Ahad, 12 Januari 1997/3 Ramadlan
1417 Brosur nomor : 814/854/IF
Shalat
Sunnah Lail ialah : Shalat-shalat Sunnah yang dikerjakan pada malam hari selain
Ba'diyah 'Isya'.
Adapun
waktunya ialah : Sehabis shalat 'Isya' hingga akhir waktu 'Isya' dan masuk waktu
Shubuh. Dan shalat Lail itu boleh dikerjakan sebelum maupun sesudah
tidur.
Macam-macamnya
:
Termasuk
di dalam istilah Shalat Malam, diantaranya ialah :
A.
Shalat Sunnah Tarawih.
C. Shalat Sunnah Witir.
B.
Shalat Sunnah Tahajjud.
D. Shalat Iftitah.
A.
Shalat Tarawih
Tarawih
artinya relax, santai, istirahat.
Ulama
mengistilahkan Shalat Sunnah ini dengan Shalat Tarawih, karena melihat riwayat
yang menjelaskan tentang bagaimana cara Nabi SAW melakukannya. Yaitu dengan
perlahan-lahan/relax/santai serta diselingi dengan istirahat pada tiap-tiap kali
salam, sebagaimana riwayat dibawah ini:
Dari
'Aisyah RA. katanya:
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلِّىاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِىاللَّـيْلِ ثُمَّ يَتَـرَوَّحُ
فَاَطَالَ حَتَّىرَحِمْتُهُ. البيهقى.
Adalah
Rasulullah SAW shalat 4 rekaat dimalam hari. Kemudian beliau
beristirahat/bertarawih lama sekali, sehingga aku merasa kasihan
kepadanya.
[HR. Baihaqi]
Waktu,
Bilangan dan Cara Pelaksanaan
a.
Waktunya.
Setiap
malam pada bulan Ramadlan; boleh dikerjakan diawwal malam atau di pertengahan
maupun di akhirnya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. Tegasnya, shalat
tarawih adalah shalat malam di bulan Ramadlan.
قَالَ
اَبُوْ ذَرٍّ: صُمْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص . فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ
سَبْعٌ مِنَ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّـيْلِ ثُمَّ لَـمْ
يَقُمْ بِنَا فِى السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِى اْلخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ
شَطْرُ اللَّـيْلِ. ابو داود.
Telah
berkata Abu Dzarr, kami telah berpuasa bersama Rasulullah SAW Beliau tidak
shalat -malam- bersama kami hingga tinggal tujuh hari dari bulan itu.
Lalu beliau shalat bersama kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau
tidak bersama kami pula pada malam yang keenam. Tetapi beliau shalat bersama
kami pada malam yang ke lima pada waktu lewat tengah malam.
[HSR. Abu Dawud]
عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَانِ بْـنِ عَبْدِ اْلـقَارِيِّ اَنـَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ
عُمَرَ ابْنِ اْلخَطَّابِ رض لَـيْلَةً فِىرَمَضَانَ اِلىَ اْلمَسْجِدِ فَاِذَا
النَّاسُ اَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُوْنَ يُصَلِّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيـُصَلِّى
الرَّجُلُ فَيُصَلِّى بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: اِنىِّ اَرَى لَوْ
جَمَعْتُ هؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ اَمْثَلَ. ثُمَّ عَزَمَ
فَجَمَعَهُمْ عَلَى اُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ
لَـيْلَةً اُخْرَى
وَالنَّاسُ يُصُلُّوْنَ بِصَلاَةِ قَارِئـِهِمْ قَالَ عُمَرُ: نِعْمَ اْلبِدْعَةُ
هذِهِ وَالَّتِى يَنَامُوْنَ عَنْهَا اَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُوْمُوْنَ يُرِيْدُ
اخِرَ اللَّـيْلِ. وَكَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ اَوَّلَهُ. البخارى.
Dari
Abdurrahman bin Abdul Qariyyi, bahwasanya ia berkata : "Saya pernah keluar ke
masjid bersama Umar bin Khaththab RA. pada suatu malam di bulan Ramadlan,
Tiba-tiba kami dapati orang-orang sama berkelompok-kelompok dan terpisah-pisah,
ada yang shalat sendirian dan ada yang shalat dengan diikuti beberapa orang.
Maka Umar berkata, "Saya berpendapat lebih baik mereka ini saya kumpulkan dengan
diimami oleh seorang imam". Kemudian Umar ber'azam dan mengumpulkan mereka itu
dengan diimami oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada
malam yang lain, sedang orang-orang shalat dengan bermakmum kepada imam mereka.
Umar berkata, "Sebaik-baik bid'ah, adalah ini". Dan shalat yang mereka kerjakan
pada akhir malam adalah lebih utama dari pada yang mereka kerjakan di awal
malam. Sedangkan orang-orang biasa mengerjakan-nya di awal malam.
[HR. Bukhari juz 2 : 252].
b.
Bilangan Raka'atnya
Shalat
Sunnah Tarawih ini, bilangan raka'at yang biasa dikerjakan oleh Nabi SAW adalah
sebelas raka'at beserta witirnya. Dan sebanyak-banyaknya tak terbatas, berapa
saja seseorang mampu melaksanakan-nya hingga habis waktunya shalat sunnah itu,
yaitu masuk waktu Shubuh.
عَنْ
عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلِّى مَا بَـيْنَ اَنْ يَـفْرَغَ
مِنْ صَلاَةِ اْلعِشَاءِ اِلىَ اْلـفَجْرِ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ
بَـيْنَ كُلِّ رَكْعَتَـيْنِ وَ يُوْتـِرُ بِـوَاحِدَةٍ. الجماعة الا
الترمذى.
Dari
'Aisyah RA, ia berkata : "Rasulullah SAW shalat antara beliau selesai dari
shalat 'Isyak hingga fajar, 11 rekaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rekaat
dan lalu berwitir 1 rekaat".
[HR. Al-Jama'ah selain Tirmidzi].
قَالَتْ
عَائِشَةُ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلِّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْئَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُوْلـِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّىاَرْبَعًا فَلاَ تَسْئَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُوْلـِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثـًا. البخارى و
مسـلم.
Telah
berkata 'Aisyah : "Adalah Rasulullah SAW pernah shalat 4 raka'at, jangan engkau
tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 4 raka'at, jangan engkau
tanya bagusnya dan panjang-nya, kemudian beliau shalat witir 3
reka'at".
[HSR. Bukhari dan Muslim]
Keterangan:
Maksud
hadits tersebut, Nabi SAW shalat 2 raka'at salam, 2 raka'at salam lalu
istirahat. Dilanjutkan lagi 2 raka'at salam, 2 raka'at salam lalu istirahat.
Kemudian shalat witir 3 reka'at.
'Aisyah
RA. berkata :
اِنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص مَاكَانَ يَزِيْدُ فِىرَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى
عَشْرَةَ رَكْعَةً. البخارى و مسـلم
Bahwasanya
Rasulullah SAW tiada melebihkan di bulan Ramadlan dan di luar bulan Ramadlan
atas sebelas raka'at.
[HR. Bukhari dan Muslim]
Keterangan
:
Hadits
ini bukan merupakan batas dari Nabi SAW, tetapi hanya menunjukkan bahwa biasanya
Nabi SAW shalat sebelas raka'at.
عَنِ
ابـْنِ عُمَرَرض قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَـيْفَ صَلاَةُ
اللَّـيْلِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. صَلاَةُ اللَّـيْلِ مَثْنَى مَثْنَى.
فَاِذَا خَافَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ فَلْـيُوْتـِرْ بِوَاحِدَةٍ تُوْتـِرُ لَهُ مَا
قَدْ صَلَّى. الجماعة.
Ibnu
'Umar RA. berkata : Seorang lelaki berdiri, lalu bertanya kepada Rasulullah SAW
katanya : "Ya Rasulullah, bagaimanakah shalat malam itu ?" Rasulullah SAW
menjawab : "Shalat malam itu 2 raka'at 2 raka'at. Maka apabila seseorang kamu
khawatir akan masuk Shubuh hendaklah berwitir dengan 1 raka'at. Yang seraka'at
itu mewitirkan untuk shalat yang telah dikerjakan".
[Diriwayatkan Al-Jama'ah]
c.
Cara Pelaksanaan
1.
Boleh dengan Jahr (suara nyaring) maupun Sirr (suara
lembut):
سُئِلَتْ
عَائِشَةُ: كَـيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ ص بِاللَّـيْلِ ؟ فَقَالَتْ:
كُلُّ ذلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَمَا اَسَرَّ وَرُبَمَاجَهَرَ. احمد وابو داود
والترمذى.
Telah
ditanya 'Aisyah RA : "Bagaimana bacaan Nabi SAW pada waktu (shalat) malam ?"
Jawabnya : "Semuanya itu dikerjakan oleh Rasulullah SAW terkadang beliau membaca
sirr (perlahan) dan terkadang beliau membaca jahr (nyaring)". [HSR. Ahmad, Abu Dawud dan
Tirmidzi]
2.
Boleh dikerjakan dengan berjama'ah maupun munfarid
(sendirian)
قَالَتْ
عَائِشَةُ: اِنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى فِى اْلمَسْجـِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ
نَاسٌ. ثُمَّ صَلَّى الثَّانِيَةَ فَكَثُرَ النَّاسُ. ثُمَّ اجْتَمَعُوْا مِنَ
اللَّـيْلَةِ الثَّـالـِثَةِ اَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ اِلَـيْهِمْ
رَسُوْلُ اللهِ ص فَلَمَّااَصْبَحَ قَالَ:رَأَيـْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ
يَمْنَعْنِى مِنَ اْلخُرُوْجِ اِلَـيْكُمْ اِلاَّ اَ نِّىخَشِيْتُ اَنْ تُفْرَضَ
عَلَـيْكُمْ ... وَذلِكَ فِىرَمَضَانَ. البخارى و مسـلم.
Telah
berkata 'Aisyah, bahwasanya Nabi SAW pernah shalat malam dimasjid maka
orang-orangpun turut shalat bersama beliau, dan beliau shalat pula pada malam
yang kedua, maka bertambah banyak orang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya
atau ke empatnya mereka telah berkumpul, tetapi beliau tidak datang. Keesokan
harinya beliau berkata : "Saya mengetahui apa yang kalian kerjakan semalam, saya
tidak berhalangan untuk datang kepadamu, hanya saya takut jangan-jangan shalat
itu kau anggap wajib atasmu". Kata 'Aisyah : "Kejadian tersebut pada bulan
Ramadlan".
[HSR. Bukhari dan Muslim]
B.
Shalat Sunnah Tahajjud
Shalat
Sunnah Tahajjud adalah : Shalat malam yang dikerjakan di luar
Ramadlan.
Nama
Tahajjud diambil dari firman Allah ayat 79 surat Al Isra'
:
وَمِنَ
اللَّـيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَا فِلَةً لَّكَ. الاسراء:79
Dan
pada sebagian malam hari bershalat Tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu.
[Al-Isra' : 79]
Perlu
diketahui bahwa pada hakekatnya shalat sunnah tarawih dan shalat sunnah tahajjud
adalah sama-sama termasuk shalat lail/malam. Maka untuk mempermudah
pembahasannya, oleh para ulama diberi istilah yang berlainan, yaitu shalat
sunnah tahajjud dan shalat sunnah tarawih. Adapun perbedaannya hanya terletak
pada kapan dan bagai-mana melaksanakannya.
Perbedaan-perbedaan
tersebut ialah :
Shalat
Sunnah Tahajjud
|
Shalat
Sunnah Tarawih
|
1.
Istilah untuk shalat lail yang
dikerjakan pada malam
hari
di luar bulan
Ramadlan.
2.
Nabi tidak pernah menger-
jakan dengan
berjama'ah.
3.
Dikerjakan sesudah lewat
tengah malam.
|
1.
Istilah untuk shalat lail yang
dikerjakan pada bulan
Ra-
madlan dan dikerjakan
de-
ngan santai/relax.
2.
Boleh dikerjakan dengan
berjama'ah maupun
munfa-
rid (sendirian).
3.
Boleh dikerjakan di awal,
pertengahan atau
akhir
malam.
|
Jadi
selain perbedaan di atas, secara keseluruhan antara kedua shalat itu adalah
sama.
C.
Shalat Sunnah Witir
Shalat
sunnah witir ialah shalat sunnah lail yang dikerjakan dengan bilangan rakaat
yang ganjil (witir = ganjil).
عَنْ
عَلِيٍّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَوْتـِرُوْا يَا اَهْلَ اْلـقُرْانِ
فَاِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ اْلوِتْرَ. الخمسة وصححه ابن خزيمة.
Dari
'Ali RA, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : "Berwitirlah kamu hai ahli
Qur'an karena sesungguhnya Allah itu witir/tunggal, Ia suka kepada (shalat)
witir".
[Diriwayatkan oleh Khamsah dan disahkan oleh Ibnu
Khuzaimah]
Waktunya
:
Pada
setiap malam, baik di dalam maupun diluar Ramadlan, boleh dikerjakan di awwal,
pertengahan, ataupun diakhir malam, baik sebe-lum maupun sesudah tidur,
kesemuanya itu pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW :
عَنْ
عَائِشَةَ رض قَالَتْ: مِنْ كُلِّ اللَّـيْلِ قَدْ اَوْتَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنْ
اَوَّلِ اللَّـيْلِ وَ اَوْسَطِهِ وَاخِرِهِ فَانْتَهَى وِتْرُهُ اِلىَ السَّحَرِ.
الجماعة.
'Aisyah
RA berkata : "Dalam seluruh malam Rasulullah SAW telah pernah mengerjakan witir,
di permulaan malam, dipertengahannya, dan di akhirnya, hingga berkesudahan
witirnya pada waktu sahur".
[HR. Al Jama'ah]
عَنْ
جَابِرٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ خَافَ اَنْ لاَ يَقُوْمَ مِنْ
اخِرِ اللَّـيْلِ فَلْـيُوْتـِرْ اَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ اَنْ يَقُوْمَ اخِرَهُ
فَلْـيُوْتـِرْ اخِرَ اللَّـيْلِ. فَاِنَّ صَلاَةَ اخِرِ اللَّـيْلِ مَشْهُوْدَةٌ
وَذلِكَ اَفْضَلُ. مـسلم.
Dari
Jabir RA, ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW : "Barang-siapa khawatir
tidak akan bangun pada akhir malam, maka bolehlah berwitir pada awal malam. Dan
barangsiapa berkeyakinan mampu bangun di akhir malam, maka hendaklah mengerjakan
witir pada saat itu, karena shalat di akhir malam itu disaksikan dan yang
demikian itu lebih utama".
[HR. Muslim].
Catatan
:
Bila dilaksanakan dibulan Ramadlan, maka boleh dengan berjama'ah (sebagai
bagian/penutup dari shalat tarawih), dan boleh pula dengan cara munfarid
(sendirian). Sedang bila dikerjakan di luar Ramadlan menurut tuntunan adalah
dikerjakan secara sendiri dan bukan dengan berjama'ah.
Bilangan
Raka'at serta Cara Pelaksanaannya
a.
Satu rakaat,
berdasar sabda Nabi SAW :
صَلاَةُ
اللَّـيْلِ مَثْنَى مَثْنَى.فَاِذَا خَافَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ فَلْـيُوْتـِرْ
بِوَاحِدَةٍ تُوْتـِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. البخارى و مسـلم.
"Shalat
malam itu dua (rakaat) dua (rakaat), maka apabila seseorang di antara kalian
takut (masuk waktu) Shubuh hendaklah ia witir 1 rakaat. Yang serakaat itu
mewitirkan shalat yang telah ia kerjakan".
[HSR.
Bukhari dan Muslim]
b.
Tiga Rakaat,
Bila melaksanakan 3 rakaat, maka harus dengan satu tasyahud di rakaat yang
akhir, lalu salam, sebagaimana riwayat di bawah ini:
قَالَتْ
عَائِشَةُ رض :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُوْتـِرُ بِثَلاَثٍ وَلاَ يَفْصِلُ
بَـيْنَهُنَّ. احمد والنسائى
'Aisyah
RA berkata : "Rasulullah SAW pernah berwitir dengan 3 raka'at, tiada mengadakan
pemisahan antaranya (mengerjakannya dengan sekali salam)".
[HR. Ahmad dan An-Nasai].
Dan
tidak diperkenankan shalat witir yang 3 itu dengan 2 raka'at lalu salam dan
kemudian disambung dengan 1 rakaat lalu salam. Hal ini menyalahi keterangan
dalam riwayat 'Aisyah di atas tentang pelaksanaan shalat itu oleh Nabi SAW dan
juga menyalahi akan arti witir itu sendiri, karena witir itu artinya ganjil,
sedang 2 itu genap, jadi tidak dapat dikatakan witir. Dan juga kita tidak
diperkenankan shalat 3 raka'at tersebut dengan 2 tasyahud dan 1 salam. Sebab ini
menyerupai Maghrib, yang demikian ini dilarang oleh Nabi SAW sebagaimana hadits
di bawah ini. Sabda Nabi SAW:
لاَتُوْتـِرُوْا
بِثَلاَثٍ. اَوْتِرُوْا بِخَمْسٍ اَوْ بِسَبْعٍ وَلاَ تُشَبِّهُوْا بِصَلاَةِ
اْلمَغْرِبِ. الدارقطنى.
Jangan
kamu shalat witir 3 rekaat, (tetapi) shalatlah witir 5 atau 7, dan janganlah
kamu menyerupai dengan shalat Maghrib".
[HSR. Daruquthni].
Keterangan
:
Dalam hadits ini, Rasulullah SAW melarang kita shalat witir 3 rekaat dan
memerintahkan untuk shalat dengan 5 rekaat atau 7 rekaat. Sedang hadits-hadits
lain menerangkan bahwa Rasulullah SAW sendiri mengerjakan shalat witir 3 rekaat.
Maka dari kedua macam hadits tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
"Yang dilarang mengerjakan shalat witir 3 rekaat itu adalah shalat witir yang
menyerupai shalat Maghrib, sedang shalat witir 3 rekaat yang tidak serupa dengan
shalat Maghrib tidak dilarang, bahkan dikerjakan oleh Rasulullah SAW
sendiri".
Adapun
bentuk keserupaan itu ialah : Dengan 2 tasyahud satu salam. Maka untuk tidak
menyerupai shalat Maghrib hendaklah shalat witir 3 rekaat tersebut dengan 3
rekaat sekaligus dengan satu tasyahud di akhir rakaat dan satu
salam.
c.
5 rekaat dengan satu tasyahud di rakaat yang terakhir kemudian
salam.
Berdasar riwayat sebagai berikut :
قَالَتْ
عَائِشَةُ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلِّى مِنَ اللَّـيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ
رَكْعَةً يُوْتـِرُ مِنْ ذلِكَ بِخَمْسٍ وَلاَ يَجْلِسُ فِى شَيْءٍ مِنْهُنَّ
اِلاَّ فِى اخِرِهِنَّ. البخارى و مسـلم.
Aisyah
RA berkata : "Rasulullah SAW shalat di malam hari 13 rekaat; dari 13 itu beliau
shalat witir 5 rekaat. Beliau tidak duduk pada sesuatu rekaat dari yang 5 ini,
melainkan pada akhirnya".
[HR. Bukhari dan Muslim].
d. 7 rekaat dengan 2 tasyahud di rekaat 6 dan 7
lalu salam.
Berdasar riwayat sebagai
berikut:
عَنْ
عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَـمَّا كَبُرَ وَضَعُفَ اَوْتَرَ بِسَبْعِ
رَكَعَاتٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّ فِى السَّادِسَةِ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلِّمُ
فَيُصَلِّى السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيْمَةً. ابن هزم.
Dari
Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW setelah lanjut usia dan lemah badannya,
beliau berwitir dengan 7 rekaat dan tidak duduk kecuali pada rekaat yang ke 6
kemudian berdiri tanpa salam lalu menyelesaikan rekaat yang ke 7 kemudian
bersalam dengan satu kali salam.
[HR. Ibnu Hazm].
e.
9 rekaat dengan 2 tasyahud di rekaat yang ke 8 dan ke 9 setelah itu
salam.
Berdasar riwayat sebagai berikut :
قَالَ
سَعِيْدُ بـْنُ هِشَامٍ لِعَائِشَةَ. اَنْـبِـئـِيـْنِى عَنْ وِتْرِ رَسُوْلِ اللهِ
ص فَقَالَتْ: كُـنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُوْرَهُ فَيَبْعَثُهُ اللهُ
مَتَى شَاءَ لَنْ اَبْعَثَهُ مِنَ اللَّـيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَ يَتَوَضَّأُ وَ
يُصَلِّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيْهَا اِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ
فَيَذْكُرُ اللهَ وَ يَحْمَدُهُ وَ يَدْعُوْهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلِّمُ
ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّى التَّـاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَ
يَحْمَدُهُ وَ يَدْعُوْهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِـيْمًا. يُسْمِعُنَا ثُمَّ
يُصَلِّى رَكْعَتَـيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ اِحْدَى
عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ. اجمد ومسلم.
Said
bin Hisyam telah bertanya kepada 'Aisyah RA : "Hendaklah engkau beritahukan
kepadaku tentang shalat witir Rasulullah SAW". Jawab 'Aisyah : "Kami biasa
menyediakan penggosok gigi dan air wudlu bagi Rasulullah SAW, lalu beliau bangun
malam pada waktu yang dikehendaki oleh Allah, bukan sebab saya bangunkan.
Kemudian beliau menggosok gigi dan berwudlu lalu shalat (witir) sembilan rekaat
dan beliau tidak duduk (attahiyat) melainkan pada rekaat yang ke delapan, lalu
beliau menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah. Kemudian beliau bangun dengan
tidak mengucap salam dan berdiri shalat (rekaat) yang ke sembilan, kemudian
beliau duduk (attahiyat) menyebut, memuji dan berdoa kepada Allah; kemudian
beliau mengucap salam sehingga terdengar oleh kami. Setelah itu beliau shalat 2
rekaat dengan duduk. Yang demikian itu jadi 11 rekaat hai
anakku".
[HSR. Ahmad dan Muslim].
Dan
kita dilarang mengerjakan 2 shalat witir pada satu malam
عَنْ
طَلْقِ بـْنِ عَلِيٍّ رض قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَـقُوْلُ: لاَ وِتْرَانِ
فِى لَـيْلَةٍ. احمد والنسائى والترمذى وصححه ابن حبان.
Dari
Thalq bin Ali, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Tidak ada
dua witir pada satu malam".
[HR. Ahmad, Nasai, Tirmidzi dan dishahkan oleh Ibnu
Hibban].
D.
Shalat Iftitah.
Shalat
Iftitah adalah shalat sunnah dua rekaat yang ringan untuk mengawali shalat
lail.
عَنْ
اَبِى هُرَيـْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا قَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ
اللَّـيْلِ فَلْـيَفْتَحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَـيْنِ خـَفِـيْفَـتَـيْنِ. احمد و
مـسلم.
Abu
Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila sese-orang dari kamu
bangun pada malam hari, maka hendaklah ia membu-ka shalatnya dengan dua rekaat
yang ringan.
[HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا قَامَ مِنَ
اللَّـيْلِ اِفْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَـتَـيْنِ خَـفِيْفَـتَـيْنِ. احمد و
مـسلم.
Dari
'Aisyah RA, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW apabila bangun di malam hari
beliau membuka shalat malamnya dengan dua rekaat yang ringan".
[HR. Ahmad dan Muslim].
~
o O o ~
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak