Ahad,
02 Mei 2004/12 Rabiul awal 1425
Brosur No. : 1223/1263/IF
Shalat
(ke-3)
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: كُنَّ نِسَاءُ اْلمُؤْمِنَاتِ يَشْهَدْنَ مَعَ النَّبِيّ ص
صَلاَةَ اْلفَجْرِ مُتَلَفّعَاتٍ ِبمُرُوْطِهِنَّ. ثُمَّ يَنْقَلِبْنَ اِلىَ
بُيُوْتِهِنَّ حِيْنَ يَقْضِيْنَ الصَّلاَةَ لاَيَعْرِفُهُنَّ اَحَدٌ، مِنَ
اْلغَلَسِ.
الجماعة، فى نيل الاوطار 2: 19
Dari
'Aisyah, ia berkata, "Orang-orang mu'min perempuan ikut shalat Shubuh bersama
Nabi SAW dengan membalutkan selimut mereka. Kemudian mereka kembali ke
rumah-rumah mereka setelah selesai shalat, sedang satu sama lain tidak saling
mengenalnya, karena (masih) gelap".
[HR. Jama'ah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 19].
عَنْ
اَبِى مَسْعُوْدٍ اَْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص صَلَّى صَلاَةَ الصُّبْحِ
مَرَّةً بِغَلَسٍ، ثُمَّ صَلَّى مَرَّةً اُخْرَى فَاَسْفَرَ بِهَا، ثُمَّ كَانَتْ
صَلاَتُهُ بَعْدَ ذلِكَ التَّغْلِيْسَ حَتَّى مَاتَ، لَمْ يَعُدْ اِلىَ اَنْ
يُسْفِرَ.
ابو داود، فى نيل الاوطار 2: 21
Dari
Abu Mas'ud Al-Anshariy, bahwa Rasulullah SAW (pernah) shalat Shubuh pada suatu
saat di waktu gelap. Kemudian di lain saat beliau shalat shubuh ketika sudah
sangat terang. Kemudian sesudah itu beliau selalu shalat Shubuh pada waktu masih
gelap, tidak pernah lagi shalat Shubuh di waktu sangat terang
sampai beliau meninggal dunia. [HR. Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 2,
hal. 21].
عَنْ
جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى الظُّهْرَ اِذَا دَحَضَتِ
الشَّمْسُ.
احمد و مسلم وابن ماجه وابو داود، فى نيل الاوطار 1: 354
Dari
Jabir bin Samurah, ia berkata, "Adalah Nabi SAW, shalat Dhuhur ketika matahari
sudah tergelincir".
[HR. Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
354].
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص اِذَا كَانَ اْلحَرُّ اَبْرَدَ
بِالصَّلاَةِ وَ اِذَا كَانَ اْلبَرْدُ عَجَّلَ.
النسائى، فى نيل الاوطار 1: 354
Dari
Anas bin Malik, ia berkata, "Adalah Nabi SAW apabila keadaan cuaca sangat panas,
ia mengakhirkan shalat (Dhuhur) sampai dingin. Dan apabila keadaan dingin,
beliau segera mengerjakan shalat (Dhuhur)".
[HR. Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 354].
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَااشْتَدَّ اْلحَرُّ
فَاَبْرِدُوْا بِالصَّلاَةِ فَاِنَّ شِدَّةَ اْلحَرّ مِنْ فَيْحِ
جَهَنَّمَ.
الجماعة، فى نيل الاوطار1: 356
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila keadaannya sangat
panas, maka akhirkanlah shalat sampai dingin, karena sesungguhnya sangat panas
itu dari hembusan (uapnya) neraka".
[HR. Jama'ah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 356].
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى اْلعَصْرَ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ
حَيَّةٌ فَذَهَبَ الذَّاهِبُ اِلىَ اْلعَوَاليِ فَيَأْتِيْهِمْ وَالشَّمْسُ
مُرْتَفِعَةٌ.
الجماعة الا الترمذى، فى نيل الاوطار 1: 361
Dari
Anas, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW shalat 'Ashar, ketika itu matahari
masih tinggi dan panas, lalu orang pergi ke kampung (sekitar Madinah), lalu ia
datang kembali kepada keluarganya, sedang matahari masih tinggi".
[HR. Jamaah, kecuali Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 361].
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اْلعَصْرَ، فَاَتَاهُ رَجُلٌ مِنْ
بَنِى سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّا نُرِيْدُ اَنْ نَنْحَرَ
جَزُوْراً لَنَا. وَاِنَّا نُحِبُّ اَنْ تَحْضُرَهَا. قَالَ. نَعَمْ. فَانْطَلَقَ
وَانْطَلَقْنَا مَعَهُ، فَوَجَدْنَا اْلجَزُوْرَ لَمْ تُنْحَرْ. فَنُحِرَتْ ثُمَّ
قُطّعَتْ ثُم َّطُبِخَ مِنْهَا ثُمَّ اَكَلْنَا قَبْلَ اَنْ تَغِيْبَ
الشَّمْسُ.
مسلم، فى نيل الاوطار 1: 361
Dari
Anas, ia berkata : Rasulullah SAW shalat 'Ashar bersama kami (setelah selesai
shalat), lalu seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau, kemudian
ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami akan menyembelih seekor unta milik
kami, dan kami menginginkan engkau menghadirinya". Beliau SAW menjawab,
"Baiklah". Kemudian Nabi SAW berangkat dan kamipun berangkat bersamanya,
ternyata kami dapati unta itu belum disembelih, lalu unta itupun segera
disembelih kemudian dipotong-potong (dagingnya), lalu sebagian dagingnya
dimasak, kemudian kami makan sebelum matahari terbenam".
[HR. Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 361]
عَنْ
اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: تِلْكَ صَلاَةُ اْلمُنَافِقِ:
يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ، حَتَّى اِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ
قَامَ فَنَقَرَهَا اَرْبَعًا. لاَ يَذْكُرُاللهَ اِلاَّ قَلِيْلاً.
الجماعة الا البخارى وابن ماجه، فى نيل الاوطار 1: 359
Dari
Anas (bin Malik) ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Itu
adalah shalatnya orang munafiq. Yaitu, ia menunggu sambil mengintai matahari,
sehingga apabila matahari berada diantara dua tanduk syaithan, ia berdiri shalat
lalu ia cepatkan shalatnya (seperti ayam mematuk makanan) empat raka'at, ia
tidak mengingat kepada Allah dalam shalatnya itu kecuali
sedikit".
[HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
359]
Orang
yang mendapatkan satu rekaat pada waktunya berarti dia mendapatkan shalat
itu.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ مِنَ الصُّبْحِ
رَكْعَةً قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ الصُّبْحَ. وَ مَنْ
اَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ اْلعَصْرِ قَبْلَ اَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ
اْلعَصْرَ.
الجماعة، فى نيل الاوطار 2: 24
Dari
Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa mendapatkan
satu rekaat dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah
mendapatkan Shubuh itu (keseluruhannya). Dan barangsiapa mendapatkan satu rekaat
dari shalat ‘Ashar sebelum matahari terbenam, maka berarti dia telah mendapatkan
‘Ashar itu (keseluruhannya)”.
[HR. Jama’ah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 24]
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَدْرَكَ مِنَ اْلعَصْرِ سَجْدَةً
قَبْلَ اَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ اَوْ مِنَ الصُّبْحِ قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ
الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَهَا.
احمد و مسلم و النسائى و ابن ماجه، فى نيل الاوطار 2: 24
Dari
‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang
mendapatkan satu sujud dari shalat ‘Ashar sebelum matahari terbenam, atau (satu
sujud) dari shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka berarti dia telah
mendapatkan shalat itu (keseluruhan)”.
[HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 2, hal.
24]
Keterangan
:
Yang
dimaksud “satu sujud”, disini ialah : satu rekaat.
Mengerjakan
shalat di luar waktu karena lupa.
عَنْ
اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلّهَا
اِذَا ذَكَرَهَا. لاَ كَفَّارَةَ لَهَا اِلاَّ ذلِكَ.
احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 2: 28
Dari
Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW telah bersabda, Barangsiapa lupa satu shalat,
maka shalatlah ketika ia ingat. Tidak ada kafarat untuknya melainkan
itu”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 28]
و
لمسلم اِذَا
رَقَدَ اَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ اَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلّهَا اِذَا
ذَكَرَهَا. فَاِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ: اَقِمِ الصَّلاَةَ
لِذِكْرِيْ.
فى نيل الاوطار 2: 28
Dan
bagi Muslim, dikatakan, “Apabila salah seorang diantara kamu tidur dan belum
shalat atau lupa shalat, maka shalatlah ketika ia ingat. Karena Allah ‘Azza wa
Jalla telah berfirman : Dirikanlah shalat kerena ingat kepada-Ku (QS. Thaahaa :
14)”.
[Dalam Nailul Authar juz 2, hal. 28]
عَنْ
اَبِى قَتَادَةَ قَالَ: ذَكَرُوْا لِلنَّبِيّ ص نَوْمَهُمْ عَنِ الصَّلاَةِ
فَقَالَ: اِنَّهُ لَيْسَ فِى النَّوْمِ تَفْرِيْطٌ. اِنَّمَا التَّفْرِيْطُ فِى
اْليَقْظَةِ فَاِذَا نَسِيَ اَحَدُكُمْ صَلاَةً اَوْ نَامَ عَنْهَا فَلْيُصَلّهَا
اِذَا ذَكَرَهَا.
النسائى و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 2: 30
Dari
Abu Qatadah, ia berkata : (Shahabat-shahabat) menceritakan kepada Nabi SAW
tentang tertidurnya mereka dari mengerjakan shalat, lalu Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya di dalam tidur itu tidak ada keteledoran, karena (yang dinamakan
keteledoran) itu hanyalah dalam keadaan jaga. Oleh karena itu apabila salah
seorang diantara kamu lupa shalat atau tertidur, maka shalatlah ketika
ingat”.
[HR. Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya, dalam Nailul Authar juz 2,
hal. 30]
عَنْ
اَبِى قَتَادَةَ فِى قِصَّةِ نَوْمِهِمْ عَنِ صَلاَةِ اْلفَجْرِ قَالَ: ثُمَّ
اَذَّنَ بِلاَلٌ بِالصَّلاَةِ فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ
صَلَّى اْلغَدَاةَ فَصَنَعَ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ كُلَّ يَوْمٍ.
احمد و مسلم، فى نيل الاوطار 2: 31
Dari
Abu Qatadah tentang kisah tidur mereka dan belum shalat Shubuh, ia berkata
:Kemudian Bilal adzan untuk shalat Shubuh itu, lalu Rasulullah SAW shalat
(sunnah) dua rekaat. Kemudian beliau shalat Shubuh. Maka beliau berbuat
sebagaimana yang biasa diperbuat setiap hari”.
[HR. Ahmad dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 31]
Tertib
dalam mengerjakan shalat, walaupun dikerjakan di luar
waktunya
عَنْ
جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ عُمَرَ جَاءَ يَوْمَ اْلخَنْدَقِ بَعْدَ مَا
غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ وَ قَالَ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، مَا كِدْتُ اُصَلّى اْلعَصْرَ حَتَّى كَادَتِ الشَّمْسُ تَغْرُبُ. فَقَالَ
النَّبِيُّ ص. وَ اللهِ مَا صَلَّيْتُهَا فَتَوَضَّأَ وَ تَوَضَّأْنَا فَصَلَّى
اْلعَصْرَ بَعْدَ مَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا
اْلمَغْرِبَ.
متفق عليه، فى نيل الاوطار 2: 33
Dari
Jabir bin 'Abdullah bahwa 'Umar datang pada hari perang Khandaq setelah matahari
terbenam, lalu ia mencaci orang-orang kafir Quraisy sambil berkata, "Ya
Rasulullah, saya hampir tidak dapat mengerjakan shalat 'Ashar, hingga matahari
terbenam. Kemudian Nabi SAW menjawab, "Demi Allah, aku belum mengerjakannya".
Lalu Nabi SAW berwudlu dan kami pun berwudlu. Kemudian beliau shalat, 'Ashar
setelah matahari terbenam. Kemudian sesudah itu beliau shalat
Maghrib".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 33]
عَنْ
اَبِى سَعِيْدٍ قَالَ: حُبِسُنَا يَوْمَ اْلخَنْدَقِ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى كَانَ
بَعْدَ اْلمَغْرِبِ بِهَوِيّ مِنَ اللَّيْلِ كُفِيْنَا وَ ذلِكَ قَوْلُ اللهِ عَزَّ
وَ جَلَّ (وَ كَفَى اللهُ اْلمُؤْمِنِيْنَ اْلقِتَالَ. وَ كَانَ اللهُ قَوِيًّا
عَزِيْزًا) قَالَ: فَدَعَا رَسُوْلُ اللهِ ص بِلاَلاً فَاَقَامَ الظُّهْرَ وَ
صَلاَّهَا فَاَحْسَنَ صَلاَتَهَا كَمَا كَانَ يُصَلّيْهَا فِى وَقْتِهَا. ثُمَّ
اَمَرَهُ فَاَقَامَ اْلعَصْرَ فَصَلاَّهَا فَاَحْسَنَ صَلاَتَهَا كَمَا كَانَ
يُصَلّيْهَا فِى وَقْتِهَا، ثُمَّ اَمَرَهُ فَاَقَامَ اْلمَغْرِبَ فَصَلاَّهَا
كَذلِكَ، قَالَ وَ ذلِكَ قَبْلَ اَنْ يُنْزِلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ فِى صَلاَةِ
اْلخَوْفِ. فَاِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً اَوْ رُكْبَانًا.
احمد و النسائى و لم يذكر المغرب، فى نيل الاوطار 2: 33
Dari
Abu Sa'id, ia berkata : Kami pernah terhalang pada hari perang Khandaq sehingga
tidak dapat mengerjakan shalat hingga Maghrib, waktu telah menjelang malam, lalu
kami selesai. Dan itulah firman Allah 'Azza wa Jalla yang mengatakan, "Dan Allah
telah selamatkan orang-orang mukmin dari berperang, karena Allah itu yang Maha
Kuat dan Gagah (QS. Al-Ahzaab : 25)". Abu Sa'id berkata, "Kemudian Rasulullah
SAW memanggil Bilal, lalu Bilal qamat untuk shalat Dhuhur, kemudian Nabi SAW
shalat Dhuhur dan beliau baguskan shalatnya itu, sebagaimana beliau
mengerjakannya pada waktunya. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh Bilal supaya
qamat, maka Bilal pun qamat untuk shalat 'Ashar. Kemudian Nabi SAW shalat 'Ashar
dan beliau baguskan shalatnya itu sebagaimana beliau mengerjakannya pada
waktunya. Kemudian Nabi SAW menyuruh Bilal supaya qamat, maka Bilal pun qamat
untuk shalat Maghrib. Kemudian Nabi SAW mengerjakan shalat seperti itu juga".
Abu Sa'id berkata, "Yang demikian itu adalah sebelum Allah 'Azza wa Jalla
menurunkan firman-Nya tentang shalat khauf, yaitu : Tetapi jika kamu takut, maka
(kerjakanlah shalat) dengan berjalan kaki atau berkendaraan (QS. Al-Baqarah :
239)".
[HR. Ahmad dan Nasai, tetapi Nasai tidak menyebutkan "shalat Maghrib", dalam
Nailul Authar juz 2, hal. 33]
Bersambung……….
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak