POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Janaiz (ke-5) 14. Mengkafani Mayyit

Posted by

Ahad, 14 Desember 1997/13 Sya'ban 1418                   Brosur No. : 911/951/IF
Janaiz (ke-5)


14. Mengkafani Mayyit
Cara Mengkafani Mayyit adalah sebagai berikut :
a). Dalam keadaan normal, sebaiknya untuk mengkafani mayyit adalah : kain yang berwarna putih serta dari bahan yang sederhana (tidak mahal). Sedang bila terpaksa karena tidak ada kain, maka boleh memakai penutup lain (tikar, kertas, rumput alang-alang dan sebagainya), yang penting dapat menutup tubuh dan 'auratnya.
b). Bagi laki-laki dengan tiga lembar kain. Ketiga lembar kain tersebut dihamparkan dan disela-selanya ditaburi kapur barus dan cendana, lalu mayyat diletakkan di atas kain tersebut, dilobang mata, hidung dan telinga diberi kapas untuk menjaga agar tidak mengeluarkan sesuatu dari padanya. Boleh pula diberi minyak wangi pada beberapa bagian tubuh mayat tersebut, kemudian dibungkus.
c). Bagi mayyit perempuan, sebaiknya dikafani dengan lima lembar, yaitu basahan (kain bawah), baju (mori yang dibentuk seperti baju), tutup kepala, selimut dan kain yang menutupi seluruh badannya.
d). Bagi orang yang sedang ber-ihrom dalam pelaksanaan ibadah hajji, maka bila ia meninggal, kain kafannya adalah pakaian ihromnya itu sendiri, dan tidak usah diberi kapur barus atau wewangian lain.
e). Adapun orang yang mati syahid di medan pertempuran, maka mereka ini langsung diquburkan beserta baju yang dipakai tanpa dimandikan sebelumnya, sedang baju besi serta alat-alat perangnya yang lain dilepas.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِلـْبَسُوْا مِنْ ثِيَابِكُمُ اْلبَيَاضَ فَاِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثـِيَابِكُمْ، وَ كَـفِّنُوْافِيْهَا مَوْتَاكُمْ. الخمسة الا النسائى و صححه الترمذى
Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda : "Pakailah pakaian pakaianmu yang putih-putih, karena ia sebaik-baik pakaianmu; dan kafanilah mayit-mayitmu dengannya". [HR. Khamsah kecuali Nasa'i, dan dishahkan oleh Tirmidzi, Nailul Authar juz IV halaman 43-44]
عَنْ عَائـِشَةَ قَالَتْ: كُـفِّنَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى ثَلاَثـَةِ اَثـْوَابٍ بِـيْضٍ سَحُوْلـِيَّةٍ جُدَدٍ لَـيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَ لاَ عِمَامَةٌ، اُدْرِجَ فِيْهَا اِدْرَاجًا. الجماعة
Dari Aisyah, ia berkata : "Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain putih yang baru dari Sahuli - Yaman, tanpa baju gamis maupun sorban yang dimasukkan ke dalam kafan itu". [HR Jama'ah, Nailul Authar juz IV halaman 41]
وَ لـِمُسْلـِمٍ، قَالَتْ: اُدْرِجَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى حُلَّةٍ يَمَانـِيَّةٍ كَانَتْ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى بَكْرٍ، ثُمَّ نُزِعَتْ عَنْهُ، وَ كُـفِّنَ فِى ثَلاَثــَةِ اَثْوَابٍ بِيْضٍ سَحُوْلـِيَّةٍ يَمَانـِيَّةٍ، لَـيْسَ فِيْهَا عِمَامَةٌ وَ لاَ قَمِيْصٌ.
Dan menurut riwayat Muslim (dikatakan) : Aisyah berkata : "Rasulullah SAW (semula) dikafani dengan pakaian buatan Yaman milik Abdullah bin Abu Bakar, tetapi tidak jadi, kemudian dilepaskan, lalu dikafani dengan tiga kain putih dari Sahuli Yaman, tanpa sorban dan tidak pula baju gamis". [Nailul Authar juz IV halaman 42]
عَنْ لَـيْلَى بِنْتِ قَانِفٍ الثَّـقَـفِيَّةِ قَالَتْ: كُـنْتُ فِـيْمَنْ غَسَّلَ اُمَّ كُـلْـثُوْمٍ بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ ص عِنْدَ وَفَاتِهَا، وَ كَانَ اَوَّلُ مَا اَعْطَانَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَلـْحِقَا ثُمَّ الدَّرْعَ ثُمَّ اْلخِمَارَ ثُمَّ اْلمَلْحَفَةَ ثُمَّ اُدْرِجَتْ بَعْدَ ذلِكَ فِى الـثَّوْبِ اْلآخَرِ، قَالَتْ: وَ رَسُوْلُ اللهِ ص عِنْدَالْـبَـابِ، مَعَهُ كَـفَنُهَا يُـنَاوِلُـنَا ثَـوْبـًا ثَـوْبـًا. احمد و ابو داود
Dari Laila binti Qanif Ats-Tsaqafiyah ia berkata : "Aku adalah termasuk diantara perempuan yang memandikan Ummu Kultsum puteri Rasulullah SAW ketika wafatnya, dan pertama-tama yang diberikan Nabi SAW kepada kami adalah kain bawah, kemudian baju kurung, lalu kudung, kemudian selimut, kemudian sesudah itu dimasukkan di dalam kain kafan yang lain". Laila berkata : "Sedang Rasulullah SAW di pintu dengan membawa kafannya, yang diberikan kepada kami selembar demi selembar". [HR Ahmad dan Abu Dawud, Nailul Authar juz IV halaman 44]
Keterangan :
Dari hadits ini bisa diambil pengertian bahwa mayyit wanita sebaiknya dikafani dengan lima lembar kain, yaitu; kain bawah (yang bisa menutup pinggul dan paha), baju kurung (kain yang dibentuk baju kurung), penutup kepala, selimut dan kain yang bisa membungkus seluruhnya.
عَنْ خَبَّابِ بْنِ اْلاَرَتِّ اَنَّ مُصْعَبَ بْنَ عُمَيْرٍ قُتِلَ يَوْمَ اُحُدٍ وَ لَمْ يَتْرُكْ اِلاَّ نَمِرَةً، فَكُـنَّا اِذَا غَطَّـيْنَا بِهَا رَأْسَهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ، وَ اِذَا غَطَّـيْنَا رِجْلَـيْهِ بَدَا رَأْسُهُ، فَـأَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ نُغَطِّيَ بِهَا رَأْسَهُ، وَ نَجْعَلَ عَلَى رِجْلَـيْهِ شَيْئًا مِنَ اْلاِذْخِرِ. الجماعة الا ابن ماجه
Dari Khabbab bin Aratt, bahwa Mush'ab bin Umair terbunuh pada hari perang Uhud, sedang ia tidak meninggalkan apapun selain sebuah selimut (kain yang bergaris) maka apabila kami tutupi kepalanya dengan selimut itu nampaklah kedua kakinya, dan apabila kami tutupi kedua kakinya nampak kepalanya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan kami agar menutup kepalanya dengan selimut itu, sedang kedua kakinya agar kami tutup dengan rumput idzkhir. [HR Jama'ah kecuali Ibnu Majah, Nailul Authar juz IV halaman 38]
وَ عَنْ خَبَّابٍ اَيـْضًا اَنَّ حَمْزَةَ لَمْ يُوْجَدْ لَهُ كَـفَنٌ اِلاَّ بُرْدَةٌ مِلْحَاءُ، اِذَا جُعِلَتْ عَلَى قَدَمَيْهِ قَـلَصَتْ عَنْ رَأْسِهِ، حَتَّى مُدَّتْ عَلَى رَأْسِهِ، وَ جُعِلَ عَلَى قَدَمَيْهِ اْلاِذْخِرُ. احمد
Dan dari Khabbab juga, bahwa Hamzah tidak didapatkan kafan untuknya melainkan sebuah selimut bergaris, yang apabila ditutupkan pada kedua kakinya maka kepalanya terlihat, sehingga ditarik ke kepalanya dan kedua kakinya ditutupi dengan rumput idzkhir. [HR Ahmad, Nailul Authar juz IV halaman 38]
Keterangan :
Dari dua hadits di atas bisa diambil pengertian bahwa apabila kafan itu tidak mencukupi, maka bagian kepala itu yang lebih diutamakan daripada bagian kaki, kemudian bagian kaki bisa ditutup dengan penutup lain.
عَنْ اَبِى قَـتَادَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا وَلــِيَ اَحَدُكُمْ اَخَاهُ فَـلْـيُحْسِنْ كَـفَـنَهُ. ابن ماجه و الترمذى
Dari Abu Qatadah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila salah seorang diantara kamu mengurusi saudaranya, maka baguskanlah kafannya". [HR Ibnu Majah dan Tirmidzi, Nailul Authar juz IV halaman 39]
عَنْ جَابِرٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص خَطَبَ يَوْمًا، فَذَكَـرَ رَجُلاً مِنْ اَصْحَابِهِ قُبِضَ، فَكُـفِّنَ فِى كَـفَنٍ غَيْرِ طَائِلٍ، وَ قُبِرَ لَـيْلاً، فَزَجَرَ النَّبِيُّ ص اَنْ يُقْبَرَ الرَّجُلُ لَـيْلاً، حَتَّى يُصَلَّى عَلَـيْهِ، اِلاَّ اَنْ يَضْطَرَّ اِنْـسَانٌ اِلَى ذلِكَ. وَ قَالَ النَّبِيُّ ص: اِذَا كَـفَّنَ اَحَدُكُمْ اَخَاهُ فَـلْـيُحْسِنْ كَــفَـنَهُ. احمد و مسلم و ابو داود
Dari Jabir, bahwa Nabi SAW pernah berkhutbah pada suatu hari, lalu beliau menyebut tentang seorang laki-laki dari shahabatnya yang telah meninggal dunia, yang dikafani dengan kafan yang pendek dan dikubur pada malam hari, maka Nabi SAW melarang mayyit dikubur pada malam hari sehingga ia dishalati (oleh banyak orang), kecuali ada seseorang yang terpaksa harus begitu, dan Nabi SAW bersabda : "Apabila salah seorang diantara kamu mengkafani saudaranya maka baguskanlah kafannya". [HR Ahmad, Muslim dan Abu Dawud, Nailul Authar juz IV halaman 39]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ نَظَرَ اَلَى ثَـوْبٍ عَلَـيْهِ كَانَ يَمْرَضُ فِـيْهِ، بِهِ رَدْعٌ مِنْ زَعْفَرَانٍ، فَـقَالَ: اِغْسِلُوْا ثَـوْبــِى هذَا، وَ زِيْدُوْا عَلَـيْهِ ثَـوْبَـيْنِ، فَكَـفِّـنُوْنــِى فِيْهَا. قُـلْتُ: اِنَّ هذَا خَلَقٌ. قَالَ: اِنَّ اْلحَيَّ اَحَقُّ بِاْلجَدِيْدِ مِنَ اْلمَيِّتِ، اِنَّمَا هُوَ لِلْمُهْلَةِ. مختصر من البخارى
Dari 'Aisyah bahwa Abu Bakar pernah melihat kepada pakaiannya yang ia pakai di waktu sakit, yang di situ ada bekas-bekas za'faran, lalu ia berkata : Cucilah pakaianku ini dan tambahlah lagi dua lembar, kemudian kafanilah aku dengan pakaian itu. Aku (Aisyah) berkata : "Sesungguhnya pakaian ini sudah bekas". Abu Bakar menjawab : "Sesungguhnya orang yang hidup lebih berhak memakai yang baru daripada orang yang mati, karena kafan itu hanya untuk nanah". [Diringkas dari riwayat Bukhari, Nailul Authar juz IV halaman 40]
عَنْ عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ رض قَالَ: لاَ تَغَالَى فِى كَـفَنٍ فَاِنِّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ تَغَالَوْا فِى اْلكَـفَنِ، فَاِنَّهُ يُسْلَـبُهُ سَلْـبًا سَرِيْعًا. ابو داود فى عون المعبود 8:298
Dari Ali bin Abu Thalib RA, ia berkata : Tidak boleh mengkafani dengan kain kafan yang mahal-mahal, karena saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kalian menggunakan kain kafan yang mahal-mahal, karena sesungguhnya ia akan cepat rusak". [HR. Abu Dawud, 'Aunul Ma'bud juz 8, hal. 298]
Keterangan :
Sabda Nabi SAW, "Apabila salah seorang diantara kamu mengkafani saudaranya maka baguskanlah kafannya" itu yang dimaksud dengan membaguskan kafan yaitu bersih dan suci dapat menutupi dan sederhana (tidak berlebih-lebihan).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بَـيْنَمَا رَجُلٌ وَاقِفٌ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص بِعَرَفَةَ اِذْ وَقَعَ عَنْ رَاحِلَـتِهِ فَوَقَصَتْهُ فَذُكِرَ ذلِكَ لِلنَّبِيِّ ص فَـقَالَ: اِغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَ سِدْرٍ وَ كَـفِّـنُوْهُ فِى ثَـوْبَـيْهِ وَ لاَ تُحَنِّطُوْهُ وَ لاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يَـبْعَثُهُ يَوْمَ اْلـقِيَامَةِ مُلَـبِّيًا. الجماعة
Dari Ibnu 'Abbas ia berkata : Tatkala seorang laki-laki wuquf bersama Rasulullah SAW di 'Arafah, tiba-tiba ia jatuh dari kendaraannya, kemudian patah tulang lehernya, lalu peristiwa itu disampaikan kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda : "Mandikanlah ia dengan air dan bidara, dan kafanilah dengan kedua pakaian ihramnya, janganlah kamu beri wangi-wangian dan jangan kamu tutup kepalanya, karena Allah Ta'ala akan membangkitkannya pada hari qiyamat nanti dalam keadaan berihram. [HR. Jama'ah, Nailul Authar juz IV, hal. 46]
وَ لِلنَّسَائِيِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِغْسِلُوا اْلمُحْرِمَ فِى ثَـوْبَـيْهِ اللَّذَيـْنِ اَحْرَمَ فـِيْهِمَا وَ اغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَ سِدْرٍ وَ كَـفِّـنُوْهُ بِـثَوْبَـيْهِ وَ لاَ تُـمِسُّوْهُ بِطِيْبٍ وَ لاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ فَاِنَّهُ يُـبْعَثُ يَوْمَ اْلـقِيَامَةِ مُحْرِمًا.
Dan menurut riwayat Nasai dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Mandikanlah orang yang mati dalam keadaan ihram dengan kedua pakaian yang mereka pakai itu, dan mandikanlah dia dengan air dan bidara, lalu kafanilah dengan kedua pakaiannya itu, dan janganlah diberi harum-haruman, serta jangan ditutup kepalanya, karena Allah akan membangkitkannya pada hari qiyamat nanti dalam keadaan berihram". [Nailul Authar juz IV, hal. 46]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْمَ اُحُدٍ بِالشُّهَدَاءِ اَنْ نَـنْزِعَ عَنْهُمُ اْلحَدِيْدَ وَ اْلجُـلُوْدَ وَ قَالَ: اِدْفـِنُوْهُمْ بِدِمَائـِهِمْ وَ ثـِيَابِـهِمْ. احمد و ابو داود و ابن ماجه
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : "Rasulullah SAW pada hari perang Uhud memerintahkan tentang para shuhada agar baju besi dan jaket kulit mereka dilepaskan dan beliau bersabda : "Kuburlah mereka dengan darah dan pakaian mereka". [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah, Nailul Authar juz IV, hal. 45]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ ثَعْلَـبَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ يَوْمَ اُحُدٍ: زَمِّلُوْهُمْ فِى ثِـيَابِـهِمْ وَ جَعَلَ يَدْفِنُ فِى اْلـقَبْرِ الرَّهْطَ وَ يَقُوْلُ: قَدِّمُوْا اَكْـثَرَهُمْ قُرْآنــًا. احمد
Dari Abdullah bin Tsa'labah bahwa Rasulullah SAW bersabda pada hari perang Uhud : "Selimutilah mereka dengan pakaian mereka", dan Rasulullah SAW mengubur mereka secara massal di dalam satu liang lahat dan bersabda : "Dahulukan diantara mereka yang lebih banyak (hafalan) Al-Qur'annya". [HR. Ahmad, Nailul Authar juuz IV, hal. 45]
Keterangan :
Dua hadits terakhir ini menunjukkan bahwa kita diperintahkan mengubur orang yang mati syahid itu dengan pakaian yang dipakai sewaktu terbunuh, dengan melepaskan baju besi dan jaket kulit dan seluruh peralatan perang lainnya yang dibawa.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: Oktober 16, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak