Ahad,
30 April 2000/25 Muharram 1421
Brosur no. : 1032/1072/IF
Halal
Haram Dalam Islam (ke-30)
عَنْ
رَافِعِ بْنِ خَدِيْجٍ قَالَ: اَصْبَحَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ بِخَيْبَرَ
مَقْتُوْلاً، فَانْطَلَقَ اَوْلِيَاءُهُ اِلَى النَّبِيّ ص. فَذَكَرُوْا ذلِكَ لَهُ
فَقَالَ: لَكُمْ شَاهِدَانِ يَشْهَدَانِ عَلَى قَتْلِ صَاحِبِكُمْ؟ فَقَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، لَمْ يَكُنْ ثَمَّ اَحَدٌ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ اِنَّمَا هُمْ
يَهُوْدُ، قَدْ يَجْتَرِئُوْنَ عَلَى اَعْظَمَ مِنْ هذَا، قَالَ: فَاخْتَارُوْا
مِنْهُمْ خَمْسِيْنَ فَاسْتَحْلِفُوْهُمْ. فَوَدَاهُ النَّبِيُّ ص مِنْ عِنْدِهِ.
Dari
Rafi’ bin Khadij, ia berkata : Ada seorang laki-laki dari Anshar terbunuh di
Khaibar, maka para walinya pergi menghadap Nabi SAW lalu mereka menyampaikan hal
itu kepada beliau. Lalu Nabi SAW bersabda, “Apakah mamu bisa membawa dua orang
saksi yang menyaksikan terbunuhnya saudaramu itu ?”. Mereka menjawab, “Ya
Rasulullah, disana tidak ada seorang pun dari kaum muslimin, mereka adalah
orang-orang Yahudi yang kadang-kadang mereka berani (berbuat) yang lebih besar
dari ini”. Nabi SAW bersabda, “Pilihlah lima puluh orang diantara mereka lalu
sumpahlah mereka itu”. Kemudian Nabi SAW membayar dendanya dari diri beliau
sendiri”.
[HR. Abu Dawud]
عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ ابْنَ مُحَيّصَةَ
اْلاَصْغَرَ اَصْبَحَ قَتِيْلاً عَلَى اَبْوَابِ خَيْبَرَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
ص: اَقِمْ شَاهِدَيْنِ عَلَى مَنْ قَتَلَهُ. اَدْفَعْهُ اِلَيْكُمْ بِرُمَّتِهِ
قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مِنْ اَيْنَ اُصِيْبُ شَاهِدَيْنِ وَ اِنَّمَا اَصْبَحَ
قَتِيْلاً عَلَى اَبْوَابِهِمْ؟ قَالَ: فَتَحْلِفُ خَمْسِيْنَ قَسَامَةً. فَقَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ اَحْلِفُ عَلَى مَا لَمْ اَعْلَمْ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: فَاسْتَحْلِفْ مِنْهُمْ خَمْسِيْنَ قَسَامَةً، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، كَيْفَ نَسْتَحْلِفُهُمْ وَ هُمُ اْليَهُوْدُ؟ فَقَسَّمَ النَّبِيُّ ص
دِيَتَهُ عَلَيْهِمْ، وَ اَعَانَهُمْ بِنِصْفِهَا. النسائى
Dari
‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa sesungguhnya anak laki-laki
Muhayyishash yang paling kecil terbunuh di gerbang Khaibar. Kemudian Rasulullah
SAW bersabda, “Bawalah dua orang saksi atas orang yang membunuhnya, maka akan
kuserahkan kepadamu dengan tali yang mengikatnya”. Lalu mereka berkata, “Ya
Rasulullah, dari mana aku dapat memperoleh dua orang saksi, sedang ia terbunuh
di gerbang mereka (kaum Yahudi) ?”. Nabi SAW bersabda, “Kalau begitu kamu dapat
mengumpulkan lima puluh orang untuk bersumpah”. Lalu ia berkata, “Ya Rasulullah,
bagaimana aku bisa bersumpah atas sesuatu yang aku sendiri tidak tahu ?”. Lalu
Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu mintalah lima puluh orang diantara mereka
supaya bersumpah”. Ia bertanya (lagi), “Ya Rasulullah, bagaimana mungkin kami
menyumpah mereka, sedang mereka orang-orang Yahudi ?”. Kemudian Rasulullah SAW
membagi diyatnya itu yang (separuh)-nya dibebankan kepada mereka (orang-orang
Yahudi) dan beliau membantu yang separuhnya”.
[HR. Nasai]
Qasamah
عَنْ
سَهْلِ بْنِ اَبِى حَثْمَةَ قَالَ: انْطَلَقَ عَبْدُ اللهِ بْنُ سَهْلٍ وَ
مُحَيّصَةَ بْنُ مَسْعُوْدٍ اِلَى خَيْبَرَ وَ هُوَ يَوْمَئِذٍ صُلْحٌ فَتَفَرَّقَ.
فَاَتَى مُحَيّصَةُ اِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ سَهْلٍ وَ هُوَ يَتَشَحَّطُ فِى دَمِهِ
قَتِيْلاً. فَدَفَنَهُ ثُمَّ قَدِمَ اْلمَدِيْنَةَ فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرَّحْمنِ
بْنُ سَهْلٍ وَ مُحَيّصَةُ وَ حُوَيّصَةُ ابْنَا مَسْعُوْدٍ اِلَى النَّبِيِّ ص،
فَذَهَبَ عَبْدُ الرَّحْمنِ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ: كَبّرْ، كَبّرْ. وَ هُوَ
اَحْدَثُ اْلقَوْمِ فَسَكَتَ يَتَكَلَّمُ، قَالَ: اَ تَحْلِفُوْنَ وَ
تَسْتَحِقُّوْنَ قَتِيْلَكُمْ اَوْ صَاحِبَكُمْ. وَ قَالُوْا: وَ كَيْفَ نَحْلِفُ
وَ لَمْ نَشْهَدْ، وَ لَمْ نَرَى؟ قَالَ: فَتَبْرِئُكُمْ يَهُوْدُ بِخَمْسِيْنَ
يَمِيْنًا. فَقَالُوْا: كَيْفَ نَأْخُذُ اَيْمَانَ قَوْمٍ كُفَّارٍ؟ وَ عَقَلَ
النَّبِيُّ ص مِنْ عِنْدِهِ. الجماعة
Dari
Sahl bin Abi Hatsmah ia berkata, “Abdullah bin Sahl dan Muhayyishah bin Mas’ud
pergi ke Khaibar, dan pada waktu itu telah terjadi perdamaian, lalu mereka
berpisah. Kemudian Muhayyishah mendapati Abdullah bin Sahl dalam keadaan mati
berlumuran darah, lalu ia dikubur. Kemudian Muhayyishah datang ke Madinah. Lalu
Abdurrahman bin Sahl, Muhayyishah dan Huwayyishah (keduanya adalah anak Mas’ud)
menghadap Nabi SAW. Lalu Abdurrahman mulai berbicara. Kemudian Nabi SAW
bersabda, “Yang besar dulu, yang besar dulu”. Sedang Abdurrahman adalah yang
paling muda, lalu ia diam. Kemudian Muhayyishah dan Huwayyishah berbicara. Nabi
SAW bersabda, “Apakah kamu (berani) bersumpah dan dengan sumpah itu kamu berhaq
atas pembunuhmu atau saudaramu ?”. Mereka menjawab, “Bagaimana mungkin kami akan
bersumpah, sedang kami tidak menyaksikan dan tidak melihat ?”. Nabi SAW
bersabda, “Jika begitu orang-orang Yahudi akan bebas dari tuntutan kalian dengan
lima puluh (orang) yang bersumpah”. Mereka berkata, “Bagaimana kami dapat
mengambil sumpah orang-orang kafir ?”. Lalu Nabi SAW yang membayar diyatnya dari
beliau sendiri”.
[HR. Jamaah].
Keterangan
:
Qasamah
adalah sumpah yang diminta dari orang-orang suatu kampung yang padanya terdapat
seorang yang terbunuh, tetapi tidak diketahui siapa
pembunuhnya.
و
فى رواية لاحمد: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: تُسَمُّوْنَ قَاتِلَكُمْ ثُمَّ
تَحْلِفُوْنَ عَلَيْهِ خَمْسِيْنَ يَمِيْنًا، ثُمَّ نُسَلّمُهُ. و فى رواية متفق
عليها، وَ قَالَ لَهُمْ: تَأْتُوْنَ بِاْلبَيّنَةِ عَلَى مَنْ قَتَلَهُ. قَالُوْا:
مَا لَنَا مِنْ بَيّنَةٍ. قَالَ: فَيَحْلِفُوْنَ: قَالُوْا: لاَ نَرْضَى
بِاَيْمَانِ اْليَهُوْدِ. فَكَرِهَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يُطَلَّ دَمُهُ،
فَوَدَاهُ بِمِائَةٍ مِنْ اِبِلِ الصَّدَقَةِ.
Dan
dalam lafadh lain oleh Imam Ahmad (dikatakan), “Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, “Kamu boleh menyebut nama pembunuh (yang kamu tuduh), kemudian lima
puluh orang darikamu bersumpah bahwa yang membunuh adalah orang tersebut, maka
aku akan menyerahkan pembunuh itu”.
Dan dalam riwayat lain yang disepakati oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim
(dikatakan) : Kemudian Nabi SAW bersabda kepada mereka, “Kamu harus bisa
mendatangkan bukti atas orang yang (kamu tuduh) membunuhnya itu”. Mereka
menjawab, “Kami tidak mempunyai bukti”. Nabi SAW bersabda, “Jika begitu mereka
(orang-orang Yahudi) akan bersumpah”. Mereka menjawab, “Kami tidak rela dengan
sumpahnya orang-orang Yahudi”. Kemudian Rasulullah SAW tidak menyukai
tersia-sianya darah korban. Lalu beliau memberikan diyatnya sejumlah 100 ekor
unta dari unta sedeqah.
Orang
Islam yang terbunuh karena disangka musuh
عَنْ
مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ قَالَ: اخْتَلَفَتْ سَيُوْفُ اْلمُسْلِمِيْنَ عَلَى
اْليَمَانِ اَبِى حُذَيْفَةَ يَوْمَ اُحُدٍ وَ لاَ يَعْرِفُوْنَهُ فَقَتَلُوْهُ
فَاَرَادَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَدِيَهُ، فَتَصَدَّقَ حُذَيْفَةُ بِدِيَتِهِ
عَلَى اْلمُسْلِمِيْنَ. احمد
Dari
Mahmud bin Labid, ia berkata, “Pedang-pedang kaum muslimin keliru sehingga
(mengenai) Al-Yaman ayah Hudzaifah pada waktu perang Uhud, sedang mereka tidak
mengenalnya lalu membunuhnya. Kemudian Rasulullah SAW bermaksud membayar
diyatnya, lalu Hudzaifah mensedeqahkan diyat itu kepada kaum
muslimin”.
[HR. Ahmad]
عَنْ
عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: كَانَ اَبُوْ حُذَيْفَةَ اْليَمَانِ شَيْخًا
كَبِيْرًا فَرُفِعَ فِى اْلآطَامِ مَعَ النّسَاءِ يَوْمَ اُحُدٍ، فَخَرَجَ
يَتَعَرَّضُ لِلشَّهَادَةِ فَجَاءَ مِنْ نَاحِيَةِ اْلمُشْرِكِيْنَ، فَابْتَدَرَهُ
اْلمُسْلِمُوْنَ فَتَوَشَّقُوْهُ بِاَسْيَافِهِمْ وَ حُذَيْفَةُ يَقُوْلُ: اَبِى
اَبِى، فَلاَ يَسْمَعُوْنَهُ مِنْ شُغْلِ اْلحَرْبِ حَتَّى قَتَلُوْهُ، فَقَالَ
حُذَيْفَةُ: يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَ هُوَ اَرْحَمُ الرّحِمِيْنَ فَقَضَى
النَّبِيُّ ص بِدِيَتِهِ. الشافعى
Dari
‘Urwah bin Zubair, ia berkata, “Adalah ayahnya Hudzaiah Al-Yaman seorang yang
sudah tua sekali, ia dinaikkan ke bangunan yang tinggi pada waktu perang Uhud
bersama orang-orang perempuan. Lalu ia keluar memperlihatkan diri untuk
menyaksikan (suasana pertem-puran), kemudian ia datang dari jurusan kaum
musyrikin (musuh), maka segera kaum muslimin menyerangnya lalu menebasnya dengan
pedang-pedang mereka sedang Hudzaifah berteriak, “Ayah, ayah !“. tetapi mereka
tidak mendengarnya karena hiruk pikuknya situasi pertempuran hingga mereka
membunuhnya. Kemudian Hudzaifah berkata, “Semoga Allah mengampuni kalian, dan
Dia Maha Pengasih”. Lalu Nabi SAW memutuskan untuk membayar
diyatnya”.
[HR. Syafi’i]
Orang
yang darahnya sia-sia
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ اَعْمَى كَانَتْ لَهُ اُمُّ وَلَدٍ تَشْتُمُ النَّبِيَّ ص وَ
تَقَعُ فِيْهِ. فَيَنْهَاهَا فَلاَ تَنْتَهِى، فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
اَخَذَ اْلمِعْوَلَ، فَجَعَلَهُ فِى بَطْنِهَا وَ اتَّكَأَ عَلَيْهَا فَقَتَلَهَا.
فَبَلَغَ ذلِكَ النَّبِيَّ ص فَقَالَ: اَلاَ اِشْهَدُوْا فَاِنَّ دَمَهَا هَدَرٌ.
رواه ابو داود و رواته ثقات
Dari
Ibnu ‘Abbas, bahwa seorang buta mempunyai seorang ummu walad yang mencaci-maki
Nabi SAW dan mencelanya. Ia sudah melarangnya tetapi perempuan itu tidak mau
berhenti. Pada suatu malam ia mengambil cangkul, lalu ia taruh di perut ummu
walad dan ia duduki sehingga ummu walad itu mati. Lalu berita itu sampai kepada
Nabi SAW, maka sabda beliau,”Saksikanlah bahwa darahnya itu hadar
(sia-sia)”.
[HR Abu Dawud, dan para perawinya tsiqat]
Keterangan
:
Ummu
walad adalah budak perempuan yang dikumpuli tuannya hingga mempunyai
anak.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ اَبُو اْلقَاسِمِ ص: لَوْ اَنَّ امْرَأً اِطَّلَعَ
عَلَيْكَ بِغَيْرِ اِذْنٍ فَحَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ لَمْ يَكُنْ
عَلَيْكَ جُنَاحٌ. متفق عليه
Dari
Abu Hurairah ia berkata : Abul Qasim SAW bersabda, “Sekiranya seorang menngintip
rumahmu tanpa idzinmu, kalau orang itu engkau lempar dengan batu hingga
menyebabkan buta matanya, tidak ada hukuman atasmu”.
[HR. Bukhari dan Muslim]
و
فى لفظ لاحمد و النسائى و صححه ابن حبان: فَلاَ دِيَةَ لَهُ وَ لاَ
قِصَاصَ.
Dan
pada satu lafadh bagi Ahmad dan Nasai, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban
(sabdanya), “.... maka tidak ada diyat baginya dan tidak ada
qishash”.
عَنْ
عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: قَاتَلَ يَعْلَى بْنُ اُمَيَّةَ رَجُلاً فَعَضَّ
اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ، فَانْتَزَعَ يَدَهُ مِنْ فَمِهِ، فَنَزَعَ ثَنِيَّتَهُ،
فَاخْتَصَمَا اِلَى النَّبِيّ ص فَقَالَ: يَعَضُّ اَحَدُكُمْ كَمَا يَعَضُّ
اْلفَحْلُ، لاَ دِيَةَ لَهُ. متفق عليه
Dari
‘Imran bin Hushain, ia berkata, “Ya’la bin Umayyah berkelahi dengan seseorang,
lalu diantara mereka menggigit tangan lawannya, lalu orang yang digigit itu
menarik tangannya dari mulut lawan itu, hingga gigi depannya tercabut. Kemudian
keduanya mengadu kepada Nabi SAW, maka sabda beliau, “Seseorang diantara kalian
menggigit sebagaimana binatang pejantan, maka tidak ada diyat dalam hal
ini”.
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ
عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ اَنَّ رَجُلاً طَعَنَ رَجُلاً
بَقَرْنٍ فِى رُكْبَتِهِ، فَجَاءَ اِلَى النَّبِيّ ص فَقَالَ: اَقِدْنِى. فَقَالَ:
حَتَّى تَبْرَأَ. ثُمَّ جَاءَ اِلَيْهِ فَقَالَ: اَقِدْنِى. فَاَقاَدَهُ. ثُمَّ
جَاءَ اِلَيْهِ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَرَجْتُ. فَقَالَ: قَدْ نَهَيْتُكَ
فَعَصَيْتَنِى فَاَبْعَدَكَ اللهُ. فَبَطَلَ عَرَجُكَ. ثُمَّ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ
ص اَنْ يُقْتَصَّ مِنْ جُرْحٍ حَتَّى يَبْرَأَ صَاحِبُهُ. احمد و
الدارقطنى
Dari
‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya ada seorang laki-laki
menikam laki-laki lain pada lututnya dengan tanduk, lalu ia datang kepada Nabi
SAW dan berkata, “Balaskan untuk saya (padanya)”. Sabdanya, “Tunggu hingga kamu
sembuh”. Kemudian ia datang kepada beliau dan berkata, “Balaskan untuk saya
(padanya)”. Lalu beliau SAW mengadakan balasan untuknya. Kemudian ia datang lagi
kepada beliau dan berkata, “Ya Rasulullah ! Saya telah jadi pincang”. Sabdanya,
“Sesungguhnya aku telah melarangmu, tetapi kamu tidak taat padaku. Maka Allah
membinasakan kamu dan telah jadi sia-sia pincangmu”. Kemudian Rasulullah SAW
melarang membalas luka hingga orang yang dilukai itu sembuh.
[HR. Ahmad dan Daruquthni]
Keutamaan
memberi maaf
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: مَا رُفِعَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص اَمْرٌ فِيْهِ اْلقِصَاصُ اِلاَّ
اُمِرَ فِيْهِ بِاْلعَفْوِ. الخمسة الا الترمذى
Dari
Anas ia berkata, “Tidaklah diajukan kepada Rasulullah SAW perkara yang
mengandung qishash melainkan beliau menganjurkan untuk memberi
maaf”.
[HR. Khamsah kecuali Tirmidzi]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَا عَفَا رَجُلٌ عَنْ مَظْلَمَةٍ اِلاَّ
زَادَهُ اللهُ بِهَا عِزًّا. احمد و مسلم و الترمذى و صححه
Dari
Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidaklah seseorang mengampuni
suatu perbuatan kedhaliman melainkan Allah akan menambah kepadanya
kemuliaan”.
[HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi, dan ia mengesahkannya].
عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: ثَلاَثٌ وَ الَّذِى
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، اِنْ كُنْتُ لَحَالِفًا عَلَيْهِنَّ، لاَ يَنْقُصُ
مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، فَتَصَدَّقُوْا، وَ لاَ يَعْفُوْ عَبْدٌ عَنْ مَظْلَمَةٍ
يَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ اِلاَّ زَادَهُ اللهُ بِهَا عِزًّا
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ لاَ يَفْتَحُ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ اِلاَّ فَتَحَ اللهُ
عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ. احمد
Dari
‘Abdurrahman bin Auf, bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Ada tiga (hal),
demi Tuhan yang jiwa Muhammad ditangan-Nya sungguh aku bersumpah atasnya,
tidaklah berkurang suatu harta karena disedekahkan, oleh karena itu
bersedekahlah ! Tidaklah seseorang mengampuni perbuatan kedhaliman karena
mencari ridla Allah ‘Azza wa Jalla melainkan Allah akan menambah kepadanya
kemuliaan pada hari kiamat dan tidaklah seseorang membuka pintu permintaan (suka
meminta-minta) melainkan Allah akan membuka baginya pintu
kefaqiran”.
[HR. Ahmad].
~oO[
A ]Oo~
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak