Ayat-ayat
yang diturunkan berkenaan dengan perang Bani Nadlir :
سَبَّحَ
ِللهِ مَا فِى السَّموتِ وَ مَا فِى اْلاَرْضِ، وَ هُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ
(1). هُوَ الَّذِيْ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ اْلكِتبِ مِنْ
دِيَارِهِمْ ِلاَوَّلِ اْلحَشْرِ، مَا ظَنَنْتُمْ اَنْ يَّخْرُجُوْا وَ ظَنُّوْا
اَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُوْنُهُمْ مّنَ اللهِ فَاَتَاهُمُ اللهُ مِنْ حَيْثُ
لَمْ يَحْتَسِبُوْا وَ قَذَفَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُوْنَ
بُيُوْتَهُمْ بِاَيْدِيْهِمْ وَ اَيْدِى اْلمُؤْمِنِيْنَ، فَاعْتَبِرُوْا ياُولِى
اْلاَبْصَارِ (2). وَ لَوْلاَ اَنْ كَتَبَ اللهُ عَلَيْهِمُ اْلجَلاَءَ
لَعَذَّبَهُمْ فِى الدُّنْيَا، وَ لَهُمْ فِى اْلآخِرَةِ عَذَابُ النَّارِ (3).
ذلِكَ بِاَنَّهُمْ شَاقُّوا اللهَ وَ رَسُوْلَه، وَ مَنْ يُشَآقّ اللهَ فَاِنَّ
اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ (4). الحشر
Bertasbih
kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (1)
Dia-lah
yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara ahli Kitab dari kampung-kampung
mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat
mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah, maka Allah mendatangkan kepada
mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah
mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka, mereka memusnahkan rumah-rumah
mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka
ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai
pandangan. (2)
Dan
jikalau tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka
benar-benar Allah mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat adzab
neraka. (3)
Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.
(4)
[QS. Al-Hasyr]
مَا
قَطَعْتُمْ مّنْ لّيْنَةٍ اَوْ تَرَكْتُمُوْهَا قَائِمَةً عَلى اُصُوْلِهَا
فَبِاِذْنِ اللهِ وَ لِيُخْزِيَ الْفَاسِقِيْنَ. الحشر:5
Apasaja
yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu
biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan idzin
Allah, dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang
fasik.
[QS. Al-Hasyr : 5]
وَ
مَا اَفَاءَ اللهُ عَلى رَسُوْلِه مِنْهُمْ فَمَا اَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ
خَيْلٍ وَ لاَ رِكَابٍ وَ لكِنَّ اللهَ يُسَلّطُ رُسُلَه عَلى مَنْ يَّشَاءُ، وَ
اللهُ عَلى كُلّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (6). مَا اَفَاءَ اللهُ عَلى رَسُوْلِه مِنْ
اَهْلِ الْقُرى فَلِلهِ وَ لِلرَّسُوْلِ وَ لِذِى اْلقُرْبى وَ اْليَتَامى وَ
اْلمَسَاكِيْنِ وَ ابْنِ السَّبِيْلِ، كَيْ لاَ يَكُوْنَ دُوْلَةً بَيْنَ
اْلاَغْنِيَآءِ مِنْكُمْ، وَ مَا اتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَ مَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوْا، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ شَدِيْدُ اْلعِقَابِ (7).
الحشر
Dan
apasaja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun
dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada
Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (6)
Apasaja
harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya. (7)
[QS. Al-Hasyr]
لِلْفُقَرَآءِ
اْلمُهَاجِرِيْنَ الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَ اَمْوَالِهِمْ
يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مّنَ اللهِ وَ رِضْوَانًا وَيَنْصُرُوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَه،
اُولئِكَ هُمُ الصّدِقُوْنَ (8). وَ الَّذِيْنَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَ
اْلاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَ لاَ
يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مّمَّا اُوْتُوْا وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلى
اَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ، وَ مَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِه
فَاُولئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ (9). وَ الَّذِيْنَ جَآءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ
يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ ِلاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلاِيْمَانِ وَ لاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لّلَّذِيْنَ امَنُوْا
رَبَّنَا اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ (10). الحشر
(Juga)
bagi para fuqara’ yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta
benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridlaan (Nya) dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar,
(8)
dan
orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin), dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan
(apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (9)
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa,
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang". (10)
[QS. Al-Hasyr]
اَ
لَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ ِلاِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتبِ لَئِنْ اُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَ لاَ
نُطِيْعُ فِيْكُمْ اَحَدًا اَبَدًا، وَ اِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ، وَ
اللهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكذِبُوْنَ (11). لَئِنْ اُخْرِجُوْا لاَ يَخْرُجُوْنَ
مَعَهُمْ، وَ لَئِنْ قُوْتِلُوْا لاَ يَنْصُرُوْنَهُمْ، وَ لَئِنْ نَصَرُوْهُمْ
لَيُوَلُّنَّ اْلاَدْبَارَ ثُمَّ لاَ يُنْصَرُوْنَ (12). َلاَنْتُمْ اَشَدُّ
رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مّنَ اللهِ، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ
(13). لاَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلاَّ فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ
وَّرَآءِ جُدُرٍ، بَاْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ، تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَ
قُلُوْبُهُمْ شَتّى، ذلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّ يَعْقِلُوْنَ(14). كَمَثَلِ
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَرِيْبًا ذَاقُوْا وَ بَالَ اَمْرِهِمْ، وَ لَهُمْ
عَذَابٌ اَلِيْمٌ(15). كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ اِذْ قَالَ لِـْلاِنْسَانِ اكْفُرْ،
فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ اِنّيْ بَرِيْءٌ مّنْكَ اِنّيْ اَخَافُ اللهَ رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ(16). فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا اَنَّهُمَا فِى النَّارِ خَالِدَيْنِ
فِيْهَا، وَ ذلِكَ جَزَآءُ الظَّالِمِيْنَ (17). الحشر:11-17
Apakah
kamu tiada memperhatikan orang-orang munafiq yang berkata kepada saudara-saudara
mereka yang kafir diantara ahli Kitab, "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya
kami pun akan keluar bersama kamu, dan kami selama-lamanya tidak akan patuh
kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami
akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka
benar-benar pendusta. (11)
Sesungguhnya
jika mereka diusir, orang-orang munafiq itu tiada akan keluar bersama mereka,
dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tiada akan menolongnya,
sesungguhnya jika mereka menolongnya niscaya mereka akan berpaling lari ke
belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat pertolongan.
(12)
Sesungguhnya
kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena
mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (13)
Mereka
tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam
kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama
mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka
berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang
tiada mengerti. (14)
(Mereka
adalah) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka telah merasai
akibat buruk dari perbuatan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih.
(15)
(Bujukan
orang-orang munafiq itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata
kepada manusia, "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia
berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah Tuhan semesta alam". (16)
Maka
adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka,
mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dhalim.
(17)
[QS. Al-Hasyr]
Demikianlah
riwayat tentang perang banu Nadlir.
Perang
Dzatur Riqaa’
Setelah
peristiwa pengusiran kaum Yahudi Banu Nadlir yang terjadi pada bulan Rabi’ul
awwal tahun 4 H tersebut, kemudian pada suatu hari Nabi SAW menerima khabar
bahwa bangsa ‘Arab dari qabilah banu Muharib dan banu Tsa’labah di Ghathafan,
daerah Najd tengah mengumpulkan kekuatan untuk menyerang kaum muslimin. Oleh
karena itu beliau SAW segera mempersiapkan pasukan untuk menyerang mereka.
Pada
bulan Rabiuts-tsani (ada yang mengatakan bulan Jumadil ula) tahun ke 4 H, Nabi
SAW beserta 700 pasukan berangkat menuju Najd setelah menyerahkan pimpinan umat
di Madinah kepada ‘Utsman bin ‘Affan RA (ada pula yang meriwayatkan diserahkan
kepada Abu Dzarr Al-Ghifariy).
Setelah
kaum banu Muharib dan banu Tsa’labah dari Ghathafan mendengar berita bahwa Nabi
SAW beserta tentara muslimin sudah berangkat dari Madinah menuju ke qabilah
mereka, maka dengan sangat terburu-buru mereka melarikan diri. Oleh sebab itu
ketika tentara muslimin tiba di qabilah tersebut, mereka sudah tidak bertemu dengan orang
laki-laki mereka.
Setelah
pasukan kaum muslimin lama menunggu, lalu datanglah kaum musyrikin Ghathafan
sehingga berhadapan dengan pasukan muslimin, tetapi belum sampai terjadi
peperangan.
Kemudian
setelah tiba waktu Dluhur (ada juga yang meriwayatkan waktu ‘Ashar), ketika Nabi
SAW dan kaum muslimin akan mengerjakan shalat, timbullah perasaan takut,
kalau-kalau tentara musyrikin menyerang kaum muslimin dengan tiba-tiba diwaktu shalat. Maka Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi SAW :
وَ
اِذَا ضَرَبْتُمْ فِى اْلاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ
الصَّلوةِ، اِنْ خِفْتُمْ اَنْ يَّفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا، اِنَّ
الْكَافِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُبِيْنًا (101). وَ اِذَا كُنْتَ
فِيْهِمْ فَاَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلوةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مّنْهُمْ مَّعَكَ وَ
لْيَاْخُذُوْا اَسْلِحَتَهُمْ، فَاِذَا سَجَدُوْا فَلْيَكُوْنُوْا مِنْ
وَّرَائِكُمْ وَ لْتَاْتِ طَائِفَةٌ اُخْرى لَمْ يُصَلُّوْا فَلْيُصَلُّوْا مَعَكَ
وَ لْيَاْخُذُوْا حِذْرَهُمْ وَ اَسْلِحَتَهُمْ، وَدَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ
تَغْفُلُوْنَ عَنْ اَسْلِحَتِكُمْ وَ اَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيْلُوْنَ عَلَيْكُمْ
مَيْلَةً وَاحِدَةً، وَ لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ كَانَ بِكُمْ اَذًى مّنْ
مَطَرٍ اَوْ كُنْتُمْ مَّرْضى اَنْ تَضَعُوْا اَسْلِحَتَكُمْ وَ خُذُوْا
حِذْرَكُمْ، اِنَّ اللهَ اَعَدَّ لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا (102).
النساء
Dan
apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar
shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (101)
Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang
shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka’at), maka hendaklah mereka
pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan
yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah
mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu
lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu
mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang saki, dan
siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan adzab yang menghinakan
bagi orang-orang kafir itu. (102)
[QS An Nisaa’]
Dengan
ayat tersebut berarti kaum muslimin tetap berkewajiban mengerjakan shalat
walaupun dalam keadaan takut terhadap serangan musuh. Dan dalam syariat Islam,
shalat di waktu ketakutan itu dinamakan shalat Khauf.
Nabi
SAW dan tentara Islam setelah selesai mengerjakan shalat khauf, lalu
menunggu-nunggu serangan musuh, tetapi musuh tidak berani menyerang tentara
muslimin, bahkan mereka bertambah takut, dan akhirnya tidak terjadi
peperangan.
Nabi
SAW didatangi Ghaurats bin Harits
Menurut
riwayat, bahwa ketika beliau dan tentara muslimin sedang istirahat sekedar untuk
membuang lelah, dan masing-masing tentara sedang berteduh di bawah pohon-pohon
yang berdaun rindang, dan beliau juga berteduh di bawah suatu pohon besar yang
rimbun daunnya, maka waktu itu beliau tiduran sendirian. Tiba-tiba datang
seorang dari kepala banu Muharib bernama Ghaurats bin Harits ke tempat beliau
istirahat, lalu segera mengambil pedang beliau yang digantungkan pada pohon itu.
Setelah Ghaurats mengambil pedang beliau, lalu pedang itu dikeluarkan dari
sarungnya. Ketika itu beliau terbangun dan sangat terkejut karena pedangnya
telah dipegang oleh Ghaurats dengan sombong dihunuskan ke arah Nabi. Dengan
sombong Ghaurats berkata, “Ya Muhammad, apakah engkau tidak takut kepadaku
?”.
Nabi
menjawab, “Tidak. Mengapa aku takut kepadamu ?”.
Ghaurats
berkata, “Lihatlah tanganku membawa pedang ! Siapakah sekarang yang akan
melindungimu dari padaku ?”.
Nabi
menjawab, “Allah yang melindungiku”.
Mendadak
pedang itu jatuh dari tangan Ghaurats, dan ia duduk dengan gemetar, maka pedang
itu lalu diambil oleh Nabi SAW, dan beliau berganti mengacungkan ke arah
Ghaurats. Beliau bersabda, “Siapakah orang yang melindungimu dari padaku
?”.
Ghaurats
menjawab dengan gemetar, “Tidak seorang pun yang akan melindungiku”.
Ghaurats tidak dapat bangun, karena sangat gemetar, dan terus duduk di muka
Nabi. Maka beliau lalu memanggil tentara muslimin. Setelah tentara muslimin
mendengar suara beliau memanggil, mereka segera datang menghadap, lalu beliau
SAW menceritakan tentang hal Ghaurats yang sedang duduk dengan gemetar lagi
pucat wajahnya. Kemudian Ghaurats tidak beliau apa-apakan, melainkan disuruh
pergi. Maka Ghaurats lalu berdiri dan pergi dari hadapan beliau sambil berkata
kepada beliau, “Engkau lebih baik dari padaku. Saya berjanji padamu, bahwa
saya tidak akan memerangimu, dan saya tidak akan bersama-sama orang yang akan
memerangimu”. Kemudian Ghauraths kembali kepada
tentaranya.
[Bersanbung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak