr bin Ghazyah, 18. Mu'adz bin Al-Harits, 19. ‘Uqbah bin Wahab, 20. ‘Auf bin
Al-Harits, 21. Rifa’ah bin ‘Amr, 22. ‘Umarah bin Hazm, 23. Abu ‘Abdur Rahman,
Yazid bin Tsa’labah, 24. Sahal bin ‘Atiik, 25. Abu Thalhah Zaid bin Sahal, 26.
Khudaij bin Sahal, 27. Qais bin Abu Sha’sha’ah, 28. Kharijah bin Zaid, 29.
‘Umair bin Al-Harits, 30. Basyiir bin Sa’ad, 31. ‘Abdullah bin Zaid, 32. Uqbah
bin ‘Amr, 33. Tsabit bin Al-Jidz’i, 34. Khallad bin Suwaid, 35. Khalid bin ‘Amr,
36. ‘Abdullah bin ‘Unais, 37. Farwah bin Amr, 38. Khalid bin Qais, 39. Ziyad bin
Labiid, 40. ‘Amr bin Ghunmah, 41. Tsa’labah bin Ghunbmah, 42. Shaifi bin Sawad,
43. Abul Yasar Ka’ab bin ‘Amr, 44. Dzakwan bin ‘Abdi Qais, 45. ‘Abbaad bin Qais,
46. Al-Harits bin Qais, 47. Yazid bin ‘aamir, 48. Quthbh bin ‘Aamir, 49. Sulaim
bin ‘Amr, 50. Ka’ab bin Malik, 51. Thufail bin Malik, 52. Jabbar bin Shakhr, 53.
Yazid bin Hiram, 54. Adl-Dlahhak bin Haritsah, 55. Mas’ud bin Yazid, 56. Yazid
bi Mundzir, 57. Ma’qil bin Mundzir, 58. Ath-Thufail bin An-Nu’man, 59. Sinan bin
Shaifi, 60. Bisyr bin Al-Baraa’, 61, Aus bin Tsabit, dan 62. Khadij bin
Salaamah.
8.
Bai’at ‘Aqabah yang kedua
Setelah
kaum muslimin dari Yatsrib sebanyak 75 orang itu (73 orang laki-laki dan 2 orang
wanita) berkumpul di tempat tersebut dan Nabi SAW juga sudah di situ dengan
pamannya yang bernama ‘Abbas, walaupun pada saat itu ‘Abbas masih memeluk agama
kaumnya dan belum masuk Islam, tetapi karena cintanya kepada Nabi SAW dan hendak
ikut menguatkan seruan beliau, maka dia ikut di tempat tersebut. Kemudian,
sebelum bai’at dimulai, lebih dahulu ‘Abbas bangkit di hadapan
mereka.
Adapun
pesan beliau pada waktu itu adalah sebagai berikut : “Hai sekalian golongan
Khazraj, kamu sekalian telah mendengar dan mengerti bahwa Muhammad itu adalah
dari golongan kami (Quraisy) dan dari keturunan kami. Dan kami telah memelihara
diri Muhammad dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya dari orang-orang yang
memusuhinya, dia sudah kami jaga benar-benar, sehingga sekarang tidak ada
seorang pun yang dapat menunjukkan permusuhannya terhadap dia. Maka dari itu
jikalau kamu semua bersungguh-sungguh supaya Muhammad mengabulkan segala apa
yang kamu minta, yaitu agar pindah ke negerimu, itu tidak ada halangan, asal
kamu semua dapat menepai kesanggupanmu masing-masing dan dapat menjaganya dengan
penjagaan yang sebenar-benarnya dari orang yang memusuhinya. Adapun jika
sekiranya kamu semua tidak dapat menepati janjimu dan merasa tidak akan bisa
menjaga dirinya dimana saja ia berada dari ancaman atau bahaya dari orang yang
memusuhinya, maka lebih baik kamu tinggalkan dan lepaskan dia, biarlah ia hidup
atau mati di negerinya sendiri”.
Demikianlh
kata-kata ‘Abbas kepada kaum muslimin dari Yatsrib. Selanjutnya Nabi SAW
membai’at 75 orang tersebut.
Adapun
yang dibai’atkan oleh beliau, adalah sebagaimana yang telah dibai’atkan pada
bai’at yang lalu, hanya saja dalam bai’at ini sebagai penutunya Nabi SAW
bersabda :
وَ
اَنْ تَنْصُرُوْنِى فَتَمْنَعُوْنِى اِذَا قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ مَا تَمْنَعُوْنَ
بِهِ اَنْفُسَكُمْ وَ اَزْوَاجَكُمْ وَ اَبْنَاءَكُمْ وَ لَكُمُ
اْلجَنَّةُ.
Dan
supaya kamu sekalian menolongku, lalu kamu menjaga diriku bilmana akan datang
(pindah) kepadamu, sebagaimana kamu menjaga dirimu dan menjaga wanita-wanitamu
dan anak-anakmu dan bagi kamu sergalah balasanya dari Tuhan.
Setelah
Nabi SAW bersabda demikian, seketika itu ada seorang dari pemuka golongan
Khazraj yang bernama Baraa’ bin Ma’rur mengankat tengannya lalu memegang tangan
beliau seraya berkata, “Saya ya Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutus engkau
dengan haq, sungguh kami akan menjaga engkau sebagaimana kami menjaga
wanita-wanita kami, anak-anak kami dan diri kami sendiri. Kami bersumpah di
hadapan engkau sekarang ini. Demi Allah, kami adalah keturunan dari orang-orang
yang ahli menjalankan peperangan, lantaran itu, kami mendapat pusaka dari
orang-orang tua kami tentang hal itu, maka kami tidak akan takut menjaga dirimu
dari bahaya yang diperbuat oleh orang-orang yang nyata-nyata memusuhi
engkau”.
Kemudian
ada seorang dari kepala golongan Aus yang bernama Abul Kaitsam bi At-Tayihan
berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, diantara kami (kaum Aus) ada mempunyai
pertalian kokoh dengan kaum Yahudi, dan mulai sekaran gkami putuskan, karena
kami telah bai’at kepadamu. Hanya saja, kami telah berbai’at kepadamu, apabila
kamudian kelak engkau memperoleh kemenangan (mengalahkan mereka yang memusuhi
engkau), maka jika sudah begitu, bagaimana bila dengan tiba-tiba kelak engkau
kembali pulang ke negerimu dan meninggalkan kami semua ? Jika terjadi begitu,
kelak kami yang akan menderita kerugian”.
Mendengar
kata-kata demikian itu Nabi SAW tersenyum sambil bersabda
:
بَلِ
الدَّمُ، الَدَّمُ! وَ الْهَدَمُ، اَلْهَدَمُ! اَنَا مِنْكُمْ وَ اَنْتُمْ مِنّى،
اُحَارِبُ مَنْ حَارَبَكُمْ وَ اُسَالِمُ مَنْ سَالَمْتُمْ.
Tidak
begitu, tetapi darah, darah ! binasa, binasa ! Aku bagian daripada kamu dan kamu
bagian daripadaku, aku memerangi orang yang memerangi kamu, dan aku berdamai
dengan orang yang berdamai dengan kamu.
Selanjutnya
sebelum acara bai’at tersebut diakhiri oleh Nabi SAW, ‘Abbas berkata pula kepada
mereka, “Kamu sekalian hendaklah menepati segala apa yang telah kamu ucapkan
tadi, karena semua yang telah kamu bai’atkan itu tadi adalah menjadi tanggungan
Allah. Padahal tanggungan Allah itu tanggungan kamu,
dan perjanjian Allah itu perjanjian kamu, dan tangan Allah diatas tangan kamu
semua. Sekarang ini kita berada di bulan haram dan di negeri yang haram. Sungguh
kamu semua akan dapat menolong Muhammad, dan sungguh kamu semua akan
menjaganya”.
Dengan
serentak mereka menjawab, “Ya”. Lalu ‘Abbas berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan,
bahwa sesungguhnya Engkau lah yang Mendengar lagi yang Melihat. Bahwa anak
laki-lki saudaraku (Muhammad) telah minta penjagaan kepada mereka dan tanggungan
mereka masing-masing, penjagaan untuk dirinya. Ya Tuhan, Tuhan lah yang menjadi
saksinya”.
Kemudian
bai’at itu ditutup oleh Nabi SAW dengan selamat, dan bai’at yang inilah yang
disebutkan dalam kitab-kitab tarikh dengan sebutan Bai’atul ‘Aqabah Ats-Tsaniyah
(bai’at ‘Aqabah yang kedua) atau Bai’atul 'Aqabah Al-Kubra (bai’at ‘Aqabah yang
terbesar).
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak