Ahad, 22 September 1996/9 Jumadil Awwal 1417 Brosur No. : 847/887/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-21)
Setelah
bermacam-macam rintangan, gangguan, siksaan, hinaan, cacian, ejekan dan berbagai
tipu daya untuk merintangi Nabi SAW dan seruannya serta kepada para pengikutnya
tidak dapat menghasilkan apa yang dimaksudkan, maka mereka (kaum musyrikin
Quraisy) lalu mengadakan pertemuan untuk menunjuk seorang utusan diantara
penganjur dan pemuka-pemuka bangsa Quraisy, untuk datang menghadap Nabi SAW
dengan maksud akan memperdayakan beliau supaya beliau mau menghentikan seruannya
yang berkobar-kobar itu. Hal itu dimusyawarahkan dengan matang, siapa orang yang
hendak ditunjuk untuk menjadi utusan mereka itu. Karena mereka tahu bahwa Nabi
Muhammad SAW itu bukanlah seorang yang mudah diperdayakan.
Rapat
itu dilangsungkan di gedung Darun Nadwah dan dikunjungi oleh para penganjur dan
pemuka bangsa Quraisy (musyrikin) yang kenamaan, seperti Walid bin Mughirah,
'Utbah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin
Khalaf, Aswad bin Muththalib, Syaibah bin Rabi'ah, Zam'ah bin Aswad, Nadhar bin
Harits, Nubaih dan Munabbah bin Hajjaj, 'Abdullah bin Abu Umayyah
dll.
Dalam
rapat (pertemuan) itu, setelah dirundingkan dengan panjang lebar, maka
ditetapkan bahwa mereka akan menunjuk seorang utusan agar datang menghadap
kepada Nabi SAW untuk memperdayakan beliau.
Dan
utusan itu haruslah seorang bangsawan Quraisy, yang seimbang tingkat
kebangsawanannya dengan Nabi Muhmmad SAW, yang gagah berani, yang berbadan
tegap, yang masih agak muda, yang bermuka tampan, yang dapat bermain lidah, dan
pandai berbicara dengan lemah lembut, sehingga perkataannya dapat menarik pada
orang yang mendengarnya dan dapat memperdayakannya.
Kemudian
setelah mereka memperbincangkan, mempertimbangkan dan memperdebatkan
sepuas-puasnya, maka dengan suara bulat mereka memutuskan bahwa orang yang
dikehendaki sebagai utusan itu adalah 'Utbah bin Rabi'ah. Karena dialah yang
tepat dan sesuai jika berhadapan muka dengan Nabi SAW dan untuk berunding dengan
beliau.
Keputusan
itu diterima dengan gembira yang disertai dengan kesombongan oleh 'Utbah bin
Rabi'ah. Karena dia merasa bahwa diantara mereka hanya dialah yang mempunyai
sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak mereka.
2.
Pertemuan 'Utbah bin Rabi'ah dengan Nabi SAW yang Pertama
Setelah
'Utbah bin Rabi'ah terpilih sebagai utusan kaum Musyrikin Quraisy, maka pada
suatu hari ia datang ke rumah Abu Thalib. Setelah ia bertemu dengan Abu Thalib
(paman Nabi SAW), lalu meminta kepadanya supaya memanggil Nabi SAW ke rumahnya.
Abu Thalib lalu mengabulkan permintaan itu, dan dengan segera Abu Thalib
menyuruh seseorang untuk memanggil keponakannya. Setelah menerima panggilan itu,
maka Nabi SAW segera datang kerumah pamannya.
Nabi
SAW sama sekali tidak menyangka bahwa beliau sedang ditunggu-tunggu oleh 'Utbah
di rumah pamannya. Oleh sebab itu, setibanya di rumah Abu Thalib beliau sedikit
tercengang melihat 'Utbah ada di situ. Kemudian Nabi SAW duduk berhadapan dengan
'Utbah.
Setelah
Nabi SAW dengan 'Utbah saling berpandangan, lalu 'Utbah berkata lebih dahulu
:
"Hai
anak laki-laki saudaraku ! Engkau sesungguhnya dari golongan kami, dan engkau
telah mengetahui keadaan kita, bahwa kita bangsa Quraisy ini adalah sebaik-baik
dan semulia-mulia bangsa Arab di dalam pergaulan dan bermasyarakat, sekarang
engkau datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perkara yang besar ! Engkau
datang kepada bangsamu dengan membawa suatu perubahan yang amat berbahaya !
Tidakkah engkau merasa bahwa kedatanganmu itu telah memecah belah bangsamu yang
telah berabad-abad bersatu, dan mencerai beraikan persaudaraan bangsamu yang
telah lama sejalan, dan engkau telah membodoh-bodohkan orang-orang pandaimu,
mencaci-maki apa-apa yang telah lama dipuja-puja para orang tuamu, engkau
rendahkan apa-apa yang telah lama dimuliakan oleh nenek moyangmu dan bangsamu,
engkau cela agama yang telah beratus tahun dipeluk oleh bangsamu dan para
leluhurmu, dan engkau sesat-sesatkan pujangga-pujanggamu yang telah lewat. Kini
bangsamu telah berpecah-belah dan bergolong-golong, disebabkan oleh
perbuatanmu.
Kejadian
yang demikian itu, kini telah tersiar di negara-negara lain. Maka dari itu kami
sangat khawatir, apabila nanti bangsamu kedatangan musuh dari luar, dapatkah
kita melawan dan mempertahankan kedudukan kita ? Sudah tentu tidak dapat. Sebab
perpecahan di antara bangsamu itu kini semakin menjadi, yang tentu akan
menyebabkan kelemahan pada bangsamu sendiri.
Oleh
sebab itu, kedatanganku hari ini kepadamu, adalah atas nama bangsamu seluruhnya,
dan hendak mengajukan kepadamu beberapa hal yang besar lagi sangat penting.
Tetapi aku meminta kepadamu, bahwa sesudah aku mengatakannya, hendaklah engkau
fikir dengan tenang dan engkau perhatikan benar-benar, jangan engkau tolak
mentah-mentah belaka ! Agar supaya engkau nanti dapat menerima salah satu dari
hal-hal yang akan kukatakan. Adapun tujuan kami tidak lain dan tidak bukan,
supaya bangsamu yang mulia itu dapat bersatu kembali, seia sekata dan kembali
berdamai seperti yang sudah-sudah".
Kemudian
Nabi SAW. menjawab : "Katakanlah kepadaku segala sesuatu yang hendak engkau
katakan, hai Abul Walid ! Aku akan mendengarkannya".
'Utbah
bin Rabi'ah lalu berkata : "Saya akan bertanya lebih dahulu kepadamu Muhammad,
sebelum saya mengatakan hal-hal yang akan saya katakan itu. Adakah engkau lebih
baik daripada datukmu yang terhormat ('Abdul Muththalib)
?".
Nabi
SAW waktu itu diam, tidak menjawab sepatah kata pun, 'Utbah lalu melanjutkan
pembicaraannya : "Wahai anak laki-laki saudaraku ! Jika engkau menganggap bahwa
dirimu lebih baik daripada orang-orang tuamu dan nenek moyangmu dahulu, maka
katakanlah hal itu kepadaku, aku akan mendengarkannya. Dan jika engkau
menganggap bahwa orang-orang tuamu dan nenek moyangmu itu lebih baik daripada
engkau, padahal mereka itu dengan sungguh-sungguh menyembah dan memuliakan
Tuhan-Tuhan yang engkau caci maki serta engkau hinakan sekarang ini, maka
katakanlah hal itu kepadaku sekarang juga".
Nabi
SAW tetap diam saja.
Lantas
'Utbah melanjutkan lagi pembicaraannya : "Sekarang bagai-mana Muhammad, apa yang
menjadi kehendakmu dengan mengadakan agama baru itu ? Saya ingin tahu, Muhammad
! Jikalau dengan mengadakan agama baru itu engkau menginginkan harta benda, kami
sanggup mengumpulkan harta benda buat engkau, sehingga engkau menjadi seorang
yang paling kaya diantara kami. Jikalau engkau menghendaki kemuliaan atau
ketinggian derajat, maka kami sanggup menetapkan engkau menjadi seorang yang
paling mulia dan paling tinggi derajatnya diantara kami, dan kamilah yang akan
memuliakanmu. Jikalau engkau ingin menjadi raja, maka kami sanggup mengangkat
engkau menjadi raja kami, yang memegang kekuasaan diantara kami, yang memerintah
kami dan kami semuanya tidak akan berani memutuskan sesuatu perkara melainkan
dengan idzinmu atau dari keputusanmu. Jikalau engkau menghendaki wanita-wanita
yang paling cantik, sedang engkau tidak mempunyai kekuatan untuk mencukupi
keperluan mereka, maka kami sanggup menyediakan wanita-wanita bangsa Quraisy
yang paling cantik diatara wanita-wanita kami, dan pilihlah sepuluh orang atau
berapa saja menurut kehendakmu, dan kamilah yang akan mencukupi keperluan mereka
masing-masing, dan engkau tidak usah memikirkan keperluan mereka itu. Jikalau
engkau sedang sakit, maka kami sanggup mengikhtiarkan obat dengan harta benda
kami sampai engkau menjadi sehat kembali, sekalipun untuk itu harta benda kami
habis, asalkan engkau sehat kembali, tidak apalah. Dan jikalau engkau
menghendaki atau menginginkan hal-hal yang lain selain hal-hal itu, maka cobalah
engkau katakan kepadaku, asal engkau mau menghentikan perbuatanmu seperti yang
sudah-sudah ! Cobalah engkau katakan kepadaku, pilihlah salah satu dari hal-hal
yang telah aku katakan, mana yang engkau suka, katakanlah
padaku".
Ketika
'Utbah berkata-kata begitu, Nabi SAW diam sambil mendengarkan. Setelah itu
beliau bertanya : "Apakah sudah selesai hal-hal yang engkau katakan kepadaku
?".
'Utbah
menjawab : "Ya, saya selesaikan sekian dulu".
Lalu
Nabi SAW bersabda, "Baiklah sekarang saya minta engkau mendengarkan perkataanku,
sebagai jawaban kepadamu. Sukakah engkau mendengarkannya
?".
'Utbah
menjawab, "Baiklah katakanlah kepadaku sekarang juga !".
Nabi
SAW lalu membaca ayat-ayat Al-Qur'an firman Allah yang telah diturunkan kepada
beliau beberapa hari yang lalu :
حم،
تَنْزِيْلٌ مِّنَ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ،كـِتبٌ فُصِّلَتْ ايـتُه قُرْانـًا
عَرَبـِيًّا لِّـقَوْمٍ يَّـعْلَمُوْنَ، بَشِيْرًا وَّنــَذِيْرًا، فَاَعْرَضَ
اَكْـثَرُهُمْ فَهُمْ لاَ يَسْمَعُوْنَ. وَقَالُوْا قُلُوْبـُنَا فِيْ
اَكِـنَّةٍ مِّمَّا تَدْعُوْنـَآ اِلَيْهِ
وَ فِيْ اذَانِـنَا وَقْرٌ وَّ مِنْ بَيْنـِنَا وَ بَـيْنـِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ
اِنَّـنـَا عمِلُوْنَ. قُلْ اِنَّمَا اَنـَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يـُوْحى اِلَيَّ
اَنـَّمَآ اِلـهُكُمْ اِلهٌ وَّاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوْا اِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ،
وَ وَيـْلٌ لِّلْمُشْرِكِـيْنَ.اَلـَّذِيْنَ لاَ يـُؤْتُوْنَ الزَّكوةَ وَ هُمْ
بِاْلا خِرَةِ هُمْ كـفِرُوْنَ. اِنَّ الَّذِيْنَ امَنُوْا وَعَمِلُوا الصّلِحتِ
لَـهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ. قُلْ اَئـِـنَّكُمْ لَـتَكْـفُرُوْنَ بِالَّذِيْ خَلَقَ اْلاَرْضَ
فِى يَوْمَيْنِ وَ تَجْعَلُوْنَ لَه اَنـْدَادًا، ذلِكَ رَبُّ اْلعلَمِيْنَ.
وَجَعَلَ فِيْهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقـِهَا وَ بـرَكَ فِيْهَا وَ قَدَّرَ فِيْهَآ
اَقْوَاتـَهَا فِيْ اَرْبـَعَةِ اَيـَّامٍ سَوَآءً لِّلسَّـآئِـلِـيْنَ. ثُمَّ
اسْتَوى اِلَى السَّمَـآءِ وَ هِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَـهَا وَ لـِلاَرْضِ
ائْـتِـيَـا طَوْعًا اَوْ كَرْهًا، قَالَـتَـآ اتَـيْـنَا طَآئِعِيْنَ.
فَـقَضهُـنَّ سَبْعَ سَموَاتٍ فِيْ
يَوْمَيْنِ وَ اَوْحى فِيْ كُلِّ سَمَآءٍ اَمْرَهَا، وَ زَيـَّنَّا
السَّـمَآءَ الدُّنـْيَا بِمَصَابِيْحَ وَ حِفْظًا، ذلِكَ تَـقْدِيْرُ اْلعَزِيْزِ
اْلعَلِيْمِ. فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَـقُلْ اَنـْذَرْتُكُمْ صعِقَةً مِّثْلَ صعِقَةِ
عَادٍ وَّ ثَمُوْدَ. اِذْ جَآءَتْهُمُ الرُّ سُلُ مِنْ بَـيْنِ اَيـْدِيْهِمْ وَ
مِنْ خَلْفِهِمْ اَلاَّ تـَعْـبُدُوْا اِلاَّ
اللهَ، قَالُوْا لَوْ شَآءَ رَبـُّنَا لاَنــْزَلَ مَلـئِكَةً فَاِنـَّا
بِمَآ اُرْسِلْـتُمْ بِه كـفِرُوْنَ. فصلت:1-14
Haa
Miim, Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling (dari padanya); maka mereka tidak (mau)
mendengarkan. Mereka berkata, "Hati kami tertutup dari apa yang kamu serukan
kami kepadanya, di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada
dinding, maka berbuatlah (sekehendak kamu) sesungguhnya kami akan berbuat
(pula)". Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah
berpegang teguh kepada agama-Nya dan mohon ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan(Nya), (yaitu) orang-orang tidak
menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh, mereka mendapat
pahala yang tiada putus-putusnya". Katakanlah, "Apakah sesungguhnya patut kamu
kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagi-Nya ? (Yang bersifat) demikin itulah Tuhan semesta alam". Dan Dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia
menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi, "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa", keduanya menjawab, "Kami akan datang dengan
suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Jika mereka berpaling maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu dengan
petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan kaum Tsamud". Ketika rasul-rasul
datang kepada mereka dari depan dan dari belakang (menyerukan), "Janganlah kamu
menyembah selain Allah". Mereka menjawab, "Kalau tuhan kami menghendaki tentu
Dia akan menurunkan Malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada
wahyu yang kamu diutus membawanya". [Fushshilat
: 1 - 14].
Baru
sampai sekian Nabi SAW membaca ayat-ayat Al-Qur'an, maka dengan segera 'Utbah
memotongnya, "Cukuplah Muhammad, cukuplah sekian dulu Muhammad, cukuplah sekian
saja ! Apakah engkau dapat menjawab dan berkata dengan yang lain selain dari itu
?".
Nabi
SAW menjawab, "Tidak !".
'Utbah
bin Rabi'ah lalu diam, tidak dapat berkata lebih lanjut, semua yang hendak
dikatakan, hilang musnah dengan sendirinya, segala rencana yang hendak
dikemukakan untuk memperdayakan Nabi SAW lenyap dengan tidak disangka-sangka,
bahkan hatinya sangat tertarik oleh bacaan yang didengarnya dari Nabi SAW. Oleh
sebab itu, dengan segera ia lalu pulang ke rumahnya dengan membawa suatu
perasaan yang sebelumnya tidak pernah dirasakannya.
[Bersambung].
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak