POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-116) Beberapa peristiwa yang terjadi pada perang Khaibar

Posted by

Ahad, 27 April 2003/25 Shafar 1424                             Brosur No. : 1175/1215/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-116)


Beberapa peristiwa yang terjadi pada perang Khaibar
1. Nabi SAW melarang memakan daging keledai jinak.
Pada perang Khaibar Nabi SAW melarang kaum muslimin memakan daging keledai jinak. Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَهُ جَاءٍ فَقَالَ: اُكِلَتِ اْلحُمُرُ، فَسَكَتَ ثُمَّ اَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ: اُكِلَتِ اْلحُمُرُ، فَسَكَتَ، ثُمَّ اَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: اُفْنِيَتِ اْلحُمُرُ. فَاَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى فِيْ النَّاسِ اِنَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُوْمِ اْلحُمُرِ اْلاَهْلِيَّةِ فَاُكْفِئَتِ اْلقُدُوْرُ وَ اِنَّهَا لَتَفُوْرُ بِاللَّحْمِ. البخارى 5: 73
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Sesungguhynya ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata, “Ada keledai yang dimakan”, beliau diam saja. Kemudian ia datang lagi untuk yang kedua kali, lalu berkata, “Ada keledai yang dimakan”, beliau tetap diam. Kemudian ia datang untuk yang ketiga kali, lalu berkata, “Daging keledai itu sudah dihabiskan”. Maka beliau menyuruh seorang penyeru, lalu ia berseru kepada orang banyak, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keledai jinak (piaraan)”. Maka periuk-periuk itu dibalik, padahal periuk itu telah mendidih penuh dengan daging”. [HR. Bukhari juz 5,  hal. 73]
Di lain riwayat disebutkan :
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ صَبَّحْنَا خَيْبَرَ بُكْرَةً فَخَرَجَ اَهْلُهَا بِاْلمَسَاحِى، فَلَمَّا بَصُرُوْا بِالنَّبِيّ ص قَالُوْا: مُحَمَّدٌ، وَ اللهِ، مُحَمَّدٌ وَ اْلخَمِيْسُ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اللهُ اَكْبَرُ خَرِبَتْ خَيْبَرُ اِنَّا اِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ (فَسَاءَ صَبَاحُ اْلمُنْذَرِيْنَ) فَاَصَبْنَا مِنْ لُحُوْمِ اْلحُمُرِ فَنَادَى مُنَادِي النَّبِيّ ص: اِنَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُوْمِ اْلحُمُرِ فَاِنَّهَا رِجْسٌ. البخارى 5: 73
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Pada pagi hari kami sudah berada di Khaibar, lalu penduduknya keluar membawa cangkul. Ketika melihat Nabi SAW mereka berkata, “Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya”. Nabi SAW lalu bersabda, “Alloohu Akbar, hancurlah Khaibar, sesungguhnya apabila kami datang di halaman suatu kaum, maka amat buruklah pagi harinya orang-orang yang diberi peringatan”. Lalu kami mendapatkan daging keledai, maka seorang penyeru Nabi SAW berseru, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keledai, karena sesungguhnya keledai itu kotor”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 73]
2. Orang yang meninggal dalam peperangan bukan karena Allah.
Menurut riwayat, ketika terjadi peperangan di Khaibar, diantara pasukan muslimin ada seorang yang bernama Quzman, seorang yang gagah berani, seorang terkemuka dan terhormat di muka orang banyak, karena ia seorang jagoan Islam. Jasanya terhadap Islam tidak sedikit.
Ketika terjadi peperangan di Khaibar, ia tidak ketinggalan ikut serta menjadi seorang tentara dari barisan muslimin. Tetapi Nabi SAW menyatakan kepada kaum muslimin bahwa (Quzman) sesungguhnya termasuk golongan ahli neraka”.
Sebagian dari tentara muslimin yang mendengar sabda Nabi SAW itu tentu sangat heran, mengingat jasa-jasanya yang sangat besar, “Mengapa orang yang begitu berjasa dalam perjuangan dan begitu perkasa melawan musuh Islam, dikatakan oleh Nabi SAW bahwa ia ahli neraka ?”. Dan Nabi SAW waktu itu tetap menyatakan, bahwa sesungguhnya ia adalah dari golongan ahli neraka.
Kemudian pada waktu itu ada seorang shahabat Nabi yang berkata kepada beliau, “Saya akan membuntutinya”.
Orang tersebut terus keluar, dan selalu mengikuti dan menyertai Quzman. Ketika terjadi pertempuran seru, Quzman pun terus ikut bertempur melawan musuh dengan gigih. Pada suatu waktu dalam pertempuran itu juga tiba-tiba Qazman mendapat luka parah dan ia tidak sabar menahan rasa sakit yang dideritanya, lalu ia mempercepat kematian dirinya sendiri. Ketika itu ia meletakkan pangkal pedangnya ke tanah dan ujungnya di dadanya, kemudian ia menekankan dirinya di atas pedang itu hingga meningggal. Maka shahabat yang membuntuti Quzman itu segera menghadap Nabi SAW seraya berkata, “Saya bersaksi, bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah”.
Setelah mendengar ucapan shahabat itu lalu Nabi SAW bertanya, “Mengapa demikian ?”. Lalu shahabat tersebut menerangkan keadaan Quzman, bahwa ia telah berbuat demikian ..., dan demikian ....
Ketika itu Nabi SAW lalu memanggil Bilal, dan setelah ia menghadap beliau lalu diperintah supaya menyiarkan kepada orang ramai dengan suaranya yang lantang tentang sabda beliau :
لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ اِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَ اِنَّ اللهَ لَيُئَيّدُ الدّيْنَ بِالرَّجُلِ اْلفَاجِرِ.
Tidak akan masuk surga, kecuali orang yang beriman. Dan sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan orang laki-laki yang durhaka.
Lalu Bilal pun menyiarkan sabda Nabi SAW itu kepada orang ramai.
Bukhari meriwayatkan tentang peristiwa Quzman ini sebagai berikut : Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy RA, bahwasanya Rasulullah SAW bertemu orang-orang musyrik, lalu mereka berperang. Ketika Rasulullah SAW kembali kepada lasykarnya dan yang lain juga kembali kepada lasykar mereka, sedang di kalangan shahabat Rasulullah SAW ada seorang laki-laki (Quzman) yang tidak membiarkan pembelot dan pembangkang, melainkan laki-laki itu membuntutinya seraya memenggalnya dengan pedang. Maka dikatakan, “Pada hari ini, tidak seorangpun diantara kita yang mencukupkan (dari orang lain) sebagaimana si Fulan”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya dia adalah ahli neraka”. Seorang laki-laki dari kaum (Aktsam bin Abul Jaun) berkata, “Saya adalah temannya”. Sahl berkata, “Lalu ia keluar bersamanya. Setiap kali lelaki itu berhenti, maka ia pun berhenti. Dan ketika ia mempercepat jalannya, maka ia pun mempercepat jalannya”. Sahl berkata, “Lalu laki-laki itu terluka parah, ia ingin segera mati, maka ia meletakkan pedangnya di tanah, sedang mata pedangnya ada diantara kedua teteknya. Kemudian ia menekan dirinya di atas pedang itu dan ia mati bunuh diri. Selanjutnya laki-laki itu (Aktsam) keluar menuju Rasulullah SAW, ia berkata, “Saya bersaksi sesungguhnya engkau adalah Rasulullah”. Beliau bertanya, “Apa itu ?”. Ia menjawab, “Laki-laki yang engkau sebutkan tadi bahwa ia ahli neraka, lalu orang-orang menganggap besar terhadap hal itu, maka saya berkata, “Saya terangkan kepada kalian tentang dia. Saya keluar untuk mencarinya, kemudian ia terluka parah, ia ingin segera mati, maka ia meletakkan pedangnya di tanah, sedang mata pedangnya berada diantara dua teteknya. Kemudian ia menekan dirinya di atas pedang itu sehingga ia bunuh diri”. Maka Rasulullah SAW bersabda saat itu, “Sesungguhnya seorang laki-laki beramal dengan amal ahli surga menurut apa yang tampak oleh manusia, padahal ia adalah ahli neraka. Dan sesungguhnya seorang laki-laki beramal dengan amal ahli neraka menurut apa yang tampak oleh manusia, padahal ia adalah ahli surga”. [HR. Bukhari juz 5 hal. 74]
Dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut : Dari abu Hurairah, ia berkata : Kami menyaksikan perang Khaibar, lalu Rasulullah SAW bersabda tentang seorang laki-laki diantara orang-orang yang menyertai beliau yang mengaku Islam, “Ini termasuk ahli neraka”. Ketika peperangan dimulai, laki-laki itu berperang dengan amat dahsyat, sehingga ia banyak mendapat luka-luka, maka sebagian orang merasa bimbang. Kemudian laki-laki itu merasakan pedihnya luka, lalu ia mengulurkan tangan ke tempat anak panahnya. Ia mengeluarkan anak panah dari tempat itu, lalu membunuh dirinya. Maka orang-orang muslim bergegas lari, lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, Allah membenarkan sabdamu, si Fulan telah membunuh dirinya”. Kemudian beliau bersabda, “Berdirilah wahai Fulan, lalu siarkanlah bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang mukmin. Sesungguhnya Allah menguatkan agama (Islam) ini dengan seorang yang durhaka”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 74]
3. Orang yang mati dalam peperangan karena Allah
Adapun ‘Amir bin Al-Akwa’ yang mati karena ujung pedangnya sendiri yang mengenai lututnya. Riwayatnya demikian : Shahabat ‘Amir bin Al-Akwa’ adalah seorang shahabat Nabi yang terkenal. Menurut riwayat, ketika akan terjadi pertempuran di Khaibar, pada suatu hari keluarlah seorang jagoan kaum Yahudi Khaibar yang gagah berani, yang bernama Marhab. Ia keluar dari benteng dengan congkak dan sombong mengajak perang tanding, beradu kekuatan dengan seorang pahlawan kaum muslimin, ia berkata dengan syair :
قَدْ عَلِمَتْ خَيْبَرُ اَنّى مَرْحَبُ،    شَاكِى السّلاَحِ بَطَلٌ مُجَرَّبُ           اِذَا اْلحُرُوْبُ اَقْبَلَتْ تَلَهَّبُ
Sesungguhnya Khaibar telah mengetahui akulah Marhab,
tajam senyata lagi pahlawan pemberani dan berpengalaman,
apabila peperangan terjadi bernyala-nyala.
Kemudian salah seorang dari tentara kaum muslimin yaitu ‘Amir bin Al-Akwa’ maju ke muka untuk menjawab tantangan yang penuh kesombongan itu, sambil bersyair :
قَدْ عَلِمَتْ خَيْبَرُ اَنّى عَامِرُ
              شَاكِى السّلاَحِ بَطَلٌ مُغَامِرُ
Sesungguhnya Khaibar telah tahu, bahwa aku ini ‘Amir
tajam senjata, pahlawan pemberani lagi berani mati. [Al-Bidayah wan Nihayah 4 : 577]
Kemudian ‘Amir maju  perang tanding melawan Marhab, masing-masing saling mengeluarkan kekuatannya dan saling bertempur dengan pedang di tangan. Amir selalu dapat menahan dan menangkis serangan Marhab dengan perisainya. Tetapi ketika akan mengayunkan pedang kepada Marhab, dan ujung pedangnya itu akan ditusukkan ke betis Marhab, mendadak pedang itu mengenai lututnya sendiri. Dengan demikian maka seketika itu ‘Amir terluka parah pada lututnya, yang menyebabkan kematiannya.
Peristiwa yang mengenai diri ‘Amir yang demikian itu oleh sebagian tentara muslimin disangka bahwa ‘Amir mati bunuh diri. ‘Amir telah rusak semua amalannya yang baik, ‘Amir ahli neraka, dan sebagainya.
Nabi SAW mendengar dugaan yang dikatakan oleh orang-orang itu menolak dengan tegas, dan beliau menyatakan dengan sabdanya :
كَذَبَ مَنْ قَالَهُ اِنَّ لَهُ َلاَجْرَيْنِ. اِنَّهُ لَجَاهِدٌ مُجَاهِدٌ قَلَّ عَرَبِيٌّ مَشَى بِهَا مِثْلُهُ.
Dustalah orang yang mengatakan bahwa ‘Amir begini dan begitu, bahkan sesungguhnya baginya mendapat dua pahala, karena sesung-guhnya ia adalah seorang yang bersungguh-sungguh lagi pejuang (pembela agama). Sedikit sekali orang yang tumbuh di tanah ‘Arab yang seperti dia.
Perlu diketahui bahwa Marhab bertanding dengan ‘Amir itu pada hari sebelum ia bertanding dengan ‘Ali RA yang kemudian ia dapat dikalahkan oleh ‘Ali RA sebagaimana yang telah diriwayatkan di muka.
Tentang ‘Amir bin Al-Akwa’ ini Bukhari meriwayatkan sebagai berikut : Dari Salamah bin Akwa’ RA, ia berkata : Kami keluar bersama Nabi SAW ke Khaibar, lalu kami berjalan malam hari. Kemudian seorang laki-laki diantara kaum berkata kepada ‘Amir, “Wahai ‘Amir, maukah engkau memperdengarkan dendang syairmu ?”. ‘Amir adalah seorang penyair. Maka ia pun turun dari kendaraannya sambil menggiring unta ia bersyair :
اَللّهُمَّ لَوْ لاَ اَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَ لاَ تَصَدَّقْنَا وَ لاَ صَلَّيْنَا
       فَاغْفِرْ فِدَاءً لَكَ مَا اَتْقَيْنَا          وَ اَلْقِيَنْ سَكِيْنِةً عَلَيْنَا
وَ ثَبّتِ اْلاَقْدَامَ اِنْ لاَقَيْنَا           اِنَّا اِذَا صِيْحَ بِنَا اَتَيْنَا
       وَ بِالصّيَاحِ عَوَّلُوْا عَلَيْنَا
Ya Allah, sekiranya bukan karena Engkau,
kami tidak akan mendapat petunjuk,
kami tidak akan mengeluarkan sedeqah
dan kami tidak akan mendirikan shalat.
Maka ampunilah (kami),
tebusan kami adalah ketaqwaan kami,
dan berikanlah ketenteraman kepada kami,
dan teguhkanlah kedudukan kami jika kami bertempur,
karena jika kami dipanggil (kepada kebenaran)
tentu kami datang.
Dan dengan panggilan itu,
mereka meminta bantuan kepada kami.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah yang menggiring ini ?”. Mereka menjawab, “ ‘Amir bin Akwa’ ”. Beliau bersabda, “Semoga Allah memberikan rahmat kepadanya. Seorang laki-laki dari kaum (‘Umar bin Khaththab) berkata, “Pasti wahai Nabiyullah, hendaklah engkau (menetapkan dia untuk) menyenangkan kami”. Lalu kami tiba di Khaibar dan mengepungnya, sehingga kami tertimpa kelaparan yang sangat. Kemudian Allah menaklukkannya atas mereka. Ketika orang-orang memasuki waktu sore dari hari-hari kemenangan mereka, mereka menyalakan api yang banyak. Lalu Nabi SAW bertanya, “Api apa ini ? Dan untuk apa kalian menyalakannya ?”. Mereka menjawab, “Untuk daging”. Beliau bertanya, Daging apa itu ?”. Mereka menjawab, “Daging keledai jinak”. Nabi SAW bersabda, “Tumpahkanlah dan pecahkanlah (periuk itu)”. Ada seeorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, atau kami menumpahkan dan mencucinya ?”. Beliau menjawab, “Atau itu (yakni mencucinya)”. Ketika orang-orang itu berbaris, dan pedang ‘Amir memang pendek, lalu ia hantamkan ke betis orang Yahudi untuk memukulnya. Namun pedang tersebut kembali dan mengenai ujung lutut ‘Amir, kemudian ia mati karenanya. Rawi berkata : Ketika mereka kembali, Salamah berkata, “Rasulullah SAW memandangku sambil memegang tanganku. Beliau bertanya, “Apa yang terjadi padamu ?”. Saya menjawab, “Tebusanmu adalah ayah dan ibuku, orang-orang menyangka bahwa amal kebajikan ‘Amir terhapus”. Nabi SAW bersabda, “Berdusta orang yang mengatakan demikian itu, sesungguhnya ia mendapat dua pahala (beliau mengumpulkan dua jari-jarinya), sesungguhnya ia orang yang bersungguh-sungguh lagi seorang pejuang. Sedikit orang yang tumbuh di ‘Arab yang seperti dia”.  [HR. Bukhari juz 5, hal. 72]

Bersambung ........


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 22, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak