POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-37) 13. Nabi SAW Kembali ke Makkah Dengan Mendapat Perlindungan Muth'im bin 'Ady

Posted by

Ahad, 09 Nopember 1997/8 Rajab 1418                       Brosut No. : 906/946/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-37)

    13.  Nabi SAW Kembali ke Makkah Dengan Mendapat Perlindungan Muth'im bin 'Ady
Setelah singgah di Bathnu Nakhlah, kemudian Nabi SAW bersama Zaid bin Haritsah melanjutkan perjalanannya pulang ke kota Makkah dengan perasaan susah dan lelah.
Dan karena beliau ketika berangkat ke Thaif dengan sembunyi-sembunyi, tidak setahu para kepala dan ketua Quraisy di Makkah, lebih-lebih bepergian beliau itu dengan tujuan untuk mencari penolong dan pembela kepada pembesar-pembesar di Thaif, maka sudah tentu telah diketahui oleh para kepala dan ketua Quraisy di Makkah. Oleh sebab itu, para kepala dan ketua Quraisy pun telah memutuskan dengan suara bulat dalam permusyawaratan mereka, bahwa Nabi SAW tidak akan diperkenankan lagi kembali (pulang) dan bertempat tinggal di Makkah, terutama bertetangga dengan kaum Quraisy. Nabi SAW pada waktu itu juga telah merasa bahwa para kepala Quraisy tentu telah memutuskan demikian atas diri beliau, maka beliau merasa tidak mungkin dapat masuk kembali ke kota Makkah dan bertempat tinggal di kampungnya yang semula; kecuali jika mendapat perlindungan (jaminan) dari salah seorang kepala Quraisy yang terkemuka di Makkah. Oleh sebab itu ketika perjalanan beliau sampai di dekat gunung Hira', beliau lalu mendatangi seorang kenalan beliau yang bernama Abdullah bin Uraiqith; dan beliau lalu menyuruhnya supaya pergi ke Makkah untuk bertemu dengan Akhnas bin Syuraiq, seorang ketua Quraisy di Makkah, supaya dia mau memberi perlindungan dan menjamin keselamatan diri beliau untuk masuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Oleh Akhnas, permintaan itu ditolak; dia tidak sanggup menjamin atau melindungi diri Nabi SAW untuk bertempat tinggal di Makkah. Kemudian Nabi SAW menyuruhnya lagi untuk meminta perlindungan kepada Suhail bin 'Amr; tetapi Suhail pun tidak sanggup dan menolak permintaan itu. Kemudian Abdullah bin Uraiqith disuruh lagi oleh Nabi SAW supaya datang menemui Muth'im bin 'Ady salah seorang kepala Quraisy juga, agar dia mau memberi perlindungan kepada diri beliau untuk masuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Setelah Abdullah bin Uraiqith bertemu dengan Muth'im, lalu ia menyampaikan permintaan beliau, maka oleh Muth'im permintaan itu diterima dengan baik.
Muth'im berkata : "Baiklah ! Saya sanggup melindungi Muhammad untuk kembali ke Makkah dan bertempat tinggal dirumahnya semula. Sampaikanlah hal ini kepadanya !".
Demikianlah kesanggupan Muth'im terhadap permintaan Nabi SAW yang sesungguhnya tidak disangka-sangka sebelumnya.
Nabi SAW setelah menerima jawaban yang melegakan itu, lalu segera memberitahukan kepadanya tentang hari kedatangannya ke Makkah. Dan Muth'im seketika itu juga memberitahukan kepada segenap kawannya (ketua-ketua dan kepala-kepala musyrikin Quraisy), bahwa dia memberi perlindungan atas diri Muhamnmad untuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Dan mereka dimintanya; Jangan mengganggu kedatangan Nabi SAW dan jangan pula berbuat yang menyakitkan hatinya, dan supaya beliau dibiarkan kembali dan bertempat tinggal di Makkah.
Pemberitahuan itu diterima dan didengarkan baik-baik oleh mereka.
Kemudian, pada hari esoknya, disiapkanlah segenap kaumnya Muth'im bin 'Ady dengan bersenjata untuk menjemput kedatangan Nabi SAW di luar kota Makkah. Ketika itu Nabi SAW besama shahabat Zaid bin Haritsah dijemput dan disambut oleh Muth'im bersama pasukan kecil dari kaumnya, lalu beliau masuk ke kota Makkah dengan selamat. Sesampainya di kota Makkah, Nabi SAW segera masuk ke masjid dan terus mengerjakan thawaf di sekeliling Ka'bah. Sewaktu beliau thawaf, Muth'im dengan segenap anak buahnya yang ikut menjemput tadi menjaganya dengan bersenjata, agar jangan sampai ada seorangpun yang berani mengganggu beliau.
Oleh karena Muth'im bertindak sedemikian baiknya terhadap diri Nabi SAW, maka seorang kepala Quraisy yang bernama Abu Sufyan bin Harb bertanya : "Hai Muht'im apakah kamu sekarang ini melindungi diri Muhammad saja ataukah kamu telah mengikut kepadanya ?".
Muth'im menjawab : "Saya hanya melindungi dia".
Abu Sufyan berkata, "Jika demikian, engkau seorang yang tidak merusak tetanggamu".
Kemudian setelah selesai Thawaf Nabi SAW pulang ke rumah, dan bertempat tinggal lagi di kampungnya dengan aman dan tenteram, tidak ada seorangpun yang berani mengganggu beliau.
14.  Kedatangan Kepala Qabilah Ad-Dausiy
Diriwayatkan, Setelah beberapa hari dari kedatangan Nabi SAW dari Tha'if, maka pada suatu hari datanglah seorang kepala kaum qabilah Ad-Dausiy, bernama Thufail bin 'Amr Ad-Dausiy ke Makkah. Dia selain seorang kepala qabilah Ad-Dausiy juga seorang yang pandai tentang sya'ir, mahir menyusun sajak dan mengarang sya'ir dengan bahasa Arab yang tinggi serta indah.
Dia datang ke Makkah untuk membuktikan adanya berita-berita yang telah didengarnya dan tersiar dimana-mana, bahwa di kota Makkah ada seorang dari keturunan Quraisy yang mempunyai ucapan-ucapan yang luar biasa. Yakni, jika berkata adalah dengan susunan kata yang sangat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya, sehingga banyak orang yang tertarik dan terpengaruh kepadanya.
Sebagai seorang pembesar qabilah dan kepala suatu kaum, maka sebelum ia berangkat menuju ke Makkah, lebih dahulu memberitahukan (mengirim khabar) kepada para pemuka dan kepala bangsa Quraisy di Makkah tentang kedatangannya ke Makkah, yaitu pada hari dan bulan yang telah ditentukannya. Oleh sebab itu, pada hari kedatangannya, oleh para kepala dan pembesar Quraisy diadakan sambutan meriah sebagai penghormatan kepadanya.
Oleh karena tujuan kedatangannya ke Makkah itu tidak diberitahukan maka dengan sendirinya para kepala dan pembesar Quraisy juga tidak mengerti, bahwa kedatangannya itu ingin membuktikan kebenaran berita-berita yang telah didengarnya itu yaitu ingin mendengarkan perkataan-perkataan yang diucapkan oleh Nabi SAW.
Setelah dua atau tiga hari Thufail bertamasya dan bertemu dengan para kepala dan pembesar Quraisy di Makkah, maka pada suatu malam dalam suatu pertemuan dengan mereka, tiba-tiba Thufail bertanya kepada mereka tentang keadaan orang yang telah tersiar beritanya yaitu seorang dari keturunan Quraisy, yang apabila berkata dengan perkataan-perkataan yang susunan katanya dapat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya.
Memang ketika itu dia belum mengerti bahwa orang yang telah tersiar beritanya sampai ke mana-mana itu, adalah seorang yang telah mengaku dirinya Nabi dan Rasul Allah, yang tengah dibenci dan dimusuhi oleh bangsanya, diperlakukan sewenang-wenang oleh kebanyakan dari familinya. Oleh sebab itu, maka ketika Thufail bertanya kepada para kepala Quraisy tentang hal keadaan pribadi Nabi SAW lalu oleh salah seorang di antara mereka menjawab : "Hai Thufail, egkau telah datang kemari dengan selamat, tidak ada halangan suatu apa, dan tidak ada kekurangan suatu apa dalam kami menghormati engkau. Tetapi sekarang engkau menanyakan kepada kami tentang seorang laki-laki dari gologan kami (bangsa Quraisy) yang jika berkata, perkataannya sangat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya. Tentang itu ketahuilah olehmu, bahwa orang laki-laki yang kau tanyakan itu memang betul ada di kota Makkah ini, dan benar juga ia dari golongan kaum Quraisy. Akan tetapi hendaknya engkau ketahui juga bahwa ia adalah seorang yang suka berbuat perbuatan yang menimbulkan perselisihan di antara kami, lalu dari perselisihan itu menimbulkan perpecahan diantara kami, dan akhirnya dapat membawa permusuhan diantara kami satu sama lain".
Selanjutnya dikatakan pula oleh salah seorang dari fihak quraisy yang lain : "Adapun perkataan-perkataan yang dikatakannya itu memang benar dapat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya, tetapi ketahuilah olehmu, bahwa perkataannya dan segala sesuatu yang diucapkannya itu adalah sihir yang tajam, yang dapat mempengaruhi siapapun yang mendengarnya. Karena itu ia dapat memisahkan antara seseorang dan orang tuanya, menceraikan seorang isteri dan suaminya, dapat memutuskan persaudaraan antara seseorang dan seseorang lainnya dan demikianlah selanjutnya. Oleh sebab itu, jika engkau menginginkan bertemu dengan dia, kami sangat khawatir terhadap dirimu dan kaummu. Dan untuk menjaga keselamatan dirimu maka sebaiknya janganlah engkau datang kepadanya, dan jangan pula engkau sampai mendengarkan perkataan-perkataannya".
Kemudian Thufail dengan tegas menjawab : "Demi Allah ! Oleh karena kedatangan saya kemari ini memang sengaja ingin bertemu dengan dia dan mau mendengarkan sebahagian dari perkataan-perkataannya, sedang kamu sekalian agaknya tidak memperkenankan saya akan melanjutkan demikian, maka saya berpendapat, bahwa cara yang sebaik-baiknya bagi saya begini, "Saya akan mengetahui roman mukanya saja barang sebentar, dan saya tidak akan berbicara dengan dia; dan telinga saya akan saya sumbat dengan kapas, agar tidak dapat mendengar apa yang dikatakannya".
Setelah mereka mendengar jawaban Thufail yang sedemikian itu, terpaksalah mereka memperkenankannya.
Kemudian pada keesokan harinya kedua telinga Thufail disumbat dengan kapas sepenuhnya, lalu ia berangkat ke Masjid bersama seorang suruhan kaum Quraisy untuk menunjukkannya. Ketika itu justru Nabi SAW tengah mengerjakan shalat di sisi Ka'bah, lalu Thufail mendekatkan dirinya dengan sengaja untuk melihat roman muka beliau. Setelah mendekat kepada tempat shalat beliau, kebetulan beliau tengah membaca ayat-ayat Al-Qur'an di dalam shalatnya. Sebab itu ia pun mendengar suara bacaan ayat-ayat yang sedang dibaca oleh beliau.
Setelah Thufail mendengar ayat-ayat yang di baca oleh Nabi SAW dengan suara nyaring yang susunan katanya sangat jelas terdengar di telinganya, maka diapun terus mendengarkannya. Lalu timbullah perasaan dalam hati, "Alangkah indahnya perkataan-perkataan itu".
Demikianlah perasaan yang timbul dari dalam hati Thufail. Dan selanjutnya ia berkata di dalam hati, "Saya tidak akan takut. Apa yang menghalang-halangi saya, jika saya mendengarkan apa-apa yang dibaca oleh orang itu ? Maka barang yang baik, sudah tentu akan saya terima, dan barang yang jelek sudah tentu akan saya lempar. Dan siapa yang akan merintangi saya, jika saya mengenalkan diri kepada orang itu, lalu saya dapat belajar kepadanya akan sesuatu yang belum saya ketahui ? Istimewa pula jika saya dapat mempelajari akan rangkaian kata-kata seperti kata-kata yang diucapkannya itu".
Demikianlah kata Thufail di dalam hatinya ketika mendengar ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi SAW dalam shalatnya itu, sambil menanti beliau selesai dari shalatnya.
15.  Islamnya Thufail Ad-Dausiy
Nabi SAW sehabis shalat, lalu pulang ke rumah sebagaimana biasa. Thufail dengan diam-diam mengikuti dari belakang dengan tidak diketahui oleh beliau. Setelah beliau sampai ke rumah, Thufail segera ikut masuk ke rumah beliau, lalu memperkenalkan diri, lalu iapun dipersilahkan duduk. Sesudah itu dia berkata kepada Nabi SAW : "Ya Muhammad, kedatangan saya kemari ini adalah sengaja ingin bertemu denganmu dan ingin mendengarkan bacaan-bacaan yang biasa kau bacakan kepada orang banyak. Akan tetapi semalam ketika saya bertemu dengan para saudara dan pemukamu, saya menceritakan kepada mereka akan tujuan saya itu, tetapi mereka semuanya tidak memperkenankan saya bertemu denganmu dan mendengarkan bacaan-bacaanmu. Lalu saya terpaksa akan melihat wajahmu saja, dengan tidak mendengarkan bacaan-bacaanmu, maka kedatangan saya sekarang ini dengan tersumbat kedua telinga saya dengan kapas".
Demikianlah kata Thufail kepada Nabi SAW dan akhirnya ia mengemukakan permintaan kepada beliau, supaya beliau membacakan beberapa ayat yang biasa dibaca beliau, dan dia siap-sedia untuk mendengarkannya.
Setelah mendengar permintaan itu, dengan senang hati Nabi SAW mengabulkan permintaannya, lalu beliau membacakan beberapa wahyu Allah.
Menurut riwayat, ketika itu Nabi SAW membaca ayat-ayat :
بِسْمِ اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ، اَللهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَـلـِدْ وَ لَمْ يُـوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَّه كُـفُوًا اَحَدٌ.الاخلاص:1-4
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Dia lah Allah, Yang Maha Esa. Allah Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada beranak dan tiada diperanakkan, dan tiada seorangpun yang setara dengan-Nya. [Al-Ikhlash : 1 - 4]
بِسْمِ اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ اْلـفَـلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَـلَقَ. وَ مِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَ مِنْ شَرِّ الـنَّـفَّـاثَـاتِ فِى اْلـعُـقَدِ. وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ. الفلق:1-5
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. [Al-falaq : 1 - 5]
بِسْمِ اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّـاسِ. مَلـِكِ النَّـاسِ. اِلهِ النَّـاسِ. مِنْ شَرِّ اْلوَسْوَاسِ اْلخَـنَّاسِ. اَلــَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّـاسِ. مِنَ اْلجـِنَّةِ وَ النَّـاسِ. الناس:1-6
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia. Raja-nya manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam hati manusia, dari jin dan manusia. [An-Naas : 1 - 6]
Setelah Thufail mendengar bacaan ayat-ayat tersebut, ia berkata di hadapan Nabi SAW : "Demi Allah ! Aku belum pernah mendengar bacaan yang lebih bagus dari pada ini, dan aku belum pernah mendengar urusan yang lebih lurus dari padanya".
Dan seketika itu juga ia masuk Islam dengan penuh keikhlasan.
Kemudian Thufail berkata kepada Nabi SAW : "Wahai Nabi Allah ! Sesungguhnya aku ini adalah seorang yang dithaati oleh kaumku, dan aku akan kembali kepada mereka, maka aku akan mengajak mereka kepada Islam; maka dari itu do'akanlah kepada Allah, semoga Allah memberi pertolongan kepadaku untuk mengajak mereka".
Nabi SAW lalu berdo'a kepada Allah SWT :
اَللّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا.
"Ya Allah, berilah petunjuk kepada golongan Daus !"
Selanjutnya beliau bersabda :
اِذْهَبْ اِلَى قَـوْمـِكَ فَادْعُـهُمْ اِلَى اْلاِسْلاَمِ.
"Kembalilah kamu kepada kaummu, lalu ajaklah mereka itu kepada Islam".
Thufail lalu pulang, dan sesampai kepada qabilahnya lalu dia mengajak famili dan kaumnya supaya masuk Islam.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: Mei 07, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak