Ahad, 5 Januari 1997/25 Sya'ban 1417 Brosur nomor : 865/905/IF
Puasa,
yang di dalam bahasa Al-Qur'an
Ash-Shaum/Ash-Shiyam adalah salah satu dari beberapa kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh orang-orang beriman.
Firman Allah :
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. البقرة:183
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa seba-gaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
[Al-Baqarah : 183]
1.
Pengertian Ash-Shiyam (Puasa)
Ash-Shiyam
atau Ash-shaum menurut lughah/bahasa,
artinya : "Menahan diri dari melakukan sesuatu". Seperti
firman Allah :
اِنّىْ
نَذَرْتُ لِلرَّحْمنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلّمَ اْليَوْمَ اِنْسِيًّا.
مريم:26
Sesungguhnya
aku telah bernadzar akan berpuasa karena Tuhan
Yang Maha Pemurah, maka aku
tidak akan berbicara
dengan seseorang manusiapun pada
hari ini.
[Maryam : 26]
Menurut
Syara', ialah :
اَْلاِمْسَاكُ
عَنِ اْلأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَغَشَيَانِ النّسَاءِ مِنَ اْلفَجْرِ اِلىَ
اْلمَغْرِبِ اِحْتِسَابًا للهِ وَاِعْدَادًا لِلنَّفْسِ وَتَهْيِئَةً لَـهَا
لِتَقْوَى اللهِ بِاْلمُرَاقَبَةِ وَتَرْبِيَةِ اْلاِرَادَةِ.
Menahan
diri dari makan, minum dan
bersetubuh, mulai fajar hingga
Maghrib, karena mengharap ridlo Allah
dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya dengan jalan mendekatkan
diri kepada Allah dan mendidik kehendak.
اَْلاِمْسَاكُ
عَنِ اْلأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَاْلجِمَاعِ وَغَيْرِهَا ِممَّاوَرَدَبِهِ فِى
النَّهَارِعَلَى اْلوَجْهِ اْلمَشْرُوْعِ. وَيَتْبَعُ ذلِكَ اْلاِمْسَاكُ عَنِ
اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَغَيْرِهِمَا مِنَ اْلكَلاَمِ اْلمُحَرَّمِ وَاْلمَكْرُوْهِ
فِى وَقْتٍ مَخْصُوْصٍ بِشَرَائِطَ مَخْصُوْصَةٍ.
Menahan
diri dari makan, minum, jima' dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita menahan diri
padanya, sepanjang hari menurut cara
yang disyariatkan. Disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan dan dimakruhkan
pada waktu yang telah ditentukan serta menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Tegasnya:
"PUASA", ialah: Menahan diri untuk tidak makan, minum termasuk merokok dan
bersetubuh dari mulai Fajar hingga terbenam matahari pada bulan Ramadlan karena
mencari ridlo Allah.
2. Hukum Ash-Shiyam (Puasa)
Wajib
'Ain, artinya setiap orang Islam yang telah baligh (dewasa) dan sehat akalnya
serta tidak ada sebab-sebab yang dibenarkan agama untuk tidak berpuasa, maka
mereka itu wajib melakukannya dan berdosa bagi yang meninggalkannya dengan sengaja. Firman Allah
:
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. البقرة:183
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seba-gaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa.
[Al-Baqarah: 183]
Dan
hadits-hadits Rasulullah SAW. :
بُنِيَ
اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. وَ اِقَامِ
الصَّلاَةِ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَ حَجّ اْلبَيْتِ. البخارى
و مسـلم.
Islam
didirikan atas lima sendi, yaitu 1) Mengakui bahwa tak ada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad
pesuruh Allah, 2) Mendiri-kan
Shalat, 3) Menunaikan zakat, 4)
Berpuasa Ramadlan dan 5) Ber-hajji.
[HR. Bukhari dan Muslim]
اَنَّ
رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ ص فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ اَخْبِرْنِى عَمَّا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ
الصّيَامِ ! قَالَ: شَهْرُ رَمَضَانَ. قَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ ؟ قَالَ: لاَ.
اِلاَّ اَنْ تَطَوَّعَ. متفق عليه عن طلحة بن عبيد الله.
Sesungguhnya
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, "Ya
Rasulullah, saya mohon diterangkan tentang puasa yang diwajibkan oleh
Allah kepada saya". Nabi SAW menjawab, "Puasa di bulan Ramadlan". Orang itu bertanya
pula, "Adakah puasa yang lain yang diwajibkan
atas diri saya ?" Jawab Nabi SAW,
"Tidak, kecuali bila engkau hendak mengerjakan Tathawwu' (puasa
sunnah).
[Muttafaq 'Alaih dari Thalhah bin 'Ubaidillah]
3.
Yang Wajib Berpuasa
Ketentuan-ketentuan
orang yang berkewajiban menjalankan puasa di bulan Ramadlan :
a) Orang Islam, tidak diwajibkan selain orang
Islam.
b) 'Aqil baligh
(dewasa), bukan anak-anak.
c) Sehat.
d) Muqim (berada di daerah tempat
tinggalnya/daerah iqomahnya),
bukan sebagai musafir.
e) Kuat, yakni tidak memaksakan diri karena
sangat berat dan payah bila berpuasa.
f) Khusus bagi wanita pada waktu suci, artinya
tidak sedang haidl atau nifas.
4. Yang
Membatalkan Puasa
Sepanjang
tuntunan Allah dan Rasul-Nya hal-hal yang
membatalkan puasa, adalah sebagai berikut :
Firman
Allah SWT. dalam surat Al-Baqarah ayat 187,
اُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصّيَامِ الرَّفَثُ اِلى نِسَاءِكُمْ. هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ
وُاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّـهُنَّ، عَلِمَ اللهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ
اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ، فَلْئنَ بَاشِرُوْهُنَّ
وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ، وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّى يَتَبَيَّنَ
لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ مِن َاْلفَجْرِ، ثُمَّ
اَتِـمُّوا الصّيَامَ اِلىَ الَّيْلِ ... البقرة:187.
Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari
puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka itu pakaian
bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu
tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi keringanan kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih
dari benang hitam, yaitu Fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam .....
. [Al-Baqarah:
187]
Dari
ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa yang membatalkan
puasa itu ialah:
a) Bersetubuh suami-isteri dengan sengaja dan
dilakukan pada saat puasa (dari mulai masuk waktu Shubuh hingga masuk waktu
Maghrib), padahal mereka termasuk orang
yang berkewajiban puasa.
Dan
yang dimaksud dengan "bersetubuh", ialah masuknya kemaluan laki-laki/suami pada
kemaluan wanita/istri. Jadi baik mengeluarkan mani maupun tidak, hukumnya tetap
sama. Karena tidak adanya ayat-ayat lain maupun hadits-hadits yang membatasi,
bahwa yang dimaksud "bersetubuh" adalah yang mengeluarkan mani, maka ayat itu
tetap berlaku sesuai dengan
keumuman
lafadhnya.
b. Makan dengan sengaja, baik makanan yang mengenyangkan atau tidak.
c. Minum, baik yang menghilangkan haus atau tidak, termasuk
merokok.
5. Yang Boleh Tidak Berpuasa dan Wajib Mengganti
di hari-hari yang Lain :
a.
Orang yang sakit, yang apabila ia tetap berpuasa akan menambah berat atau akan
memperlambat kesembuhan sakitnya, sedang sakitnya itu dapat diharapkan
kesembuhannya (bukan sakit yang
menahun atau sakit yang kronis dan terus-menerus sehingga sulit diharapkan
kesembuhannya).
b. Musafir, ialah : Orang yang sedang bepergian
keluar dari daerah iqomahnya, baik dengan perjalanan yang berat dan sukar maupun dengan ringan dan
mudah; kesemuanya diperbolehkan untuk
tidak berpuasa dan berkewajiban mengganti di hari yang lain.
Berdasarkan firman Allah :
فَمَنْ
كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ اَيَّامٍ اُخَرَ.
البقرة:184.
Dan
barangsiapa diantara kamu yang sakit atau dalam bepergian (musafir) ~maka
bolehlah ia berbuka~ dan mengganti di hari-hari
yang lain (sebanyak yang ditinggalkannya).
[QS. Al-Baqarah : 184].
وَمَنْ
كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ اَيَّامٍ اُخَرَ.
البقرة:185.
Dan
barangsiapa yang sakit atau dalam bepergian (musafir) ~maka bolehlah ia berbuka~
dan mengganti di hari-hari yang lain
(sebanyak yang ditinggalkannya).
[QS. Al-Baqarah : 185].
6.
Batas Waktu Mengganti
Tidak
ada ketentuan dalam agama tentang batas
waktu mengganti puasa yang ditinggalkan. Dapat dilaksanakan pada bulan-bulan
sesudah selesai Ramadlan tahun itu atau bulan-bulan sesudah Ramadlan tahun berikutnya.
Tegasnya
selama ia masih hidup, kapanpun boleh, tanpa
menambah fidyah atau melipat
gandakan puasanya (misalnya hutang satu hari diganti dua hari dan sebagainya).
Hanya sebaiknya segera diganti.
7.
Yang Boleh Tidak Berpuasa
dan Hanya Mengganti Fidyah Tanpa
Harus Mengganti Puasa di Hari Yang lain.
Yaitu
: Orang-orang yang bila dipaksakan
untuk berpuasa masih dapat, tetapi sungguh amat payah sekali
dalam melaksanakannya. Perhatikan Firman Allah
:
وَعَلَى
الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَه فِدْيَةٌ ... البقرة:184
Dan
terhadap orang-orang yang bisa berpuasa tetapi dengan susah payah (boleh tidak berpuasa), wajib
membayar fidyah.
[Al-Baqarah : 184]
Ayat
tersebut umum, maka siapa saja yang walaupun mampu berpuasa tetapi dengan amat
payah (rekoso) dalam menjalankannya, maka termasuk yang dimaksud
oleh ayat di atas. Yang termasuk kategori amat payah, antara lain :
a) Wanita yang sedang hamil yang bila berpuasa
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan
pada dirinya dan/atau anak yang dikandungnya.
b) Wanita yang sedang menyusui, baik anaknya
sendiri maupun anak orang lain yang
diserahkan kepadanya untuk disusui, yang bila dipaksakan untuk berpuasa akan
sangat berat bagi dirinya dan/atau bagi anak yang sedang disusuinya itu.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ
اللهَ وَضَعَ عَنِ اْلمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلاَةِ وَعَنِ اْلحُبْلَى
وَاْلمُرْضِعِ الصَّوْمَ. احمد عن انس بن مالك الكعبى.
Bahwasanya
Allah SWT. telah membolehkan bagi musafir meninggalkan puasa dan mengqoshor
shalat, dan Allah telah membolehkan perempuan hamil dan yang sedang menyusui
anak meninggalkan puasa.
[HR.
Ahmad dari Anas bin Malik Al Ka'bi].
Dan
riwayat dari Ibnu Abbas RA. tentang istrinya yang sedang hamil, katanya
:
اَنْتِ
ِبمَنْزِلَةِ الَّذِى لاَيُطِيْقُهُ فَعَلَيْكِ اْلفِدَاءُ وَلاَ قَضَاءَ عَلَيْكِ.
البزار وصححه الدارقطنى.
Engkau
sekedudukan dengan orang yang amat payah
untuk berpuasa. Maka wajib atasmu
fidyah dan tidak
ada qodlo' bagimu.
[Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh
Ad-Daruquthni]
Serta
riwayat dari Ibnu 'Umar ketika beliau ditanya oleh seorang wanita Quraisy yang
sedang hamil, tentang hal puasanya maka jawab beliau :
اَفْطِرِى
وَاَطْعِمِى كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا وَلاَ تَقْضِى. ابن هزم.
Berbukalah
kamu dan berilah makan tiap hari seorang miskin; tidak usah kamu mengqodlo'nya.
[HR. Ibnu Hazm].
c) Orang yang lanjut usia/orang tua yang apabila
berpuasa akan sangat memayahkannya.
Berdasar keumuman ayat (Surat Al-Baqarah ayat
184) dan riwayat dari Ibnu Abbas
sebagai berikut :
رُخِّصَ لِلشَّيْخِ اْلكَبِيْرِ اَنْ يُفْطِرَ
وَيُطْعِمَ وَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ. الدارقطنى والحاكم.
Orang yang sangat tua, dibenarkan untuk berbuka
dan wajib memberikan (fidyah) serta
tidak ada qodlo' atasnya.
[Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dan Al-Hakim].
d) Orang yang pekerjaannya sangat berat, yang
bila tetap berpuasa walaupun ia kuat
akan sangat berat dan memayahkannya. Misalnya : Pengemudi becak, pekerja
tambang, karyawan-karyawan pengangkat barang di stasiun, terminal, pelabuhan dan
sebagainya.
e) Orang yang sakit menahun yang -- menurut ahli
kesehatan -- sukar diharapkan sembuhnya,
atau walaupun sembuh tetapi memakan waktu yang
lama sekali.
f) Siapa saja yang karena kondisi badannya atau
sebab-sebab lain akan amat berat sekali bila berpuasa, walaupun bila dipaksa
akan kuat juga.
Untuk
nomor d), e) dan f), ini dasarnya adalah keumuman lafadh dari ayat 184
surat Al-Baqarah
diatas.
Semua
yang tersebut diatas, boleh tidak berpuasa dan wajib membayar fidyah tanpa harus
mengganti puasa di hari yang lain.
8. Yang Wajib Untuk Tidak Berpuasa dan Wajib
Mengganti Dengan Puasa di Hari Yang
lain.
Yaitu
khusus bagi wanita yang sedang haidl atau nifas. Berdasar riwayat :
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: كُنَّا نَحِيْضُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَنُؤْمَرُ
بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ. الجماعة عن
المعاذة.
Dari
'Aisyah, bahwa ia berkata, "Adalah kami haidl dimasa Rasulullah SAW maka kami
diperintahkan supaya mengqodlo' (mengganti) puasa dan kami tidak
diperintahkan mengqodlo
shalat".
[HR. Al-Jama'ah dari Al-Mu'adzah]
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
اَلَيْسَ
اِحْدَاكُنَّ اِذَا حَاضَتْ لَـمْ تُصَلِّ وَلَـمْ تَصُمْ ؟ فَذلِكَ مِنْ نُقْصَانِ
دِيْنِهَا. البخارى
Bukankah
salah seorang di antara kamu (yakni kaum wanita) apabila haidl, tidak shalat dan
tidak berpuasa ? Itulah dari kekurangan agamanya.
[HR.
Bukhari]
1.
Pengertian Sahur
Sahur,
ialah makanan yang dimakan pada waktu sahar.
Sahar
menurut bahasa ialah "Nama bagi akhir suku malam dan permulaan
suku
siang".
Lawannya
ialah : Ashil, akhir suku siang.
Menurut
Az-Zamakhsyari; dinamai waktu Sahar dengan Sahar karena ia adalah waktu
berlalunya malam dan datangnya siang. Dengan demikian, jelaslah bahwa Sahar
bukanlah satu atau dua jam sebelum terbit fajar, namun yang dimaksud adalah nama
waktu pergantian siang dan malam.
Jadi
apabila kita makan pada jam 24.00 (jam 12 malam) atau sedikit setelah itu
tidaklah dapat dinamakan "Bersahur (mengerjakan makan
Sahur)".
Adapun
yang dinamakan makan Sahur sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW. pada riwayat di
bawah ini :
عَنْ
اَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص :
ثُمَّ قُمْنَا اِلىَ الصَّلاَةِ. قُلْتُ: كَمْ كَانَ قَدْ رُمَا بَيْنَهُمَا ؟
قَالَ: قَدْرَخَمْسِيْنَ ايَةً. احمد والبخارى و مسـلم.
Dari
Anas dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, "Kami pernah bersahur bersama Rasulullah
SAW. kemudian kami mengerjakan shalat (Shubuh)". Aku (Anas) bertanya kepada
Zaid. "Berapa tempo antara keduanya ?".
Zaid menjawab : "Sekadar 50 ayat
Al-Qur'an".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
2. Hikmah Sahur
Diriwayatkan
oleh Ahmad dari Abu Sa'id bahwa Nabi
SAW. bersabda :
اَلسَّحُوْرُ
بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ اَنْ يَجْرَعَ اَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ
فَاِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى اْلـمُسَحِّرِيْنَ.
احمد.
Sahur
itu suatu berkah. Maka janganlah kamu
meninggalkannya, walaupun hanya
dengan meneguk seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya
bersholawat atas orang yang bersahur.
[HR. Ahmad]
Diriwayatkan
oleh Muslim dari 'Amr bin 'Ash bahwa Rasulullah SAW.
bersabda:
فَصْلُ
مَابَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ اَهْلِ اْلكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ.
مسـلم.
Yang
membedakan antara puasa kita dengan
puasa ahli kitab ialah makan sahur.
[HR. Muslim].
3. Keraguan
Tentang Waktu Sahur
Bila
seseorang ragu apakah telah habis waktu ataukah belum, maka ia diperbolehkan
makan dan minum hingga nyata-nyata baginya bahwa waktu sahur telah
habis dan masuk waktu shubuh. Firman Allah :
وَكُلُوْا
وَاشْرَبُوْا حَتّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ
اْلأَسْوَدِ مِنَ اْلفَجْرِ. البقرة:187
Dan
makanlah, minumlah, sehingga nyata kepadamu benang putih dari pada benang hitam yaitu Fajar.
[Al Baqarah : 187]
Dari
ayat di atas jelaslah bahwa Allah memperkenankan makan dan minum, sehingga
nyata benar akan terbitnya Fajar.
4. Adab Berbuka
Diriwayatkan
oleh Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu
Dawud dari Sahl bin
'Adi, bahwa Rasulullah SAW. bersabda
:
لاَيَزَالُ
النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوااْلفِطْرَ. احمد والبخارى و مسـلم و
ابوداود.
"Senantiasalah
manusia dalam kebajikan selama mereka segera berbuka".
Diriwayatkan
oleh At Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda
:
يَقُوْلُ
اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ: اِنَّ اَحَبَّ عِبَادِى اِلَيَّ اَعْجَلُـهُمْ فِطْرًا.
الترمذى
Berfirman
Allah Azza wa jalla: --artinya-- "Yang
paling Ku sayangi dari hamba-hamba-Ku, ialah yang paling segera berbuka". [HR. Tirmidzi dari Abu
Hurairah].
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari Anas bin Malik,
katanya:
مَا
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص قَطُّ صَلَّى صَلاَةَ اْلمَغْرِبِ حَتَّى يُفْطِرَ
وَلَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ. ابن عبد البر عن انس بن مالك.
Tidak
pernah aku melihat walau sekalipun
Rasulullah SAW shalat Maghrib lebih dahulu sebelum berbuka,
walaupun hanya dengan seteguk air.
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud, Al-Hakim dan Tirmidzi dari Anas, katanya :
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يُفْطِرُ عَلَى رَطَبَاتٍ قَبْلَ اَنْ يُصَلّىَ فَاِنْ لَـمْ
تَكُنْ فَعَلَىتَمَرَاتٍ فَاِنْ لَـمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. ابوداود
والحاكم والترمذى.
Adalah
Rasulullah SAW berbuka dengan korma basah sebelum shalat (Maghrib), jika tidak
ada itu, maka beliau berbuka dengan
korma kering dan jika tak ada korma kering beliau menyendok beberapa sendok
air.
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يُحِبُّ اَنْ يُفْطِرَ عَلَى ثَلاَثِ تَـمَرَاتٍ اَوْ شَىْءٍ
لَـمْ تُصِبْهُ النَّارُ. ابو يعلى عن انس.
Adalah
Rasulullah SAW suka berbuka puasa dengan tiga biji korma atau sesuatu yang
tidak dimasak dengan api.
[HR. Abu Ya'la dari Anas]
Rasulullah
SAW bersabda :
اِذَا
اَفْطَرَ اَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَـمْرٍ، فَاِنْ لَـمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ
عَلَى مَاءٍ فَاِنَّهُ طَهُوْرٌ. ابو داود والترمذى عن سليمان بن عامر.
Apabila
berbuka seseorang kamu, maka hendaklah ia berbuka dengan korma. Jika ia
tidak memperoleh korma, hendaklah ia
berbuka dengan air, karena air itu bersih dan membersihkan.
[HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sulaiman bin 'Amir]
Kesimpulan
:
Hadits-hadits
di atas menerangkan kepada kita, bahwa apabila kita berbuka puasa maka
disunatkan untuk :
1. Menyegerakan
berbuka.
2. Sebelum shalat Maghrib kita berbuka dahulu
walaupun dengan seteguk air.
3. Berbuka dengan tiga biji korma, bila tidak
ada, dengan sesuatu makanan yang manis dan tidak dimasak dengan api. Seperti :
pisang, kates, nanas dan
lain-lain.
4. Bila tidak ada buah-buahan maka disunatkan
kita untuk berbuka dengan air.
5.
Dan dikala berbuka dituntunkan untuk membaca do'a seperti di bawah ini
:
اَللّهُمّ
لَكَ صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْنَا فَتَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. الدارقطنى عن ابن عباس.
Wahai
Tuhan kami, untuk Engkau kami berpuasa
dan dengan rezqi Engkau kami berbuka. Maka terimalah dari kami. Sesungguhnya
Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[HR. Ad-Daruquthni dari Ibnu Abbas].
Atau dengan lafadh :
ذَهَبَ
الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلاَجْرُ اِنْ شَاءَ اللهُ.ابو داود
عن ابن عمر.
Haus
telah hilang, urat-urat telah basah dan semoga pahala tetap didapatkan. Insya
Allah.
[HR. Abu Dawud dari Ibnu Umar]
~
o O o ~
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak