Ahad,
22 Pebruari 1998/24 Syawwal 1418 Brosur No. :
921/961/IF
JANAIZ
(ke-6)
a. Setelah mayat dimandikan dan dikafani, maka
agama mensyariatkan untuk menshalatkannya. Hukumny adalah fardlu kifayah,
yaitu telah mencukupi bila dilkukan oleh sebagian kaum muslimin, sedang bila
tidak ada yang melakukannya berdosalah semuanya.
Hal ini boleh dilakukan dimana saja
tempat-tempat yang suci, baik di rumah atau di masjid (misalnya : karena
rumahnya kecil, sdang yang akan menshalatkan amat banyak dan lain-lain sebab
yang dibenarkan oleh agama). Jadi bukan dengan kepercayaan, bahwa shalat jenazah
di masjid itu merupakan suatu ketetapan agama, yang bila tidak dilaksanakan di
masjid diangap kurang sah dlsb.
b. Menshalatkan mayyit ini dapat dilakukan secara
munfarid (sendirian) maupun berjama’ah (dengan seorang imam dan yang lain
menjadi ma’mum), kedua-duanya dibenrkan oleh syara’ (hukum
agama).
c. Apabila mayyit itu laki-laki, mayyit tersebut
diletakan di hadapan orang-orang yang akan menshalatkannya, dan orang yang
mensyalatkannya (imam, bila shalat itu berjama’ah) berdiri menghadap qiblat dan
searah kepala mayyit. Sedang jika mayyit itu wanita, mayyit tersebut diletakkan
di hadapan orang-orang yang akan menshalatkannya, tetapi orang yang
menshalatkannya (imamnya) berdiri searah pinggang (perut)
mayyit.
d. Shalat jenazah ini dilakukan dengan berdiri
(setelah takbiratul ihram lalu bersedekap) tanpa memakai ruku’, sujud dan
sebagainya.
Adapun
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Takbiratul ihram (takbir untuk mengawali
shalat)
2. Membaca Al-Fatihah
3. Bertakbir yang kedua
kalinya
4. Membaca shalawat atas
Nabi
5. Bertakbir yang ketiga
kalinya
6. Mendoakan mayyit
7. Bertakbir yang keempat
kalinya
8. Salam
Untuk
lebih mudahnya, maka di sini kami sajikan satu contoh shalat
jenazah.
Contoh
shalat jenazah (dengan 4 kali takbir)
1.
Takbir pertama : Takbiratul ihram,
Allah Maha Besar اَللهُ
اَكْبَرُ
Membaca
ta’awudz اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Aku berlindung kepada Allah dari godaan
syaithan yang terkutuk.
Membaca
Al-Fatihah :
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ
الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ اِيَّاكَ
نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ، غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لاَ الضَّالّيْنَ.
آمِيْنَ
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari
Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertologan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. (Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Ya Allah,
kabulkanlah permohonan kami.
[QS. Al-Fatihah : 1-7]
2.
Takbir ke dua.
Allah Maha Besar اَللهُ
اَكْبَرُ
Membaca
shalawat :
اَللّهُمَّ
صَلّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ عَلى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلى آلِ
اِبْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلى مُحَمَّدٍ وَ عَلى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ
عَلى آلِ اِبْرَاهِيْمَ، فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
مسلم
Ya
Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberi shalawat atas keluarga Nabi Ibrahim. Dan
berilah berkah atas Nabi Muhammad dan atas keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana
Engkau telah memberi berkah atas keluarga Nabi Ibrahim. Dalam semesta alam ini,
sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Terpuji lagi Maha
Mulia.
[HR. Muslim]
3.
Takbir ke tiga.
Allah Maha Besar اَللهُ
اَكْبَرُ
Membaca
doa untuk si mayyit :
اَللّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ عَافِهِ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ
وَسّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَ ثَلْجٍ وَ بَرَدٍ وَ نَقّهِ مِنَ
اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. وَ اَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَ زَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ وَ قِهِ فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَ عَذَابَ النَّارِ.
مسلم عن عوف بن مالك 2: 663
Ya
Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat padanya
dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia
dengan air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaimana
kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih
baik daripada rumahnya (di dunia), gantilah keluarganya dengan keluarga yang
lebih baik dari pada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik
daripada jodohnya 9di dunia). Dan peliharalah dia dari fitnah qubur dan siksa
neraka.
[HR. Muslim juz 2, hal. 663]
4.
Takbir ke empat.
Allah Maha Besar اَللهُ
اَكْبَرُ
Membaca
salam : (menoleh ke kanan, ke kiri)
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ
Semoga
keselamatan dicurahkan atas kamu sekalian,
begitu
pula rahmat Allah
Demikianlah
salah satu contoh shalat jenazah.
Keterangan
:
Adapun
tentang takbir dalam shalat jenazah itu disertai dengan mengangkat tangan atau
tidak, di sini ada dua pendapat :
1. Pendapat pertama, bahwa mengangkat tqangan itu
hanya pada Takbiratul Ihram saja, sedang takbir-takbir selanjutnya tidak
mengangkat tangan. Mereka beralasan karena tidak ada hadits yang sah yang
menerangkan bahwa Nabi SAW mengangkat tangan pada semua takbir dalam shalat
jenazah.
2. Pendapat kedua, bahwa mengangkat tangan itu
ada pada semua takbir shalat jenazah. Mereka beralasan dengan hadits shahih yang
diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, sebagaimana kata Al-Hafidh Ibnul Hajar
:
وَ
قَدْ صَحَّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِى تَكْبِيْرَاتِ
اْلجَنَازَةِ.
سعيد بن منصور، فى نيل الاوطار 4: 71
Dan
telah sah dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya beliau mengangkat kedua tangannya pada
takbir-takbir shalat jenazah.
[HR. Sa’id bin Manshur, dalam Nailul Authar juz 4, hal.
71]
Contoh
shalat jenazah yang kami ketengahkan di atas adalah salah satu cara shalat
jenazah dengan empat takbir. Dan masih ada lagi beberapa kaifiyat (cara) shalat
jenazah yang lain, diantaranya :
a.
Dengan lima kali takbir
b.
Dengan enam kali takbir
c.
Dengan tujuh kali takbir
d.
Dengan membaca Al-Fatihah dan surat dengan nyaring.
Kesemuanya
itu berdasar atas dalil yang kuat.
Dan
begitu pula ada bermacam-macam lafadh doa untuk mayyit, yang diantaranya akan
kami sebutkan di belakang nanti.
16.
Dalil tentang takbir shalat jenazah
عَنْ
جَابِرٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى عَلَى اَصْحَمَةَ النَّجَاشِيّ فَكَبَّرَ
عَلَيْهِ اَرْبَعًا.
احمد و البخارى و مسلم
Dari
Jabir, bahwa Nabi SAW pernah menshalati Ashahamah raja Najasyi, kemduian ia
takbir tempat kali.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص نَعَى النَّجَاشِيَّ فِى اْليَوْمِ الَّذِى
مَاتَ فِيْهِ، وَ خَرَجَ بِهِمْ اِلَى اْلمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ وَ كَبَّرَ
عَلَيْهِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ.
الجماعة
Dari
Abu Hurairah bahwa Nabi SAW mengkhabarkan kematian raja Najasyi pada hari
meninggalnya, lalu beliau keluar ke mushalla bersama orang banyak, kemudian
mengatur barisan mereka dan takbir 4 kali.
[HR. Jama’ah]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اِنْتَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى قَبْرٍ رَطْبٍ، فَصَلَّى
عَلَيْهِ، وَ صَفُّوْا خَلْفَهُ، وَ كَبَّرَ اَرْبَعًا.
احمد و البخارى و مسلم
Dari
Ibnu ‘Abbas ia berkata, “Sampailah Rasulullah SAW ke sebuah quburan yang masih
basah (baru) lalu beliau menshalatkannya, sedang para shahabat berbaris di
belakangnya, dan bertakbir empat kali”.
[HR. Jama’ah kecuali Bukhari]
عَنْ
حُذَيْفَةَ اَنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، فَكَبَّرَ خَمْسًا، ثُمَّ الْتَفَتَ
فَقَالَ: مَا نَسِيْتُ وَ لاَ وَهِمْتُ وَ لكِنْ كَبَّرْتُ كَمَا كَبَّرَ
النَّبِيُّ ص صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، فَكَبَّرَ خَمْسًا.
احمد
Dari
Khudzaifah bahwa ia pernah menshalati jenazah, lalu ia takbir lima kali.
(Setelah selesai shalat) kemudian ia menoleh, lalu berkata, “Bukannya aku lupa
atau aku ragu-ragu, tetapi aku takbir sebagaimana Nabi SAW takbir, yaitu Nabi
SAW pernah menshalatkan jenazah, kemudian beliau takbir lima
kali”.
[HR. Ahmad]
عَنْ
عَلِيّ اَنَّهُ كَبَّرَ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ سِتًّا، وَ قَالَ: اَنَّهُ
شَهِدَ بَدْرًا.
البخارى
Dari
‘Ali bahwa ia takbir enam kali atas (jenazahnya) Sahal bin Hanif, dan ia
berkata, “Sesungguhnya Sahal ikut dalam perang Badar”.
[HR. Bukhari]
عَنِ
اْلحَكَمِ بْنِ عُتَيْبَةَ اَنَّهُ قَالَ: كَانُوْا يُكَبّرُوْنَ عَلَى اَهْلِ
بَدْرٍ خَمْسًا، وَ سِتًّا وَ سَبْعًا.
سعيد فى سننه
Dari
Al-Hakam bin ‘Utaibah, bahwa ia berkata, “Shahabat-shahabat takbir utuk
qurban-qurban perng Badar 5 kali, 6 kali, dan 7 kali”.
[HR. Sa’id di dalam sunannya]
17.
Bacaan dan Shalawat dalam shalat jenazah
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ وَ
قَالَ: لِتَعْلَمُوْا اَنَّهُ مِنَ السُّنَّةِ.
البخارى و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari
Ibnu abbas bahwa ia pernah menshalati jenazah, lalu ia membaca surat Al-Fatihah,
dan ia berkata, “Ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah termasuk sunnah Nabi
SAW”.
[HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi dan ia mengesahkannya]
و
النسائى و قال فيه: فَقَرَأَ
بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ، وَ سُوْرَةٍ، وَ جَهَرَ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: سُنَّةٌ
وَ حَقُّ.
Dari
Nasai, ia berkada dalam riwayatnya : Kemudian Ibnu ’Abbas membaca Al-Fatihah dan
satu surat, serta mengeraskan bacaannya, kemudian setelah selesai ia berkata,
“Ini adalah sunnah Nabi SAW dan benar”.
عَنْ
اَبِى اُمَامَةَ بْنِ سَهْلٍ اَنَّهُ اَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص
اَنَّ السُّنَّةَ فِى الصَّلاَةِ عَلَى اْلجَنَازَةِ اَنْ يُكَبّرُ اْلاِمَامُ،
ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ اْلكِتَابِ، بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ اْلاُوْلَى، سِرًّا
فِى نَفْسِهِ، ثُمَّ يُصَلّى عَلَى النَّبِيّ ص، وَ يُخْلِصُ الدُّعَاءَ
لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيْرَاتِ، وَ لاَ يَقْرَأُ فِى شَيْءٍ مِنْهُنَّ. ثُمَّ
يُسَلّمُ سِرًّا فِى نَفْسِهِ.
الشافعى فى مسنده
Dari
Abu Umamah bin Sahal bahwa ia diberitahu oleh seorang laki-laki dari shahabat
Nabi SAW, bahwa menurut sunnah Nabi SAW tentang shalat jenazah, yaitu mula-mula
imam takbir, kemudian membaca Fatihah dengan perlahan (sesudah takbir pertama),
lalu membaca shalawat atas Nabi SAW, kemudian berdoa dengan ikhlash untuk
jenazah dalam takbir-takbir, dan tidak membaca (ayat) sedikitpun diantara
takbir-takbir itu, kemudian salam dengan perlahan.
[HR. Asy-Syafi’i dalam musnadnya]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak