Ahad, 1 September 1996/17 Rabiul
Akhir 1417 Brosur No. :
844/884/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-20)
Khalid
bin Sa'id adalah seorang pemuda dari bangsa Quraisy. Setelah diketahui oleh
ayahnya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, ia pun dipanggil dan ditanyai
oleh ayahnya : "Apakah kamu sudah mengikut kepada Muhammad ? Tidakkah kamu
ketahui bahwa orang banyak tidak mau mengikut kepadanya karena ia selalu mencela
berhala-berhala mereka dan membodoh-bodohkan orang-orang pandai mereka
?".
Khalid
menjawab : "Demi Allah ! Saya telah mengikut kepada seruan Nabi Muhammad, dan
saya sungguh-sungguh percaya kepadanya".
Setelah
mendengar jawaban yang demikian itu, bapaknya sangat marah kepadanya, dan ia pun
diusir dengan kekerasan. "Pergilah kamu dari rumahku, jangan kamu ikut aku
lagi dan aku tidak akan memberi makan kepadamu untuk selama-lamanya
!"
Khalid
menjawab, "Kalau ayah tidak mau memberi makan kepadaku, maka Tuhan-lah yang
akan memberi penghidupan kepadaku".
Lalu
ia dianiaya dengan kejam dan tidak diberi makan oleh ayahnya sampai beberapa
hari. Kemudian ia keluar dari rumah bapaknya.
Selanjutnya
ia tetap mengikut Nabi SAW, dan makan minum bersama Nabi, pergi bersama Nabi dan
tidur di rumah Nabi, hingga ayahnya meninggal.
17.
Masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari
Abu
Dzarr itu namanya yang asli ialah Jundab bin Junadah, dan ia adalah seorang
kepala kabilah banu Ghifar. Kabilah ini letaknya disatu tempat yang jauhnya dari
Makkah perjalanan kurang lebih 30 hari. Pada waktu itu ia mendengar berita bahwa
di kota Makkah ada seorang laki-laki dari keturunan Quraisy yang mengaku menjadi
Nabi serta Rasul Allah, maka ia pun mengutus saudara laki-lakinya (adiknya) yang
bernama Anis, untuk pergi ke Makkah menyatakan betul atau tidaknya berita
itu.
Ia
berkata kepada adiknya : "Pergilah kamu ke lembah (kota Makkah) dengan
kendaraan onta ini, setelah sampai di sana hendaklah kamu datang kepada orang
yang mengaku menjadi Nabi serta Rasul Allah serta menerima wahyu dari langit.
Kemudian dengarkanlah semua apa yang dikatakannya dan catatlah baik-baik !
Setelah itu, hendaklah kamu lekas kembali pulang kemari, dan beritakanlah
kepadaku apa perkataan-perkataan dan pelajaran-pelajarannya
!".
Adiknya
lalu berangkat dengan berkendaraan onta ke kota tersebut. Setelah tiba di sana
dengan selamat, ia lalu mencari rumah kediaman Nabi SAW. Setelah ia
mengetahuinya, maka dengan sembunyi-sembunyi ia datang menghadap Nabi SAW lantas
mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa-apa yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada
pengikutnya.
Beberapa
hari kemudian ia pulang kembali, lalu ia laporkan kepada Abu Dzarr, tentang
apa-apa yang sudah dilihatnya dan didengarnya dari Nabi SAW. Antara lain ia
menuturkan : "Saya melihat bahwa dia selalu menyuruh kepada orang-orang yang
menjadi pengikutnya supaya mengerjakan pekerjaan yang baik dan menjauhi
pekerjaan-pekerjaan yang jahat, dan supaya masing-masing berbudi pekerti luhur.
Tambahan lagi saya mendengar darinya perkataan-perkataan/ucapan-ucapan yang
susunannya sangat mengherankan. Perkataan-perkataan itu seperti syi'ir, tetapi
bukan syi'ir".
Setelah
menerima laporan-laporan yang sedemikian itu, Abu Dzarr berkata kepada adiknya :
"Kamu tidak dapat memuaskan apa yang menjadi kehendakku. Baiklah sekarang aku
pergi sendiri ke sana. Aku hendak bertemu sendiri dengan
dia".
Akhirnya
Abu Dzarr pergi sendiri ke Makkah untuk bertemu dengan Nabi
SAW.
Pada
hari pertama, ia belum dapat bertemu dengan Nabi, ia takut menanyakan nama
beliau kepada orang lain, karena khawatir kalau-kalau orang yang akan ditanya
itu adalah orang yang memusuhi beliau. Kemudian untuk mencari Nabi SAW, pada
malam harinya ia tidur di masjid. Namun hingga pagi hari ia belum dapat bertemu
dengan Nabi, karena ia tetap tidak mau menanyakan nama beliau kepada orang lain,
dan ia tetap mencari sendiri di masjid. Demikianlah hingga hari yang ketiga.
Selama itu ia diketahui oleh shahabat 'Ali RA. dengan cara sembunyi-sembunyi.
Dan Ali mengerti, bahwa ia adalah seorang dari luar daerah. Setelah hari ketiga,
shahabat Ali bertanya kepadanya : "Hai saudara ! Sudilah kiranya saudara
memperkenalkan diri kepadaku, dari manakah asal negeri saudara ? Karena saya
mengerti bahwa saudara bukanlah orang sini. Dan apa maksud saudara datang ke
mari, karena saya lihat agaknya saudara datang ke mari dengan suatu maksud
tertentu. Cobalah saudara terangkan kepadaku !".
Maka
Abu Dzarr menjawab : "Saudara, kalau saudara mau berjanji dengan sumpah lebih
dulu kepada saya, saya sanggup menerangkan apa yang menjadi pertanyaan saudara !
Maukah saudara berjanji begitu ?".
Shahabat
Ali dengan tulus ikhlas menyanggupi yang diinginkan oleh Abu Dzarr, ialah
mengadakan perjanjian dengan sumpah kepadanya. Oleh sebab itu Abu Dzarr lalu
menerangkan asal negerinya, namanya dan maksud kedatangannya ke kota Makkah.
Setelah itu shahabat Ali dengan jujur berkata kepadanya : "Ya, betul.
Muhammad itu adalah seorang Nabi dan Rasul Allah. Maka jika saudara hendak
bertemu dengan beliau, baiklah nanti berjalan bersama dengan saya. Tetapi oleh
karena saya mengantarkan diri saudara, maka sebaiknya kalau nanti di tengah
jalan saudara menghadapi halangan, saya akan berbuat pura-pura tidak kenal
dengan saudara, dan jika saya terus berjalan dengan tidak ada rintangan,
hendaklah saudara terus mengikuti saya, sampai saya masuk ke rumah yang saya
masuki tetaplah saudara mengikuti saya".
Abu
Dzarr menjawab : "Ya. Baiklah !".
Kemudian,
Ali RA. berjalan dan Abu Dzarr mengikutinya dibelakang sampai ke rumah Nabi SAW
dengan selamat. Setelah ia dapat bertemu dengan Nabi SAW, segeralah ia percaya
dan masuk Islam.
Selanjutnya
Abu Dzarr mendapat perintah dari Nabi SAW :
اِرْجِعْ
اِلَى قَوْمِكَ فَأَخْبِرْهُمْ حَتَّى يَأْتِيَكَ اَمْرِى !
"Pulanglah
engkau pada kaummu. Lalu beritakan kepada mereka sehingga datang perintahku
kepadamu !".
Pada
waktu itu Abu Dzarr berkata dihadapan Nabi SAW : "Demi Tuhan yang diriku ada
di tangan-Nya, saya ingin menyatakan secara terang-terangan di muka orang-orang
musyrikin Quraisy, dan saya hendak berseru ditengah-tengah masjid, agar didengar
oleh mereka !".
Kemudian
keesokan harinya ia datang ke masjid, dan ditengah masjid ia berdiri dan berseru
dengan suara sekeras-kerasnya, mengucapkan :
اَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
Saya
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya.
Ia
mengucapkan demikian berkali-kali.
Setelah
orang-orang Musyrikin Quraisy mendengar suaranya itu, mereka datang
berduyun-duyun ke masjid, dan segera mengeroyok dan memukulinya dengan
sekeras-kerasnya, sehingga Abu Dzarr jatuh.
Kemudian
datanglah Abbas bin Abdul Muththalib untuk mengurus dan menolongnya. Ia dipeluk
oleh Abbas, dan Abbas berkata kepada mereka itu : "Celakalah kamu ! Apakah
kamu tidak mengerti bahwa ini adalah seorang dari qabilah Banu Ghifar, padahal
kamu tahu bahwa qabilah itu adalah suatu qabilah yang letaknya mesti kamu lalui
setiap kalian bepergian menuju ke Syam ?".
Pada
hari berikutnya Abu Dzarr datang lagi ke masjid, ditengah masjid lalu bersuara
dengan sekeras-kerasnya, membaca syahadat seperti kemarin. Maka ia dikeroyok
lagi dan dihujani pukulan oleh kaum Musyrikin Quraisy, lalu ia ditolong lagi
oleh Abbas.
Kemudian
pada keesokan harinya ia berangkat pulang ke qabilah Ghifar, setelah ia sampai
pada kaumnya, lalu menyeru ahli familinya dan kaumnya. Dengan segera adiknya
yang bernama Anis serta ibunya mengikut kepada seruannya, dan beberapa hari
kemudian separuh dari kaumnya mengikuti seruannya !
Demikianlah
riwayat masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari.
18.
Masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muththalib
Hamzah
itu adalah seorang putera Abdul Muththalib. Jadi ia adalah saudara laki-laki
(adik) dari Abdullah (ayah Nabi SAW). Tetapi dari lain ibu. Karena Abdullah dari
ibu yang bernama Fathimah, sedang Hamzah dari ibu yang bernama Halah. Kedua ibu
itu dari keturunan Quraisy juga. Sebab itu ia termasuk salah seorang dari paman
Nabi SAW yang paling muda.
Pada
suatu hari Hamzah pergi berburu, karena memang ia adalah seorang Quraisy yang
gemar berburu. Pada waktu ia kembali dari berburu, tiba-tiba ditengah jalan ia
bertemu dengan seorang budak perempuan, bernama Salma. Ia adalah budaknya
Shafiyah binti Abdul Muththalib (saudara perempuan Hamzah) yang pada waktu itu
Shafiyah sudah masuk Islam.
Budak
perempuan itu memanggil Hamzah dan berkata : "Ya, Abu 'Amarah (sebutan bagi
shahabat Hamzah) ! Jika tadi engkau mengetahui Abul-Hakam (Abu Jahal) menganiaya
anak saudara tuan, pasti tuan sangat marah kepadanya".
Mendengar
laporan Salma itu Hamzah terkejut. Lalu bertanya : "Siapa yang dianiaya oleh
Abul-Hakam ?".
Salma
menjawab : "Tidak lain dan tidak bukan, adalah
Muhammad".
Kemudian
Salma menerangkan : "Tadi, Muhammad sedang duduk seorang diri di kaki gunung
Shafa. Tiba-tiba Abul Hakam datang ke tempat itu, lantas mencaci maki dan
menghina Muhammad. Tetapi Muhammad hanya diam saja. Lantas Abul Hakam mengambil
pasir dan melempari Muhammad, Muhammad masih diam saja. Setelah itu Abul Hakam
mengambil kotoran binatang lalu dilemparkannya kepada Muhammad, namun Muhammad
masih tetap duduk dan diam, sedikitpun tidak mempedulikan perbuatan-perbuatan
Abul Hakam ! Kemudian Muhammad dipegang dan dibanting oleh Abul Hakam sehingga jatuh, lalu kepalanya diinjak-injak
sekehendaknya oleh Abul Hakam. Ketika itu saya sendiri tidak sampai hati
melihatnya, dan amat kasihan kepadanya, itulah sebabnya maka saya sampaikan
kepada tuan".
Setelah
Hamzah menerima laporan demikian itu, lalu ia berangkat ke masjid mencari Abu
Jahal, kalau-kalau ia sedang ada di sana.
Dengan
sangat marah dan dengan muka merah-padam dengan memegang panahnya yang baru saja
dipergunakan untuk berburu, ia masuk ke masjid. Dan kebetulan waktu itu Abu
Jahal sedang duduk di masjid dihadapan para pemuka dan ketua musyrikin quraisy
sedang menceriterakan perbuatannya yang baru saja dikerjakan atas diri Nabi SAW.
Maka segera Hamzah mendekatinya, dan
dengan tidak berkata sepatah katapun, ia mencabut panahnya dan terus
diletakkannya di atas kepala Abu Jahal, lantas berkata kepadanya : "Betulkah
engkau tadi mencaci maki dan menganiaya diri Muhammad ? Aku sekarang sudah
menjadi pengikutnya. Maka jika engkau berani kepada Muhammad, katakanlah
sekarang kepadaku aku tidak akan takut kepadamu. Katakanlah sekarang kepadaku
!".
Abu
Jahal menjawab dengan suara perlahan dan dengan gemetar sambil menunduk, seperti
orang ketakutan, karena ia memang takut akan panah yang diletakkan di atas
kepalanya, katanya : "Muhamamd itu terlalu. Mengapa ia sangat berani
membodoh-bodohkan orang-orang pandai kita, mengatakan bahwa orang-orang tua
kita, nenek moyang kita dan para leluhur kita itu sesat, sangat menghina barang
yang kita puja dan kita muliakan selama-lamanya, menyalahi agama kita, memecah
belah golongan kita dan memutuskan persaudaraan kita keluarga
Quraisy".
Hamzah
berkata : "Siapakah yang lebih bodoh selain dari engkau dan orang-orang
sepertimu ? Apa hasilnya selama engkau memuja batu-batu dan memuliakan selain
Allah yang nyata-nyata adalah Tuhan yang menjadikan ? Demi Allah ! Sungguh
aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah; dan aku mengakui bahwasanya
Muhammad itu Nabi serta Utusan Allah !".
Bersamaan
dengan itu Hamzah menusukkan panah tadi pada kepala Abu Jahal hingga luka,
kepala dan mukanya berlumuran darah. Saat itu seorang kawan Abu Jahal yang ada
di situ hendak membela Abu Jahal sambil berkata : "Hai Hamzah ! Engkau sangat
celaka ! Sekarang engkau sudah berani meninggalkan agama nenek moyang dan
leluhurmu !".
Hamzah
menjawab : "Siapa yang hendak melarang aku jika aku memeluk agama Muhammad ?
Aku telah mendapat kenyataan bahwa Muhammad itu Nabi dan Rasul Allah dan segala
apa yang diucapkan oleh Muhamad, aku percaya bahwa ia pasti benar. Demi Allah !
Aku tidak akan takut jika kamu hendak mencegah aku memeluk agama Muhammad
!".
Lalu
Abu Jahal berkata kepada kawan-kawannya : "Sudahlah ! Biarkanlah Hamzah itu !
Sudah, diam ! Jangan berbicara dengan Hamzah ! Orang yang sudah berganti agama,
tidak usah diajak bicara lebih panjang ! Lebih baik sekarang kita pulang saja
!".
Kemudian
Abu Jahal pulang bersama-sama dengan kawan-kawannya, dan Hamzah pun pulang
kerumahnya.
Pada
keesokan harinya Hamzah pergi ke rumah Nabi SAW. Setelah bertemu dengan pribadi
Nabi SAW lalu ia tuturkan apa yang telah diperbuatnya kemarin dan apa yang
sedang dirasakan dihatinya. Setelah Nabi SAW mendengar perkataan-perkataan
pamannya yang paling muda itu, dengan sangat gembira beliau memberikan sambutan
dengan membacakan ayat Firman Allah (Al-Qur'an) dihadapannya dan ia
mendengarkannya dengan sangat tenang dan dengan perasaan terharu dan kagum.
Setelah Nabi SAW membacakan ayat-ayat itu, lalu Hamzah berkata kepada Nabi SAW
:
اَشْهَدُ
اَنــَّكَ لَصَادِقٌ. فَأَظْهِرْ دِيْنَكَ يَا ابـْنَ اَخِى!
Aku
bersaksi bahwasanya engkau sungguh benar, maka tampakkanlah agamamu, hai anak
saudaraku !.
Pada
saat itu Nabi SAW sangat bersyukur kepada Allah SWT. atas Islamnya pamannya itu.
Sebab pada waktu itu ia sedang menjadi pemuka dari pemuda-pemuda Quraisy di
Makkah, lagi berpengaruh kepada umum. Belum ada seorang yang menandingi
kegagahan dan keberaniannya. Walaupun Abu Jahal itu termasuk seorang yang gagah
berani, tetapi ia sangat takut dan tunduk kepada Hamzah.
Dan
kenyataannya memang benar Hamzah beberapa tahun kemudian menjadi seorang di
antara tentara Allah yang disamping Nabi SAW dalam masa peperangan untuk membela
dan mempertahankan agama Allah.
Maka
dapatlah dikatakan, bahwa dengan Islamnya Hamzah ini, Nabi SAW mendapat kekuatan
yang sangat besar artinya, dan makin bertambahlah bilangan orang yang mengikut
seruan Nabi SAW.
Sehubungan
dengan itu, para ketua dan kepala musyrikin Quraisy semakin bertambah gelap mata
dan kehilangan fikiran dalam membendung dan menghalangi seruan Nabi SAW. Segala
macam upaya yang berupa ancaman, penganiayaan dan siksa yang mereka lakukan atas
sebagian besar para pengikut Nabi SAW, tidak satupun yang dapat menghambat
bertambahnya bilangan orang yang mengikut Islam, dan tidak ada satupun yang
berhasil untuk menghalang-halangi orang yang akan beriman kepada Allah dan
melakukan ibadat kepadanya !
[BERSAMBUNG]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak