Ahad, 31 Agustus 1997/27 Rabi'ul
Akhir 1418 Brosur No. :
898/938/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-34)
Rukanah
bin 'Abdu Yazid bin Hasyim adalah seorang jagoan gulat yang terkenal kuat,
tetapi tergolong pemuka Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW. Pada suatu hari
ia bertemu sendirian dengan Nabi SAW di satu kampung yang terletak di tepi kota
Makkah. Waktu itu Nabi SAW bertanya kepadanya, : "Hai Rukanah, apakah tidak
sebaiknya engkau takut kepada Allah dan menerima apa yang telah aku serukan
kepadamu ?".
Rukanah
menjawab dengan kasar, "Sesungguhnya jika aku mengetahui, bahwa yang engkau
katakan itu benar, tentu aku telah
menurut kepadamu !".
Nabi
SAW bersabda, "Bagaimana pendapatmu, jika aku bisa membantingmu, apakah
engkau mau mengerti bahwa yang aku
serukan itu benar ?"
Rukanah
menjawab, "Engkau akan membantingku, Muhammad ? Kalau bisa, silahkan
bantinglah aku !"
Nabi
SAW bersabda, "Berdirilah, engkau kubanting !"
Seketika
itu Rukanah berdiri dan siap untuk bergulat dengan Nabi SAW. Kemudian mereka
bergulat dengan sengitnya. Lalu Nabi SAW membantingnya hingga jatuh terbaring di
atas tanah. Rukanah tidak berdaya sedikitpun untuk membalas Nabi SAW, tetapi
masih sombong dan mengajak bergulat lagi. Oleh Nabi SAW ketika itu dilayani,
lalu beliau bergulat lagi dengannya dan ia dibanting lagi hingga jatuh. Setelah
Rukanah merasa tidak mampu melawan Nabi SAW, ia berkata, "Ini, sangat
mengherankan. Apakah engkau akan membantingku lagi, Muhammad
?"
Nabi
SAW bersabda, "Ada lagi yang lebih mengherankan dari pada itu, jika engkau
mau akan kuperlihatkan juga kepadamu. Tetapi sesudah itu, apakah engkau mau
takut kepada Allah dan menurut perintahku ?"
Rukanah
menjawab, "Ya. Apa itu ?"
Nabi
SAW berkata, "Aku akan memanggil pohon yang engkau lihat itu, biar pohon itu
datang kepadaku kemari".
Kata
Rukanah, "Baik, panggillah pohon itu !"
Nabi
SAW lalu memanggil pohon yang ditunjukkan kepada Rukanah, lalu datanglah pohon
itu hingga berdiri dihadapan beliau. Kemudian pohon itu diperintahkan lagi oleh
Nabi SAW supaya kembali ke tempatnya semula, maka pohon tadi kembali ke
tempatnya semula.
Setelah
itu Rukanah pergi kepada para kawannya dan mengatakan, "Hai para kawan
keturunan 'Abdu Manaf ! Muhammad telah melakukan sihir hingga mengalahkan semua
orang di bumi ini. Demi Allah, aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih
pintar menyihir dari padanya". Kemudian ia memberitahukan kepada
teman-temannya tentang segala yang diperbuat oleh Nabi SAW atas
dirinya.
14.
Peristiwa Abu Jahal dan Orang dari Iraasy
Pada
suatu waktu seorang laki-laki dari Iraasy atau Iraasyah datang dengan membawa
ontanya ke Makkah untuk dijual. Kemudian onta itu dibeli oleh Abu Jahal, tetapi
pembayarannya ditangguhkan. Setelah sampai beberapa hari dan sudah terlewat dari
janjinya, maka orang laki-laki tadi datang menagih Abu Jahal, namun belum juga
mau membayarnya. Maka dia datang ke tempat pertemuan para ketua Quraisy untuk
meminta tolong kepada mereka, supaya diantara mereka ada yang mau menolong untuk
memintakan uang ontanya itu kepada Abu Jahal, sedang waktu itu Nabi SAW
kebetulan duduk di masjid. Orang Iraasy itu berkata dengan suara yang agak keras
di tempat tersebut, "Wahai para ketua Quraisy, siapa diantara tuan-tuan yang
mau menolong saya untuk mengembalikan milik saya dari Abul Hakam bin Hisyam ?
Karena saya ini adalah seorang pedagang yang datang dari luar daerah.
Ambilkanlah milik saya dari tangan Abul Hakam !".
Setelah
para ketua Quraisy mendengar permintaan orang Araasy yang demikian itu lalu
mempermainkannya dengan mengatakan, "Apakah engkau melihat orang yang sedang
duduk di sana itu ?" (sambil menunjuk kepada Nabi SAW yang sedang duduk).
"Pergilah kepada orang itu, nanti dia yang akan membayarkan uangmu yang ada
di tangan Abul Hakam !".
Oleh
karena perkataan mereka itu disangka betul olehnya, maka ia segera datang kepada
Nabi SAW yang sedang duduk sendiri itu. Setelah di muka Nabi SAW, ia
menyampaikan maksudnya untuk meminta uang harga ontanya yang sudah sekian hari
dibeli oleh Abul Hakam (Abu Jahal), tetapi belum dibayar.
Maksud
para ketua Quraisy berbuat demikian itu ialah agar Nabi SAW bertengkar dan
berkelahi dengan Abu Jahal, dan beliau biar dipukul oleh Abu Jahal yang sudah
lama merencanakan hendak memukul beliau. Namun Nabi SAW setelah mendengar
perkataan orang Iraasy tadi, lalu berdiri dan pergi bersamanya ke rumah Abu
Jahal. Sesampai di rumah Abu Jahal beliau mengetok pintunya. Para ketua Quraisy
setelah melihat Nabi SAW pergi bersama orang Iraasy ke rumah Abu Jahal, mereka
menyuruh utusan supaya mengikuti dari belakang, karena ingin mengetahui akibat
yang dialami oleh Nabi SAW dari perbuatan Abu Jahal.
Abu
Jahal mendengar pintu rumahnya diketok oleh orang dengan keras, lalu ia bertanya
dari dalam, "Siapa itu ?"
Nabi
SAW menjawab, "Muhammad; keluarlah kamu". Abu Jahal membuka pintu
rumahnya lalu keluar dengan muka pucat serta ketakutan. Nabi SAW lalu berkata
kepadanya, "Berikanlah kepada orang ini hak miliknya !".
Abu
Jahal menyahut, "Baiklah ! Tunggu sebentar sampai saya membayar kepadanya
!".
Abu
Jahal terus masuk ke rumah dan mengambil uang, lalu ia keluar lagi dan membayar
harga onta yang dibelinya itu kepada orang Iraasy
tersebut.
Kemudian
Nabi SAW kembali bersama orang Iraasy dari rumah Abu Jahal, lalu beliaupun
menyuruh orang itu pulang. Tetapi orang Iraasy tadi sebelum kembali, ia datang
lebih dahulu ke tempat pertemuan para ketua Quraisy tadi untuk menyampaikan
terima kasihnya kepada mereka yang sudah memberi nasehat kepadanya sampai haknya
yang berada ditempat Abu Jahal bisa kembali penuh
kepadanya.
Kemudian
datanglah sebagian ketua Quraisy yang disuruh mengikuti dari belakang dan
mengintai apa akibat yang akan diterima oleh Nabi SAW dari perbuatan Abu Jahal
tadi ke tempat pertemuan tersebut. Setelah mereka ditanya oleh orang yang
menyuruhnya, mereka mengatakan dengan terus terang, "Sungguh amat
mengherankanku, Muhammad datang ke rumah Abu Jahal terus mengetok pintunya, lalu
keluarlah Abu Jahal dalam keadaan yang amat pucat mukanya dan kelihatan sengat
takut lalu ia disuruh membayar hutangnya dan seketika itu juga ia membayarnya di
muka Muhammad".
Kemudian
para ketua Quraisy itu bertanya kepada Abu Jahal, "Celakalah engkau hai Abul
Hakam ! Kami tidak pernah melihat seperti perbuatanmu baru-baru ini. Mengapa
engkau sampai begitu ?"
Abu
Jahal mendengar pertanyaan demikian itu lalu menyahut dengan marah,
"Celakalah kamu ! Demi Allah, ketika Muhammad mengetok pintu rumahku, aku
mendengar suaranya, maka seketika itu timbullah ketakutanku. Maka akupun keluar
untuk menemuinya, dan ketika itu pula
aku melihat di atas kepalaku telah ada seekor onta jantan yang belum pernah aku
lihat selama ini. Onta jantan itu besar kepalanya, pendek lehernya dan panjang
taringnya. Jika aku enggan, niscaya aku ditelan oleh onta
itu".
Demikianlah
kata Abu Jahal kepada mereka, dan mereka pun lalu diam.
Datangnya
Utusan Nashrani Najran, Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
1.
Kedatangan Utusan Kaum Nashrani Najran
Pada
tahun ke-sepuluh dari bi'tsah (tahun
kenabian), dan belum selang sebulan dari hari kebebasan Nabi SAW dari
bencana pemboikotan di dalam syi'ib, tiba-tiba beliau kedatangan dua puluh orang
utusan dari kaum Nashrani Najran. Mereka memerlukan datang ke Makkah untuk
menghadap Nabi SAW dengan tujuan hendak membuktikan dengan mata kepala sendiri :
Betulkah pribadi beliau itu seorang Nabi serta Rasul Allah ? Karena
mereka di Najran telah mendengar berita yang disiarkan oleh ummat Islam yang
berhijrah ke negeri Habsyi, bahwa Nabi dan Rasul Allah yang diberitakan
(dinubuwatkan) dalam kitab suci mereka (Injil) telah dibangkitkan di kota
Makkah, dan telah menyiarkan seruannya di tengah-tengah
bangsanya.
Setiba
di kota Makkah, secara diam-diam mereka mencari Nabi SAW. Kemudian bertemu
dengan Nabi SAW di masjid, lalu mereka duduk bersama-sama Nabi SAW dan
bercakap-cakap serta menyampaikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Dan mereka
(para utusan Najran) tadi meneliti dan memperhatikan benar-benar sifat-sifat
pada diri Nabi SAW dan dicocokkan dengan apa yang telah diketahuinya dalam kitab
suci mereka.
Setelah
selesai memperhatikan sifat-sifat yang ada pada Nabi SAW dan selesai
membicarakan segala sesuatu yang mereka kehendaki pada beliau, lalu beliau
menyampaikan kepada mereka masing-masing supaya mau mengikut seruan beliau. Dan
beliau membacakan beberapa ayat Al-Qur'an kepada mereka. Setelah mereka
mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca itu, mengalirlah air mata
mereka.
2.
Kaum Nasrani Najran Masuk Islam
Kemudian
dengan tulus ikhlas mereka mengikut seruan Nabi SAW dan beriman kepada beliau.
Karena mereka insaf bahwa apa yang diketahuinya dalam kitab suci mereka (Injil),
sesuai dengan apa yang mereka lihat dengan mata kepala tentang sifat-sifat yang
ada pada diri Nabi SAW.
Setelah
mereka berdiri dan pergi dari hadapan Nabi SAW, Abu Jahal dan kawan-kawannya
yang sejak semula menyaksikan mereka dari tempat pertemuan para pembesar Quraisy
menyambut dengan perkataan yang sangat keji dan menyakitkan hati. Antara lain
Abu Jahal berkata, "Aku belum pernah tahu orang yang datang dari luar negeri
yang lebih bodoh, lebih tolol dan lebih celaka daripada kamu semua ! Kamu
disuruh oleh kaum dan bangsamu, supaya kamu menyatakan adanya berita yang
menerangkan ada seorang laki-laki yang akalnya berobah, ingatannya telah rusak,
otaknya sudah miring, yang mengaku menjadi Nabi dan Rasul Allah. Kedatangan kamu
kemari, dengan tidak bertanya-tanya lebih dulu kepada kami, lalu dengan
terburu-buru kamu percaya kepada Muhammad, padahal ia seorang pendusta belaka.
Kami lebih tahu siapa Muhammad itu. Karena kamilah yang lebih dekat dengan
Muhammad daripada kamu. Mengapa kamu terburu percaya kepadanya ? Sekarang kamu
telah menjadi pengikutnya sehingga kamu berani meninggalkan agama nenek moyangmu
yang benar dan agama yang dipeluk oleh kaum dan bangsamu. Dan Allah akan
mencelakakan kamu ! Dan tidak ada orang yang lebih tolol daripada kamu,
sekalian".
Perkataan
Abu Jahal yang semacam itu dijawab oleh sebagian mereka dengan lemah lembut,
"Ya, kami tidak akan membodoh-bodohkan kamu. Kamu hendaklah mengerjakan
agamamu, dan kami hendak mengerjakan agama kami. Mudah-mudahan kamu selamat.
Kami tidak akan mengikut orang-orang yang bodoh !".
Kemudian
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
اَلــَّذِيـْنَ
اتَـيْنهُمُ اْلكِتبَ مِنْ قَـبْلـِه هُمْ بِه يُـؤْمـِنُوْنَ. وَ اِذَا يُتْلى
عَلَـيْهِمْ قَالُوْآ امَنَّا بِه اِنَّـهُ اْلحَقُّ مِنْ رَّبــِّنَـآ اِنَّـا
كُـنَّا مِنْ قَـبْلـِه مُسْلـِمِيْنَ. اُولـئِكَ يُـؤْتَـوْنَ اَجْرَهُمْ
مَرَّتَـيْنِ بِمَا صَبَرُوْا وَ يَدْرَءُوْنَ بِاْلحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَ
مِمَّا رَزَقْـنـهُمْ يُـنْـفِـقُوْنَ. وَ اِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا
عَنْهُ وَ قَالُـوْا لَـنَآ اَعْمَالُـنَا وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ، سَلمٌ
عَلَـيْكُمْ، لاَ نَـبْتَغِى اْلجهِلـِيْنَ. القصص:52-55
Orang-orang
yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelum Al-Qur'an, mereka
beriman (pula) dengan Al-Qur'an itu. Dan apabila dibacakan (Al-Qur'an itu)
kepada mereka, mereka berkata, "Kami beriman kepadanya; sesugguhnya Al-Qur'an
itu suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah
orang-orang yang membenarkan(nya). Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan
keshabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian
dari apa yang telah Kami rezqikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Dan apabila
mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya
dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, selamat
tinggal bagimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
jahil".
[Al-Qashash
: 52 - 55]
2.
Kematian Paman Beliau Abu Thalib
Belum
berapa lama Nabi SAW dan segenap pengikut beliau bebas dari bencana pemboikotan,
dengan tiba-tiba wafatlah paman beliau yang sangat beliau cintai, yaitu Abu
Thalib. Beliau sangat cinta kepada paman beliau ini, karena dialah satu-satunya
paman yang sangat berjasa kepada beliau, baik diwaktu beliau masih kecil maupun
dikala telah dewasa, dan selanjutnya sampai menjadi Nabi dan Rasul
Allah.
Abu
Thalib pun sangat cinta kepada diri Nabi SAW; dan demikian besar pembelaan Abu
Thalib atas beliau SAW dikala mendapat ancaman dari fihak kepala-kepala dan
pembesar-pembesar Quraisy. Oleh sebab itu, Nabi SAW selalu ingat akan jasa paman
beliau yang tidak sedikit.
Dikala
Abu Thalib telah sakit keras, Nabi SAW berulang kali datang ke rumahnya untuk
mengajak supaya mau menyatakan pengakuannya di muka beliau bahwa, "Tidak ada
Tuhan melainkan Allah". Akan tetapi permintaan dan ajakan Nabi SAW yang
sebaik dan seluhur itu tetap tidak diikut hingga sampai ajalnya. Dengan demikian
dapatlah dikatakan, bahwa Abu Thalib meninggal masih tetap mengikut agama Abdul
Muththalib.
Dikala
itu Nabi SAW insyaf, bahwa pamannya yang begitu besar jasanya itu wafat masih
dalam mengikut agama datuknya (Abdul Muththalib), ialah agama menyembah berhala,
maka dari itu beliau lalu bersabda :
وَ
اللهِ، َلاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ اُنــْهَ عَنْكَ.
"Demi
Allah ! Sungguh aku akan memohonkan ampunan kepada Allah untuk engkau pamanku,
selama aku tidak dilarang".
Maka
ketika itu Allah menurunkan wahyu kepada beliau :
مَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَ الَّذِيـْنَ امَنُوْآ اَنْ يَـسْتَغْفِرُوْا
لِلْمُشْرِكِـيْنَ وَ لَوْ كَانُـوْآ اُولـِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا تَـبَـيَّنَ
لَـهُمْ اَنــَّهُمْ اَصْحَابُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabat
(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu penghuni
neraka Jahanam".
[At-Taubah
: 113]
Oleh
sebab itu ketika itu Nabi SAW tidak jadi memohonkan ampun kepada Allah untuk
pamannya (Abu Thalib), dan selanjutnya beliau lalu menerima wahyu dari Allah
:
اِنَّكَ
لاَ تَـهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَ لكِنَّ اللهَ يَـهْدِيْ مَنْ يـَّشَآءُ، وَ هُوَ
اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيـْنَ. القصص:56
Sesunggunya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
[Al-Qashash : 56]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak