Ahad
15 Maret 1998/16 Dzulqa’dah 1418
Brosur no. : 924/964/IF
JANAIZ
(ke-7)
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى
اْلمَيِّتِ فَاَخْلِصُوْا لَهُ الدُّعَاءَ. ابو داود ابن ماجه
Dari
Abu Hurairah ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
kamu menshalatkan mayyit, maka berdoalah dengan ikhlash”.
[HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ اِذَا صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ قَالَ:
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَ مَيِّتِنَا، وَ شَاهِدِنَا، وَ غَائِبِنَا، وَ
صَغِيْرِنَا، وَ كَبِيْرِنَا، وَ ذَكَرِنَا، وَ اُنْثَانَا. اَللّهُمَّ مَنْ
اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَ مَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا
فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِيْمَانِ. احمد و الترمذى
Dari
Abu Hurairah ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila menshalatkan jenazah,
maka beliau berdoa Alloohummaghfir lihayyinaa, wa mayyitinaa, wa syaahidinaa,
wa ghooibinaa, wa shooghirinaa, wa kaabirinaa, wa dzaakarinaa, wa untsaanaa.
Alloohumma man ahyaitahu minnaa fa
ahyiihi ‘alal islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal iimaan.
(Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dari kami dan yang sudah mati, yang hadir
maupun yang tida hadir, yang kecil maupun yang besar, yang laki-laki maupun yang
perempuan. Ya Allah, siapa diantara kami yang Engkau hidupkan, maka hidupkanlah
dia di dalam Islam, dan siapa diantara kami yang Engkau matikan, maka matikanlah
dia dalam iman”.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi]
عَنْ
عَوْفِ بْنِ مَالِكِ اْلاَشْجَعِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص وَ صَلَّى عَلَى
جَنَازَةٍ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ
عَافِهِ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَ
ثَلْجٍ وَ بَرَدٍ، وَ نَفِّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ
اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَ
اَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ، وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَ قِهِ
فِتْنَةَ اْلقَبْرِ وَ عَذَابَ النَّارِ. قَالَ عَوْفٌ: فَتَمَنَّيْتُ اَنْ لَوْ
كُنْتُ اَنَا اْلمَيِّتَ، لِدُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ ص لِذلِكَ اْلمَيِّتِ. مسلم 2:
663
Dari
‘Auf bin Malik al-Asyja’iy ia berkata, “Aku pernah mendengar Nabi SAW dalam
shalat jenazah beliau berdoa Alloohummaghfir lahu warhamu wa’fu ‘anhu wa
‘aafihi wa akrim juzulahu wa wassi’ madkholahu waghsilhu bi maain wa tsaljin wa
barodin, wa naqqihi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minad
danas, wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wa ahlan khoiroh min ahlihi, wa
zaujan khoiron min zaujihi, wa qihi fitnatal qobri wa ‘adzaaban naar. (Ya
Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia, berilah ‘afiat kepadanya,
muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah tempat masuknya, cucilah dia dengan
air, salju dan air embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa sebagaiman akain putih
dibersihkan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik dari
daripada rumahnya (di dunia), gantilah keluraganya dengan keluarga yang lebih
baik daripada keluarganya, gantilah jodohnya dengan jodoh yang lebih baik
daripada jodohnya. Dan peliharalah dia dari fitnah qubur dan siksa neraka)”.
‘Auf berkata, “Lalu aku membayangkan seandainya aku adalah mayyit yang
dishalatkan itu karena doanya Rasulullah SAW kepadanya”.
[HR. Muslim juz2, hal. 663]
عَنْ
وَاثِلَةَ بْنِ اْلاَسْقَعِ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى رَجُلٍ
مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اِنَّ فَلاَنَ ابْنَ
فُلاَنٍ فِى ذِمَّتِكَ وَ حَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ اْلقَبْرِ وَ
عَذَابِ النَّارِ، وَ اَنْتَ اَهْلُ اْلوَفَاءِ وَ اْلحَمْدِ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ
لَهُ وَ ارْحَمْهُ، اِنَّكَ اَنْتَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. ابو داود
Dari
Watsilah bin Asqa’ ia berkata, “Rasulullah SAW pernah menshalatkan jenazah
seorang laki-laki muslim bersama kami, maka aku mendengar beliau berdoa
Alloohumma inna fulaanabna fulaanin fii dzimmatika, wa habli jiwaarika, fa
qihi min fitnatil qobri wa ‘adzaaban-naar, wa anta ahlul-wafaai walhamdi.
Alloohummaghfir lahu warhamhu innaka antal ghofuurur rohiim. (Ya Allah,
sesungguhnya fulan bin fulan adalah dalam tanggungan-Mu dan pemeliharaan-Mu,
oleh karena itu lindungilah dia dari fitnah qubur dan adzab neraka, dan Engkau
lah Dzat yang memenuhi janji dan Pemilik segala puji. Ya Allah, ampunilah dia
dan kasihanilah dia, karena Engkau adalah Dzat yang Maha Pengampun lagi
Penyayang).
[HR. Abu Dawud]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى اَوْفَى اَنَّهُ مَاتَتْ اِبْنَةٌ لَهُ فَكَبَّرَ
عَلَيْهَا اَرْبَعًا، ثُمَّ قَامَ بَعْدَ الرَّابِعَةِ، قَدْرَ مَا بَيْنَ
التَّكْبِيْرَتَيْنِ يَدْعُوْ، ثُمَّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَصْنَعُ فِى
اْلجَنَازَةِ هكَذَا. احمد و ابن ماجه بمعناه
Dari
‘Abdullah bin Abu Aufa bahwa seorang anak perempuannya telah meninggal dunia,
lalu ia menshalatkannya dengan 4 takbir, kemudian I tetap berdiri setelah takbir
yang keempat kira-kira selama antara dua takbir sambil berdoa. Kemudian
‘Abdullah berkata, “Adalah Rasulullah SAW biasa berbuat demikian untuk
jenazah”.
[HR. Ahmad dan Ibnu Majah yang semakna dengan itu, dalam Nailul Authar juz 4,
hal. 74]
Keterangan
:
Ada
ulama yang berpendapat bahwa setelah takbir ke-4 tersebut membaca doa
:
اَللّهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَ لاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ
Ya
Allah, janganlah Engkau luputkan kami dari pahalanya,
dan
janganlah
Engkau timpakan fitnah kepada kami sesudahnya
Hadits
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam shalat jenazah
:
اَللّهُمَّ
اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَ مَيِّتِنَا وَ صَغِيْرِنَا وَ كَبِيْرِنَا وَ ذَكَرِنَا وَ
اُنْثَانَا وَ شَاهِدِنَا وَ غَائِبِنَا. اَللّهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا
فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِيْماَنِ وَ مَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى
اْلاِسْلاَمِ. اَللّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَ لاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.
ابو داود
Ya
Allah, ampunilah orang-orang yang hidup diantara kami, dan yang telah mati
diantara kami, yang kecil dan yang besar, yang laki-laki maupun yang perempuan,
yang hadir dan yang tidak hadir. Ya Allah, siapa yang Engkau hidupkan diantara
kami maka hidupkanlah dia dalam iman dan siapa yang Engkau matikan diantara
kami, maka matikanlah dia dalam Islam. Ya Allah, janganlah Engkau luputkan kami
dari pahalanya dan janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya.
[HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah juz 3, hal. 211]
اَللّهُمَّ
اَنْتَ رَبُّهَا وَ اَنْتَ خَلَقْتَهَا وَ اَنْتَ هَدَيْتَهَا ِلـْلاِسْلاَمِ وَ
اَنْتَ قَبَضْتَ رُوْحَهَا وَ اَنْتَ اَعْلَمُ بِسِرِّهَا وَ عَلاَنِيَتِهَا
جِئْنَا شُفَعَاءَ فَاغْفِرْ لَهُ. ابو داود عن ابى هريرة 3: 210
Ya
Allah, Engkaulah Tuhanya, Engkau telah menciptakannya, Engkau telah menunjukinya
kepada Islam dan Engkau telah mencabut nyawannya sedang Engkau lebih mengetahui
yang lahir maupun yang bathin. Ya Allah, kami datang dengan memohonkan ampunan
baginya, maka ampunilah dia.
[HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah juz 3, hal. 210]
عَنْ
جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ: سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ
يَقُوْلُ: صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَ
هُوَ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ عَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ
وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِاْلمَاءِ وَ الثَّلْجِ
وَ اْلبَرَدِ وَ نَقِّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلاَبْيَضَ
مِنَ الدَّنَسِ وَ اَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَ اَهْلاً خَيْرًا مِنْ
اَهْلِهِ وَ زَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَ اَدْخِلْهُ اْلجَنَّةَ وَ اَعِذْهُ
مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ (اَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ). قَالَ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ
اَنْ اَكُوْنَ اَنَا ذلِكَ اْلمَيِّتُ. مسلم 2: 662
Dari
Jubair bin Nufair ia berkata : Saya perah mendengar ‘Auf bin Malik berkata :
Rasulullah SAW menshalatkan jenazah, maka aku hafal dari doanya, beliau membaca
Alloohummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’
madkholahu, waghsilhu bil maai wats-tsalji, wal barodi, wa naqqihi minal
khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadlo minad danas. Wa abdilhu daaron
khoiron min daarihi, wa ahlan khoiron min ahlihi, wa zaujan khoiron min zaujihi,
wa adkhilhu jannata, wa a’idzhu min ‘adzaabil qobri (au min ‘adzaabil jannati,
(au min ‘adzaabin naar). [Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, berilah
‘afiat kepadanya, berilah maaf kepadnya, muliakanlah tempat turunnya, luaskanlah
tempat masuknya, dan cucilah dia dengan air, salju dan embun. Dan bersihkanlah
dia dari kesalahan-kesalahan sebagaimana Engkau telah membersihkan kain yang
putih dari kotoran. Dan berilah ganti untuknya rumah yang lebih baik daripada
rumahnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, dan jodoh yang jodoh
yang lebih baik dari jodohnya. Dan masukkanlah dia ke surga, dan lindungilah dia
dari siksa qubur (atau dari siksa neraka)]”. ‘Auf berkata, “Sehingga aku
membayangkan bahwa akulah mayyit yang dishalatkan itu”.
[HR. Muslim juz 2, hal. 662-663]
Dan
masih ada lagi lafadh doa-doa yang lain yang tidak kami sebutkan di
sini.
Dan
apabila yang meninggal itu anak kecil, maka doanya cukup sebagai berikut
:
اَللّهُمَّ
اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا وَ سَلَفًا وَ اَجْرًا. البخارى
Ya
Allah, jadikanlah anak kecil ini sebagai pendahulu, pelopor dan pahala bagi
kami.
[HR. Bukhari juz 2, hal. 91]
19. Tempat berdirinya imam dalam shalat jenazah,
apabila mayyitnya laki-laki, perempuan atau campuran
عَنْ
سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ ص عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِى
نِفَاسِهَا، فَقَامَ عَلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ ص فِى الصَّلاَةِ وَسَطَهَا.
الجماعة
Dari
Samurah, ia berkata : Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW yang
menshalatkan wanita yang mati dalam keadaan nifas, dan Rasulullah SAW dalam
shalatnya itu berdiri di tengah-tengahnya.
[HR. Jama’ah]
عَنْ
اَبِى غَالِبِ اْلحَنَّاطِ قَالَ: شَهِدْتُ اَنَسَ بْنَ مَالِكٍ صَلَّى عَلَى
جَنَازَةِ رَجُلٍ، فَقَامَ عِنْدَ رَأْسِهِ، فَلَمَّا رُفِعَتْ اُتِيَ بِجَنَازَةِ
امْرَأَةٍ فَصَلَّى عَلَيْهَا، فَقَامَ وَسَطَهَا، وَ فِيْنَا اْلعَلاَّءُ بْنُ
زِيَادٍ اْلعَلَوِيِّ. فَلَمَّا رَأَى اخْتِلاَفُ قِيَامِهِ عَلَى الرَّجُلِ وَ
اْلمَرْأَةِ قَالَ: يَا اَبَا حَمْزَةَ هكَذَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَقُوْمُ
مِنَ الرَّجُلِ حَيْثُ قُمْتَ، وَ مِنَ اْلمَرْأَةِ حَيْثُ قُمْتَ؟ قَالَ: نَعَمْ.
احمد و ابن ماجه و الترمذى
Dari
Abu Ghalib Al-Hannath, ia berkata : Aku pernah menyaksikan Anas bin Malik
menshalatkan jenazah seorang laki-laki, lalu ia berdiri di dekat kepalanya,
setelah jenazah tadi diangkat kemudian dibawa lah kepadanya jenazah seorang
perempuan, lalu ia menshalatkannya dan ia berdiri di tengah-tengahnya, sedang
diantara kami ada Al-’Ala’ bin Ziyad Al-Alawiy, maka setelah Al-’Ala’ mengetahui
perbedaan berdirinya Anas untuk jenazah laki-laki dan perempuan, ia bertanya,
“Hai Abu amzah, demikian kah Rasulullah SAW berdiri untuk mayyit laki-laki
sebagaimana kamu berdiri, dan untuk mayyit perempuan sebagaimana kamu berdiri
?”. Ia menjawab, “Ya”.
[HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi]
و
ابو داود فى لفظه فَقَالَ اْلعَلاَءُ بْنُ زِيَادٍ: يَا اَبَا حَمْزَةَ هكَذَا
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى عَلَى اْلجَنَازَةِ كَصَلاَتِكَ، يُكَبِّرُ
عَلَيْهَا اَرْبَعًا، وَ يَقُوْمُ عِنْدَ رَأْسِ الرَّجُلِ، وَ عَجِيْزَةِ
اْلمَرْأَةِ؟ قَالَ: نَعَمْ.
Dan
Abu Dawud meriwayatkan dengan lafadhnya : Kemudian Al-’Ala’ bin Ziyad bertanya,
“Hai Abu Hamzah, demikian kah Rasulullah SAW menshalatkan jenazah sebagaimana
shalatmu itu, yaitu takbir 4 kali dan berdiri di dekat kepala mayyit laki-laki
dan di tengah-tengah mayyit perempuan ?”. Ia menjawab, “Ya”.
عَنْ
عَمَّارٍ اَيْضًا اَنَّ اُمَّ كُلْثُوْمٍ بِنْتَ عَلِيٍّ وَ ابْنَهَا زَيْدَ بْنَ
عُمَرَ اُخْرِجَتْ جَنَازَتَاهُمَا، فَصَلَّى عَلَيْهِمَا اَمِيْرُ اْلمَدِيْنَةِ،
فَجَعَلَ اْلمَرْأَةَ بَيْنَ يَدَيِ الرَّجُلِ، وَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ
يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَ ثَمَّ اْلحَسَنُ وَ اْلحُسَيْنُ. سعيد فى سننه
Dari
‘Ammar juga, bahwa Ummu Kultsum binti ‘Ali dan anak laki-lakinya yaitu Zaid bin
‘Umar meninggal dunia bersama, lalu kedua jenazahnya itu dikeluarkan, kemudian
keduanya dishalatkan oleh Gubernur Madinah, maka ia meletekkan jenazah perempuan
di depan jenazah laki-laki, sedang shahabat-shahabat Rasulullah SAW pada waktu
itu masih banyak yang hidup, diantaranya Hasan dan Husain.
[HR. Sa’id di dalam Sunnannya]
عَنِ
الشَّعْبِيِّ اَنَّ اُمَّ كُلْثُوْمٍ بِنْتَ عَلِيٍّ وَ ابْنَهَا زَيْدَ بْنَ
عُمَرَ تُوُفِّيَا جَمِيْعًا، فَاُخْرِجَتْ جَنَازَتَاهُمَا، فَصَلَّى عَلَيْهِمَا
اَمِيْرُ اْلمَدِيْنَةِ فَسَوَّى بَيْنَ رُءُوْسِهِمَا وَ اَرْجُلِهِمَا حَيْثُ
صَلَّى عَلَيْهِمَا. سعيد فى سننه
Dari
Asy-Sya’biy bahwa Ummu Kultsum binti ‘Ali dan anak laki-lakinya yaitu Zaid bin
‘Umar telah meninggal dunia bersama, kemudian jenazah keduanya dikeluarkan, dan
keduanya dishalatkan oleh Gubernur Madinah, maka ia mensejajarkan antara kepala
dan kaki-kaki keduanya ketika akan menshalatkan keduanya.
[HR. Sa’id. Dalam Nailul Authar juz 4, hal. 76]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak