Ahad,
18 Mei 2003/16 Rabiul awal 1424 Brosur No. :
1178/1218/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-117)
4.
Wanita Yahudi mencoba meracuni nabi Muhammad SAW
Menurut
riwayat, setelah Nabi SAW memperoleh kemenangan di Khaibar, ketika beliau sedang
beristirahat untuk melepas lelah, beliau diberi hadiah daging kambing yang
dipanggang dari seorang wanita Yahudi yang bernama Zainab binti Al-Harits (istri
Sallam bin Misykam).
Sebelumnya
wanita Yahudi itu terlebih dahulu menanyakan kepada orang lain tentang bagian
manakah dari daging kambing yang disukai beliau. Setelah ia mengetahui bahwa
daging kambing yang disukai oleh Nabi itu bagian paha, maka wanita Yahudi itu
membubuhkan racun, terutama pada bagian paha.
Kemudian
wanita Yahudi itu menyuguhkan kambing panggang itu di hadapan beliau. Ketika itu
ada beberapa shahabat yang berada di hadapan beliau, diantara mereka itu ialah
Bisyr bin Baraa’ bin Ma’rur. Kemudian beliau SAW mengambil sepotong bagian paha,
lalu mengunyahnya. Tetapi belum sampai menelannya, mendadak beliau
memuntahkannya seraya bersabda :
اِنَّ
هذَا اْلعَظْمَ لَيُخْبِرُنِى اَنَّهُ مَسْمُوْمٌ. ابن هشام 4: 309
Sesungguhnya
tulang ini memberitahukan kepadaku, bahwa ia diberi racun.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 309]
Dengan
demikian, maka Nabi SAW tidak jadi memakannya, tetapi shahabat Bisyr waktu itu
telah menelan sebagian dari daging yang beracun itu, yang akhirnya ia pun
meninggal.
Sehubungan
dengan peristiwa itu, beliau lalu memerintahkan shahabat untuk memanggil Zainab
binti Al-Harits (wanita Yahudi yang meracun tersebut) supaya menghadap
beliau.
Setelah
wanita itu di hadapkan kepada Nabi SAW, lalu beliau bertanya kepada wanita
Yahudi tersebut, “Apakah kamu membubuhkan racun pada daging kambing ini ?”. Ia
menjawab, “Siapa yang memberitahu kepadamu tentang hal itu, ya Muhammad ?”.
Beliau bersabda, “Yang memberitahu kepadaku ialah ini”, sambil beliau menunjuk
ke arah daging kambing itu. Lalu wanita tersebut pun mengaku bahwa ia
membubuhkan racun pada daging kambing itu.
Nabi
SAW bertanya, “Apa yang mendorongmu berbuat demikian ?”. Wanita Yahudi itu
menjawab, “Tuan telah bertindak terhadap kaumku sedemikian rupa. Kalau tuan
seorang raja (akan mati karena racun itu) dan aku merasa lega. Tetapi kalau tuan
benar seorang Nabi, tentu tuan akan diberitahu (oleh Allah tentang racun
itu).
Selanjutnya
wanita itu berkata, “Sekarang karena telah jelas bahwa tuan memang benar seorang
Nabi, maka saya minta disaksikan oleh segenap yang hadir bahwa saya masuk Islam.
Tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu hamba-Nya dan
utusan-Nya”. Karena Zainab telah masuk Islam dengan kemauannya sendiri, maka
perbuatannya itu dimaafkan oleh Nabi SAW, dan tidak dijatuhi hukuman
apa-apa.
Muslim
meriwayatkan dari Anas bahwasanya ada seorang perempuan Yahudi datang kepada
Rasulullah SAW dengan membawa hidangan daging kambing yang diberi racun.
Rasulullah SAW pun memakan hidangan itu. Lalu perempuan itu dihadapkan kepada
Rasulullah SAW, dan ketika ditanya tentang perbuatannya tersebut, ia menjawab,
“Aku memang bermaksud untuk membunuhmu”. Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak
akan memberikan kekuasaan kepadamu untuk melakukan hal itu”. Para shahabat
bertanya, “Bolehkah kami membunuh perempuan ini ?”. Rasulullah SAW bersabda,
“Jangan !”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1721]
5.
Perkawinan Nabi SAW dengan Shafiyyah binti Huyaiy bin Akhthab
Menurut
riwayat, ketika tentara muslimin menaklukkan salah satu benteng di Khaibar,
diantara mereka ada yang menawan seorang anak perempuan ketua Yahudi di sana,
yaitu Shafiyyah binti Huyaiy bin Akhthab (ketua Yahudi banu Nadlir yang telah
dibunuh oleh tentara muslimin). Shafiyyah ketika itu menjadi istri Kinanah bin
Rabi’ (seorang tokoh kaum Yahudi yang juga dibunuh oleh seorang tentara
muslimin).
Setelah
Shafiyyah binti Huyaiyi ditawan, lalu diantarkan dan diserahkan kepada Nabi SAW.
Ketika itu ada seorang dari kaum muslimin yang berkata kepada Nabi SAW, “Ya
Rasulullah, Shafiyyah ini adalah seorang putri dari kepala banu Nadlir, ia tidak
patut melainkan untuk engkau”.
Dan
akhirnya Nabi SAW menikahinya dengan memberikan kemerdekaannya sebagai
maharnya.
Bukhari
meriwayatkan dari Anas bin Malik RA, ia berkata, “Kami datang di Khaibar. Ketika
Allah memberikan kemenangan dengan penaklukan atas sebuah benteng di Khaibar,
diceritakan kepada beliau akan kecantikan Shafiyyah binti Huyaiy bin Akhthab.
Suaminya terbunuh, sedang ia masih pengantin baru. Lalu Nabi SAW memilih
Shafiyyah untuk dirinya maka beliau berangkat meninggalkan Khaibar bersamanya.
Ketika kami sampai di Saddas Shahbaa’, dia telah suci (dari haidlnya), lalu
Rasulullah SAW membangun rumah tangga dengannya. Kemudian beliau membuat makanan
Hais (campuran kurma, keju dan samin) pada hamparan dari kulit. Selanjutnya
beliau bersabda kepadaku, “Beritahukanlah kepada orang-orang yang ada di
sekitarmu”. Maka itulah walimah pernikahan beliau dengan Shafiyyah. Lalu kami
berangkat ke Madinah, kami melihat Nabi SAW melingkarkan mantel padanya yang
berada di belakang beliau. Lalu beliau duduk di dekat untanya, beliau
merendahkan lututnya dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau,
sehingga ia menunggang (unta tersebut)”. [HR. Bukhari juz 5, hal.
77]
Di
lain riwayat disebutkan, dari Anas RA, ia berkata : Nabi SAW tinggal diantara
Khaibar dan Madinah selama tiga malam, dimana beliau berbulan madu dengan
Shafiyyah. Lalu saya mengundang kaum muslimin ke walimah pernikahan beliau. Pada
walimah itu tiada roti maupun daging, dan tidak sesuatupun kecuali beliau
memerintahkan Bilal membawa hamparan dari kulit. Hamparan itu dibentangkan, lalu
diatasnya ditaruh kurma, keju dan minyak samin. Orang-orang bertanya, “Ia
(Shafiyyah) salah seorang ummul mukminin ataukah budak perempuannya ?”. Mereka
menjawab, “Apabila beliau memasang kain penutup padanya, maka ia adalah salah
seorang ummul mukminin. Dan apabila beliau tidak memasang kain penutup, maka ia
adalah budak perempuannya”. Ketika beliau berangkat, beliau menempatkan-nya di
belakang dan beliau memasang kain penutup”. [HR. Bukhari juz 5, hal.
77]
Muslim
meriwayatkan dari Anas, ia berkata : Ketika diadakan pembagian hasil rampasan
perang termasuk tawanan, kebetulan Shafiyyah didapat oleh Dihyah.
Shahabat-shahabat lainnya lalu menuturkan kebaikan dan kecantikan Shafiyyah di
hadapan Rasulullah SAW. Mereka mengatakan, “Kami tidak pernah melihat seorang
tawanan seperti Shafiyyah”. Rasulullah SAW lalu menyuruh supaya Dihyah mau
menyerahkan Shafiyyah kepada beliau, dan Dihyah memang tidak berkeberatan untuk
meluluskan keinginan beliau tersebut. Setelah berada di tangan Rasulullah,
beliau lalu menyerahkannya kepada ibuku seraya berpesan, “Riaslah
ia”.
Ketika
kembali dari Khaibar Rasulullah SAW memboncengkan wanita tersebut di
belakangnya, lalu beliau turun, kemudian memasang kemah untuknya. Pada suatu
pagi Rasulullah SAW bersabda kepada para shahabat, “Barangsiapa yang masih
memiliki sisa makanan, maka hendaklah dia membawanya kepadaku”. Maka diantara
mereka ada yang membawa sisa kurmanya, ada yang membawa tepung dan lain-lainnya.
Setelah dicampur dan dimasak menjadi hais, mereka lalu memakannya bersama-sama.
Sedangkan minumnya mereka mengambil air dari langit yang tertampung dalam sebuah
telaga kecil yang tidak jauh dari tempat mereka. Itulah walimah yang
diselenggarakan oleh Rasulullah SAW untuk merayakan perkawinan beliau dengan
Shafiyyah.
Selesai
mengadakan walimah, kami terus melanjutkan perjalanan. Ketika kami sudah bisa
melihat bayang-bayang bangunan yang ada di Madinah, kami lalu mempercepat
jalannya unta kami, bagitu pula yang dilakukan Rasulullah SAW. Pada waktu itu
Shafiyyah masih berada di belakang Rasulullah SAW. Tiba-tiba unta yang
dikendarai beliau bersama istrinya itu jatuh terpeleset, sehingga mereka berdua
ikut jatuh. Namun pemandangan tersebut tidak sempat dilihat oleh seorangpun
diantara kami. Setelah beliau bangkit bangkit, cepat-cepat Rasulullah SAW
menutupi istrinya supaya tidak dilihat oleh kami. Aku mencoba untuk mendekati
dan ingin menolongnya. Namun beliau segera menolak, “Tidak apa-apa”. Kami
memasuki Madinah. Dan wanita-wanita yang ada di kota itu sama keluar menampakkan
dirinya. Mereka menyambut kedatangannya dengan riang gembira”. [HR. Muslim juz
2, hal. 1047]
Di
lain riwayat disebutkan : Kami berhasil mengumpulkan beberapa orang tawanan.
Lalu Dihyah datang dan berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah kepadaku seorang
wanita tawanan”. Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah seorang”. Kemudian Dihyah
mengambil Shafiyyah binti Huyaiy. Lalu datang seorang laki-laki kepada
Rasulullah SAW dan berkata, “Mengapa engkau berikan Shafiyyah binti Huyaiy anak
perempuan pemimpin bani Quraidhah dan Nadlir kepada Dihyah ?”. Rasulullah SAW
lalu bersabda, “Panggillah dia bersama wanita itu”. Kemudian Dihyah datang
dengan membawa Shafiyyah. Setelah Nabi SAW melihat kepada Shafiyyah, lalu
bersabda, Ambillah wanita tawanan yang lain”. Anas berkata, “Kemudian Rasulullah
memerde-kakan Shafiyyah dan mengawininya”. Tsabit bertanya kepada Anas, “Hai Abu
Hamzah, apa mahar Nabi SAW untuknya ?”. Anas menjawab, “Diri wanita itu. Nabi
SAW memerdekakannya lalu mengawininya. [HR.Muslim juz 2, hal.
1044]
6.
Nabi SAW dan para shahabat bangun kesiangan
عَنْ
اَبِى قَتَادَةَ قَالَ: سِرْنَا مَعَ النَّبِيّ ص لَيْلَةً، فَقَالَ بَعْضُ
اْلقَوْمِ: لَوْ عَرَّسْتَ بِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: اَخَافُ اَنْ
تَنَامُوْا عَنِ الصَّلاَةِ. قَالَ بِلاَلٌ: اَنَا اُوْقِظُكُمْ. فَاضْطَجَعُوْا وَ
اَسْنَدَ بِلاَلٌ ظَهْرَهُ اِلَى رَاحِلَتِهِ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ فَنَامَ.
فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ ص وَقَدْ طَلَعَ حَاجِبُ الشَّمْسِ، فَقَالَ: يَا بِلاَلُ
اَيْنَ مَا قُلْتَ؟ قَالَ: مَا اُلْقِيَتْ عَلَيَّ نَوْمَةٌ مِثْلُهَا قَطُّ.
قَالَ: اِنَّ اللهَ قَبَضَ اَرْوَاحَكُمْ حِيْنَ شَاءَ وَ رَدَّهَا عَلَيْكُمْ
حِيْنَ شَاءَ. يَا بِلاَلُ، قُمْ فَاَذّنْ بِالنَّاسِ بِالصَّلاَةِ. فَتَوَضَّأَ،
فَلَمَّا ارْتَفَعَتِ الشَّمْسُ وَابْيَاضَّتْ قَامَ فَصَلَّى. البخارى 1:
147
Dari
Abu Qatadah, ia berkata : Kami pernah berjalan di waktu malam bersama Nabi SAW,
lalu ada orang berkata, “Sebaiknya engkau bersama kami istirahat dahulu ya
Rasulullah”. Beliau menjawab, “Aku khawatir jika kalian tidur, akan terlambat
dari mengerjakan shalat (Shubuh)”. Lalu Bilal berkata, “Saya yang akan
membangunkan kalian”. Kemudian Nabi SAW dan para shahabat tidur, dan Bilal
menyandarkan punggungnya pada kendaraannya, lalu Bilal pun mengantuk hingga
tertidur. Tiba-tiba Nabi SAW bangun sedangkan matahari telah bersinar. Beliau
SAW bersabda, “Hai Bilal, mana janjimu (akan membangunkan kami) ?”. Bilal
menjawab, “Saya sama sekali belum pernah mengantuk seperti tadi malam”. Nabi SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah menggenggam nyawa kalian di waktu Dia menghendaki,
dan mengembalikannya kepada kalian di waktu Dia kehendaki. Hai Bilal, bangunlah,
serulah orang-orang untuk shalat”. Lalu Nabi SAW berwudlu ketika matahari sudah
naik dan bersinar putih, kemudian beliau shalat”. [HR. Bukhari juz 1, hal.
147]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ قَفَلَ مِنْ غَزْوَةِ خَيْبَرَ
سَارَ لَيْلَهُ حَتَّى اِذَا اَدْرَكَهُ اْلكَرَى عَرَّسَ وَقَالَ لِبِلاَلٍ:
اكْـَلأْ لَنَا اللَّيْلَ فَصَلَّى بِلاَلٌ مَا قُدّرَ لَهُ وَ نَامَ رَسُوْلُ
اللهِ ص وَ اَصْحَابُهُ. فَلَمَّا تَقَارَبَ اْلفَجْرُ اسْتَنَدَ بِلاَلٌ اِلَى
رَاحِلَتِهِ مُوَاجِهَ اْلفَجْرِ فَغَلَبَتْ بِلاَلاً عَيْنَاهُ وَ هُوَ مُسْتَنِدٌ
اِلَى رَاحِلَتِهِ فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ لاَ بِلاَلٌ وَ لاَ
اَحَدٌ مِنْ اَصْحَابِهِ حَتَّى ضَرَبَتْهُمُ الشَّمْسُ، فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص
اَوَّلَهُمُ اسْتِيقَاظًا، فَفَزِعَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَيْ بِلاَلُ،
فَقَالَ بِلاَلٌ: اَخَذَ بِنَفْسِى الَّذِى اَخَذَ (بِأَبِى اَنْتَ وَ اُمّى يَا
رَسُوْلَ اللهِ) بِنَفْسِكَ. قَالَ: اقْتَادُوْا، فَاقْتَادُوْا رَوَاحِلَهُمْ
شَيْئًا ثُمَّ تَوَضَّأَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَمَرَ بِلاَلاً فَاَقَامَ الصَّلاَةَ
فَصَلَّى بِهِمُ الصُّبْحَ. فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: مَنْ نَسِيَ
الصَّلاَةَ فَلْيُصَلّهَا اِذَا ذَكَرَهَا، فَاِنَّ اللهَ قَالَ: اَقِمِ الصَّلوةَ
لِذِكْرِيْ. مسلم 1: 471
Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW ketika pulang dari
peperangan Khaibar beliau berjalan pada waktu malam. Dan ketika diserang rasa
kiantuk, maka beliau pun beristirahat. Lalu beliau berpesan kepada Bilal, “Jaga
malamlah untuk kami”. Lalu Bilal shalat sekedarnya. Sesudah itu Rasulullah SAW
tidur. Begitu pula dengan para shahabat. Ketika waktu fajar hampir tiba, Bilal
bersandar kepada kendaraannya. Lalu Bilal pun tertidur dengan bersandar kepada
kendaran tersebut. Dan Rasullullah SAW, Bilal dan para shahabat tidak seorang
pun yang bangun hingga mereka tersengat sinar matahari. Rasulullah SAW adalah
yang paling awal bangun. Sejenak beliau merasa kaget, lalu bertanya, “Di mana
Bilal ?”. Bilal pun ikut terbangun dan dengan gugup dia pun menjawab, “Ku tebusi
engkau dan ibuku, ya Rasulullah”. Rasulullah SAW bersabda, “Tuntunlah
kendaraanmu”. Para shahabat pun menurut perintah beliau itu. Kemudian Rasulullah
SAW berwudlu, lalu menyuruh Bilal untuk mengqomati shalat. Beliau lalu shalat
bersama-sama dengan shahabat. Setelah selesai shalat beliau bersabda,
“Barangsiapa yang lupa akan shalat, maka hendaklah segera ia lakukan begitu dia
ingat. Karena sesungguhnya Allah berfirman : Dirikanlah shalat, karena ingat
Aku” (Thaha : 14). [HR. Muslim juz 1, hal. 471]
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: عَرَّسْنَا مَعَ نَبِيّ اللهِ ص فَلَمْ نَسْتَيْقِظْ
حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: لِيَأْخُذْ كُلُّ رَجُلٍ
بِرَاْسِ رَاحِلَتِهِ، فَاِنَّ هذَا مَنْزِلٌ حَضَرَنَا فِيْهِ الشَّيْطَانُ.
قَالَ: فَفَعَلْنَا ثُمَّ دَعَا بِاْلمَاءِ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ،
ثُمَّ اُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَصَلَّى اْلغَدَاةَ. مسلم 1: 471
Dari
Abu Hurairah, dia berkata : Aku pernah tertidur bersama Nabi SAW dan baru bangun
ketika matahari sudah terbit. Nabi SAW lalu bersabda, “Hendaklah setiap orang
memegang kepala hewan kendaraannya, karena sesungguhnya di sini adalah tempat
hadirnya syaithan”. Kami pun melakukan perintah beliau tersebut. Kemudian beliau
meminta air untuk wudlu. Setelah itu beliau shalat dua rekaat. Kemudian beliau
shalat Shubuh seteleh diiqamati terlebih dahulu”. [HR. Muslim juz 1, hal.
471]
Bersambung........
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak