Ahad, 09 Nopember 1997/8 Rajab 1418 Brosut No. :
906/946/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-37)
Setelah
singgah di Bathnu Nakhlah, kemudian Nabi SAW bersama Zaid bin Haritsah
melanjutkan perjalanannya pulang ke kota Makkah dengan perasaan susah dan
lelah.
Dan
karena beliau ketika berangkat ke Thaif dengan sembunyi-sembunyi, tidak setahu
para kepala dan ketua Quraisy di Makkah, lebih-lebih bepergian beliau itu dengan
tujuan untuk mencari penolong dan pembela kepada pembesar-pembesar di Thaif,
maka sudah tentu telah diketahui oleh para kepala dan ketua Quraisy di Makkah.
Oleh sebab itu, para kepala dan ketua Quraisy pun telah memutuskan dengan suara
bulat dalam permusyawaratan mereka, bahwa Nabi SAW tidak akan diperkenankan lagi
kembali (pulang) dan bertempat tinggal di Makkah, terutama bertetangga dengan
kaum Quraisy. Nabi SAW pada waktu itu juga telah merasa bahwa para kepala
Quraisy tentu telah memutuskan demikian atas diri beliau, maka beliau merasa
tidak mungkin dapat masuk kembali ke kota Makkah dan bertempat tinggal di
kampungnya yang semula; kecuali jika mendapat perlindungan (jaminan) dari salah
seorang kepala Quraisy yang terkemuka di Makkah. Oleh sebab itu ketika
perjalanan beliau sampai di dekat gunung Hira', beliau lalu mendatangi seorang
kenalan beliau yang bernama Abdullah bin Uraiqith; dan beliau lalu menyuruhnya
supaya pergi ke Makkah untuk bertemu dengan Akhnas bin Syuraiq, seorang ketua
Quraisy di Makkah, supaya dia mau memberi perlindungan dan menjamin keselamatan
diri beliau untuk masuk kembali dan bertempat tinggal di Makkah. Oleh Akhnas,
permintaan itu ditolak; dia tidak sanggup menjamin atau melindungi diri Nabi SAW
untuk bertempat tinggal di Makkah. Kemudian Nabi SAW menyuruhnya lagi untuk
meminta perlindungan kepada Suhail bin 'Amr; tetapi Suhail pun tidak sanggup dan
menolak permintaan itu. Kemudian Abdullah bin Uraiqith disuruh lagi oleh Nabi
SAW supaya datang menemui Muth'im bin 'Ady salah seorang kepala Quraisy juga,
agar dia mau memberi perlindungan kepada diri beliau untuk masuk kembali dan
bertempat tinggal di Makkah. Setelah Abdullah bin Uraiqith bertemu dengan
Muth'im, lalu ia menyampaikan permintaan beliau, maka oleh Muth'im permintaan
itu diterima dengan baik.
Muth'im
berkata : "Baiklah ! Saya sanggup melindungi Muhammad untuk kembali ke Makkah
dan bertempat tinggal dirumahnya semula. Sampaikanlah hal ini kepadanya
!".
Demikianlah
kesanggupan Muth'im terhadap permintaan Nabi SAW yang sesungguhnya tidak
disangka-sangka sebelumnya.
Nabi
SAW setelah menerima jawaban yang melegakan itu, lalu segera memberitahukan
kepadanya tentang hari kedatangannya ke Makkah. Dan Muth'im seketika itu juga
memberitahukan kepada segenap kawannya (ketua-ketua dan kepala-kepala musyrikin
Quraisy), bahwa dia memberi perlindungan atas diri Muhamnmad untuk kembali dan
bertempat tinggal di Makkah. Dan mereka dimintanya; Jangan mengganggu kedatangan
Nabi SAW dan jangan pula berbuat yang menyakitkan hatinya, dan supaya beliau
dibiarkan kembali dan bertempat tinggal di Makkah.
Pemberitahuan
itu diterima dan didengarkan baik-baik oleh mereka.
Kemudian,
pada hari esoknya, disiapkanlah segenap kaumnya Muth'im bin 'Ady dengan
bersenjata untuk menjemput kedatangan Nabi SAW di luar kota Makkah. Ketika itu
Nabi SAW besama shahabat Zaid bin Haritsah dijemput dan disambut oleh Muth'im
bersama pasukan kecil dari kaumnya, lalu beliau masuk ke kota Makkah dengan
selamat. Sesampainya di kota Makkah, Nabi SAW segera masuk ke masjid dan terus
mengerjakan thawaf di sekeliling Ka'bah. Sewaktu beliau thawaf, Muth'im dengan
segenap anak buahnya yang ikut menjemput tadi menjaganya dengan bersenjata, agar
jangan sampai ada seorangpun yang berani mengganggu
beliau.
Oleh
karena Muth'im bertindak sedemikian baiknya terhadap diri Nabi SAW, maka seorang
kepala Quraisy yang bernama Abu Sufyan bin Harb bertanya : "Hai Muht'im
apakah kamu sekarang ini melindungi diri Muhammad saja ataukah kamu telah
mengikut kepadanya ?".
Muth'im
menjawab : "Saya hanya melindungi dia".
Abu
Sufyan berkata, "Jika demikian, engkau seorang yang tidak merusak
tetanggamu".
Kemudian
setelah selesai Thawaf Nabi SAW pulang ke rumah, dan bertempat tinggal lagi di
kampungnya dengan aman dan tenteram, tidak ada seorangpun yang berani mengganggu
beliau.
14. Kedatangan Kepala Qabilah
Ad-Dausiy
Diriwayatkan,
Setelah beberapa hari dari kedatangan Nabi SAW dari Tha'if, maka pada suatu hari
datanglah seorang kepala kaum qabilah Ad-Dausiy, bernama Thufail bin 'Amr
Ad-Dausiy ke Makkah. Dia selain seorang kepala qabilah Ad-Dausiy juga seorang
yang pandai tentang sya'ir, mahir menyusun sajak dan mengarang sya'ir dengan
bahasa Arab yang tinggi serta indah.
Dia
datang ke Makkah untuk membuktikan adanya berita-berita yang telah didengarnya
dan tersiar dimana-mana, bahwa di kota Makkah ada seorang dari keturunan Quraisy
yang mempunyai ucapan-ucapan yang luar biasa. Yakni, jika berkata adalah dengan
susunan kata yang sangat menarik hati dan mengena perasaan orang yang
mendengarnya, sehingga banyak orang yang tertarik dan terpengaruh
kepadanya.
Sebagai
seorang pembesar qabilah dan kepala suatu kaum, maka sebelum ia berangkat menuju
ke Makkah, lebih dahulu memberitahukan (mengirim khabar) kepada para pemuka dan
kepala bangsa Quraisy di Makkah tentang kedatangannya ke Makkah, yaitu pada hari
dan bulan yang telah ditentukannya. Oleh sebab itu, pada hari kedatangannya,
oleh para kepala dan pembesar Quraisy diadakan sambutan meriah sebagai
penghormatan kepadanya.
Oleh
karena tujuan kedatangannya ke Makkah itu tidak diberitahukan maka dengan
sendirinya para kepala dan pembesar Quraisy juga tidak mengerti, bahwa
kedatangannya itu ingin membuktikan kebenaran berita-berita yang telah
didengarnya itu yaitu ingin mendengarkan perkataan-perkataan yang diucapkan oleh
Nabi SAW.
Setelah
dua atau tiga hari Thufail bertamasya dan bertemu dengan para kepala dan
pembesar Quraisy di Makkah, maka pada suatu malam dalam suatu pertemuan dengan
mereka, tiba-tiba Thufail bertanya kepada mereka tentang keadaan orang yang
telah tersiar beritanya yaitu seorang dari keturunan Quraisy, yang apabila
berkata dengan perkataan-perkataan yang susunan katanya dapat menarik hati dan
mengena perasaan orang yang mendengarnya.
Memang
ketika itu dia belum mengerti bahwa orang yang telah tersiar beritanya sampai ke
mana-mana itu, adalah seorang yang telah mengaku dirinya Nabi dan Rasul Allah,
yang tengah dibenci dan dimusuhi oleh bangsanya, diperlakukan sewenang-wenang
oleh kebanyakan dari familinya. Oleh sebab itu, maka ketika Thufail bertanya
kepada para kepala Quraisy tentang hal keadaan pribadi Nabi SAW lalu oleh salah
seorang di antara mereka menjawab : "Hai Thufail, egkau telah datang kemari
dengan selamat, tidak ada halangan suatu apa, dan tidak ada kekurangan suatu apa
dalam kami menghormati engkau. Tetapi sekarang engkau menanyakan kepada kami
tentang seorang laki-laki dari gologan kami (bangsa Quraisy) yang jika berkata,
perkataannya sangat menarik hati dan mengena perasaan orang yang mendengarnya.
Tentang itu ketahuilah olehmu, bahwa orang laki-laki yang kau tanyakan itu
memang betul ada di kota Makkah ini, dan benar juga ia dari golongan kaum
Quraisy. Akan tetapi hendaknya engkau ketahui juga bahwa ia adalah seorang yang
suka berbuat perbuatan yang menimbulkan perselisihan di antara kami, lalu dari
perselisihan itu menimbulkan perpecahan diantara kami, dan akhirnya dapat
membawa permusuhan diantara kami satu sama lain".
Selanjutnya
dikatakan pula oleh salah seorang dari fihak quraisy yang lain : "Adapun
perkataan-perkataan yang dikatakannya itu memang benar dapat menarik hati dan
mengena perasaan orang yang mendengarnya, tetapi ketahuilah olehmu, bahwa
perkataannya dan segala sesuatu yang diucapkannya itu adalah sihir yang tajam,
yang dapat mempengaruhi siapapun yang mendengarnya. Karena itu ia dapat
memisahkan antara seseorang dan orang tuanya, menceraikan seorang isteri dan
suaminya, dapat memutuskan persaudaraan antara seseorang dan seseorang lainnya
dan demikianlah selanjutnya. Oleh sebab itu, jika engkau menginginkan bertemu
dengan dia, kami sangat khawatir terhadap dirimu dan kaummu. Dan untuk menjaga
keselamatan dirimu maka sebaiknya janganlah engkau datang kepadanya, dan jangan
pula engkau sampai mendengarkan
perkataan-perkataannya".
Kemudian
Thufail dengan tegas menjawab : "Demi Allah ! Oleh karena kedatangan saya
kemari ini memang sengaja ingin bertemu dengan dia dan mau mendengarkan
sebahagian dari perkataan-perkataannya, sedang kamu sekalian agaknya tidak
memperkenankan saya akan melanjutkan demikian, maka saya berpendapat, bahwa cara
yang sebaik-baiknya bagi saya begini, "Saya akan mengetahui roman mukanya saja
barang sebentar, dan saya tidak akan berbicara dengan dia; dan telinga saya akan
saya sumbat dengan kapas, agar tidak dapat mendengar apa yang
dikatakannya".
Setelah
mereka mendengar jawaban Thufail yang sedemikian itu, terpaksalah mereka
memperkenankannya.
Kemudian
pada keesokan harinya kedua telinga Thufail disumbat dengan kapas sepenuhnya,
lalu ia berangkat ke Masjid bersama seorang suruhan kaum Quraisy untuk
menunjukkannya. Ketika itu justru Nabi SAW tengah mengerjakan shalat di sisi
Ka'bah, lalu Thufail mendekatkan dirinya dengan sengaja untuk melihat roman muka
beliau. Setelah mendekat kepada tempat shalat beliau, kebetulan beliau tengah
membaca ayat-ayat Al-Qur'an di dalam shalatnya. Sebab itu ia pun mendengar suara
bacaan ayat-ayat yang sedang dibaca oleh beliau.
Setelah
Thufail mendengar ayat-ayat yang di baca oleh Nabi SAW dengan suara nyaring yang
susunan katanya sangat jelas terdengar di telinganya, maka diapun terus
mendengarkannya. Lalu timbullah perasaan dalam hati, "Alangkah indahnya
perkataan-perkataan itu".
Demikianlah
perasaan yang timbul dari dalam hati Thufail. Dan selanjutnya ia berkata di
dalam hati, "Saya tidak akan takut. Apa yang menghalang-halangi saya, jika
saya mendengarkan apa-apa yang dibaca oleh orang itu ? Maka barang yang baik,
sudah tentu akan saya terima, dan barang yang jelek sudah tentu akan saya
lempar. Dan siapa yang akan merintangi saya, jika saya mengenalkan diri kepada
orang itu, lalu saya dapat belajar kepadanya akan sesuatu yang belum saya
ketahui ? Istimewa pula jika saya dapat mempelajari akan rangkaian kata-kata
seperti kata-kata yang diucapkannya itu".
Demikianlah
kata Thufail di dalam hatinya ketika mendengar ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi
SAW dalam shalatnya itu, sambil menanti beliau selesai dari
shalatnya.
15. Islamnya Thufail Ad-Dausiy
Nabi
SAW sehabis shalat, lalu pulang ke rumah sebagaimana biasa. Thufail dengan
diam-diam mengikuti dari belakang dengan tidak diketahui oleh beliau. Setelah
beliau sampai ke rumah, Thufail segera ikut masuk ke rumah beliau, lalu
memperkenalkan diri, lalu iapun dipersilahkan duduk. Sesudah itu dia berkata
kepada Nabi SAW : "Ya Muhammad, kedatangan saya kemari ini adalah sengaja
ingin bertemu denganmu dan ingin mendengarkan bacaan-bacaan yang biasa kau
bacakan kepada orang banyak. Akan tetapi semalam ketika saya bertemu dengan para
saudara dan pemukamu, saya menceritakan kepada mereka akan tujuan saya itu,
tetapi mereka semuanya tidak memperkenankan saya bertemu denganmu dan
mendengarkan bacaan-bacaanmu. Lalu saya terpaksa akan melihat wajahmu saja,
dengan tidak mendengarkan bacaan-bacaanmu, maka kedatangan saya sekarang ini
dengan tersumbat kedua telinga saya dengan kapas".
Demikianlah
kata Thufail kepada Nabi SAW dan akhirnya ia mengemukakan permintaan kepada
beliau, supaya beliau membacakan beberapa ayat yang biasa dibaca beliau, dan dia
siap-sedia untuk mendengarkannya.
Setelah
mendengar permintaan itu, dengan senang hati Nabi SAW mengabulkan permintaannya,
lalu beliau membacakan beberapa wahyu Allah.
Menurut
riwayat, ketika itu Nabi SAW membaca ayat-ayat :
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ، اَللهُ الصَّمَدُ، لَمْ
يَـلـِدْ وَ لَمْ يُـوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَّه كُـفُوًا
اَحَدٌ.الاخلاص:1-4
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Dia lah Allah,
Yang Maha Esa. Allah Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada beranak
dan tiada diperanakkan, dan tiada seorangpun yang setara
dengan-Nya.
[Al-Ikhlash : 1 - 4]
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ اْلـفَـلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا
خَـلَقَ. وَ مِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَ. وَ مِنْ شَرِّ الـنَّـفَّـاثَـاتِ
فِى اْلـعُـقَدِ. وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ. الفلق:1-5
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku berlindung
kepada Tuhan Yang Menguasai shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang
dengki apabila ia dengki.
[Al-falaq : 1 - 5]
بِسْمِ
اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّـاسِ. مَلـِكِ النَّـاسِ.
اِلهِ النَّـاسِ. مِنْ شَرِّ اْلوَسْوَاسِ اْلخَـنَّاسِ. اَلــَّذِيْ يُوَسْوِسُ
فِيْ صُدُوْرِ النَّـاسِ. مِنَ اْلجـِنَّةِ وَ النَّـاسِ. الناس:1-6
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Katakanlah, "Aku berlindung
kepada Tuhan-nya manusia. Raja-nya manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
hati manusia, dari jin dan manusia.
[An-Naas : 1 - 6]
Setelah
Thufail mendengar bacaan ayat-ayat tersebut, ia berkata di hadapan Nabi SAW :
"Demi Allah ! Aku belum pernah mendengar bacaan yang lebih bagus dari pada
ini, dan aku belum pernah mendengar urusan yang lebih lurus dari
padanya".
Dan
seketika itu juga ia masuk Islam dengan penuh keikhlasan.
Kemudian
Thufail berkata kepada Nabi SAW : "Wahai Nabi Allah ! Sesungguhnya aku ini
adalah seorang yang dithaati oleh kaumku, dan aku akan kembali kepada mereka,
maka aku akan mengajak mereka kepada Islam; maka dari itu do'akanlah kepada
Allah, semoga Allah memberi pertolongan kepadaku untuk mengajak
mereka".
Nabi
SAW lalu berdo'a kepada Allah SWT :
اَللّهُمَّ
اهْدِ دَوْسًا.
"Ya
Allah, berilah petunjuk kepada golongan Daus !"
Selanjutnya
beliau bersabda :
اِذْهَبْ
اِلَى قَـوْمـِكَ فَادْعُـهُمْ اِلَى اْلاِسْلاَمِ.
"Kembalilah
kamu kepada kaummu, lalu ajaklah mereka itu kepada Islam".
Thufail
lalu pulang, dan sesampai kepada qabilahnya lalu dia mengajak famili dan kaumnya
supaya masuk Islam.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak