Ahad,
14 Pebruari 1999/27 Syawwal 1419 Brosur no. :
969/1009/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-57)
Para
pendeta Yahudi dan pendeta Nashrani Najran, setelah mereka itu memperdebatkan
tentang agama Nabi Ibrahim dan tentang ketuhanan masing-masing, orang Yahudi
menganggap 'Uzair adalah putera Allah dan orang Nashrani menganggap 'Isa adalah
putera Allah, lalu mereka pun saling menuduh dan saling
menyalahkan.
Ibnu
Ishaq meriwayatkan, ketika orang-orang Nashrani dari Najran datang kepada
Rasulullah SAW, para pendeta Yahudi lalu datang kepada mereka. Kemudian mereka
saling berdebat dan bertengkar dihadapan Nabi SAW. Seorang pendeta Yahudi yang
bernama Rafi' bin Huraimilah berkata, "Kamu orang-orang Nashrani tidak diatas
kebenaran". Pendeta Yahudi tersebut mengkufuri Nabi 'Isa dan kitab Injil.
Lalu seorang pendeta Nashrani Najran menjawab, "Kamu orang-orang Yahudilah
yang tidak diatas kebenaran". Pendeta Nashrani tersebut mengkufuri kenabian
Nabi Musa dan kitab Taurat. Sehubungan dengan perkataan mereka itu maka Allah
menurunkan ayat :
وَ قَالَتِ اْليَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصرى عَلى شَيْءٍ وَّ قَالَتِ
النَّصرى لَيْسَتِ اْليَهُوْدُ عَلى شَيْءٍ وَّ هُمْ يَتْلُوْنَ اْلكِتبَ، كَذلِكَ
قَالَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ، فَاللهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ
يَوْمَ اْلقِيمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ. البقرة:113
Dan
orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nashrani itu tidak mempunyai suatu
pegangan", dan orang-orang Nashrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. Demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka
Allah akan mengadili diantara mereka pada hari qiyamat, tentang apa-apa yang
mereka berselisih padanya.
[QS. Al-Baqarah : 113]
Demikianlah
perdebatan antara kaum Yahudi Madinah dengan kaum Nashrani Najran di hadapan
Nabi SAW yang masing-masing berkeras kepala memperta-hankan pendiriannya yang
salah.
Adapun
penjelasan-penjelasan Nabi Muhammad SAW kepada kedua pihak yang bertengkar dan
berbantah tersebut sebenarnya merupakan penjelasan yang tegas, jelas, tepat dan
benar, tetapi lantaran mereka masing-masing sudah diliputi oleh perasaan
fanatik, taqlid buta dan mengikut saja kepada apa yang telah ada, maka mereka
tidak mau lagi mempergunakan fikirannya sedikitpun. Dengan demikian, maka
tetaplah mereka tidak dapat mendengar dan menerima kebenaran yang
haqiqi.
Dan
orang-orang Yahudi mengatakan, "Orang-orang yang akan menjadi pengisi surga
kelak tidak ada lain kecuali kaum Yahudi". Begitu pula para pendeta Nashrani
mengatakan, "Orang-orang yang akan menjadi pengisi surga kelak tidak ada lain
kecuali kaum Nashrani".
Maka
anggapan mereka itu ditolak oleh Allah dengan firman-Nya :
وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ اْلجَنَّةَ اِلاَّ مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ
نَصرى، تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ، قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ
صدِقِيْنَ، بَلى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَه ِللهِ وَ هُوَ مُحْسِنٌ فَلَه اَجْرُه
عِنْدَ رَبّه، وَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَ لاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ.
البقرة:111-112
Dan
mereka (Yahudi dan Nashrani) berkata : "Sekali-kali tidak akan masuk syurga
kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nashrani". Demikian itu (hanya)
angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah : "Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (Tidak demikian) bahkan
barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan,
maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[QS. Al-Baqarah : 111-112]
Dan
diriwayatkan oleh Ibnu Ishak, bahwa Rafi' bin Huraimilah, seorang pendeta Yahudi
berkata kepada Rasulullah SAW : "Hai Mumammad, jika kamu betul-betul Rasul
dari Allah, katakanlah kepada Allah, agar Dia berbicara langsung kepada kami
sehingga kami mendengar perkataan-Nya".
Sehubungan
dengan peristiwa tersebut, maka Allah menurunkan firman-Nya
:
وَ قَالَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ لَوْ لاَ يُكَلّمُنَا اللهُ اَوْ
تَأْتِيْنَآ ايَةً، كَذلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مّثْلَ قَوْلِهِمْ،
تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ، قَدْ بَيَّنَّا اْلايتِ لِقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ.
البقرة:118
Dan
orang-orang yang tidak mengetahui berkata : "Mengapa Allah tidak (langsung)
berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami ?"
Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan
mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
[QS. Al-Baqarah : 118]
Dan
Abdullah bin Shuriya berkata kepada Rasulullah SAW : "Tidak ada petunjuk
kecuali yang kami anut, maka ikutilah kami hai Muhammad, pasti kamu mendapat
petunjuk". Dan orang-orang Nashrani pun mengatakan seperti itu juga.
Sehubungan
dengan perkataan Abdullah bin Shuriya dan perkataan orang-orang Nashrani
tersebut, Allah menurunkan firman-Nya :
وَ قَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصرى تَهْتَدُوْا، قُلْ بَلْ
مِلَّةَ اِبْرهِيْمَ حَنِيْفًا، وَ مَا كَانَ مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ. قُوْلُوْآ
امَنَّا بِاللهِ وَ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَ مَآ اُنْزِلَ اِلى اِبْرهِيْمَ وَ
اِسْمعِيْلَ وَ اِسْحقَ وَ يَعْقُوْبَ وَ اْلاَسْبَاطِ وَ مَآ اُوْتِيَ مُوْسى وَ
عِيْسى وَ مَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبّهِمْ، لاَ نُفَرّقُ بَيْنَ اَحَدٍ
مّنْهُمْ، وَ نَحْنُ لَه مُسْلِمُوْنَ. فَاِنْ امَنُوْا بِمِثْلِ مَآ امَنْتُمْ بِه
فَقَدِ اهْتَدَوْا، وَ اِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍ،
فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ، وَ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. صِبْغَةَ اللهِ، وَ
مَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً، وَّ نَحْنُ لَه عبِدُوْنَ. قُلْ
اَتُحَآجُّوْنَنَا فِى اللهِ وَ هُوَ رَبُّنَا وَ رَبُّكُمْ وَ لَنَآ اَعْمَالُنَا
وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ، وَ نَحْنُ لَه مُخْلِصُوْنَ. اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ
اِبْرهِيْمَ وَ اِسْمعِيْلَ وَ اِسْحقَ وَ يَعْقُوْبَ وَ اْلاَسْبَاطَ كَانُوْا
هُوْدًا اَوْ نَصرى، قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللهُ، وَ مَنْ اَظْلَمُ
مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَه مِنَ اللهِ، وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُوْنَ. تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَ لَكُمْ مَّا
كَسَبْتُمْ، وَ لاَ تُسْئَلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.
البقرة:135-141
Dan
mereka berkata : "Hendaklah kamu menjadi penganut Agama Yahudi atau Nashrani,
niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, bahkan (kami mengikuti)
agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang
musyrik". (135) Katakanlah (hai orang-orang mu'min) : "Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan
Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya". (136) Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman
kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling,
sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan
memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (137) Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya
daripada Allah ? Dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah. (138) Katakanlah :
"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan
kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya
kepada-Nya kami mengikhlaskan hati. (139) Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi
dan Nashrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya,
adalah penganut agama Yahudi atau Nashrani ? Katakanlah : "Apakah kamu yang
lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang
yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya ?". Dan Allah
sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (140) Itu adalah umat yang
telah lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan;
dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan.
(141) [QS. Al-Baqarah : 135-141]
12.
Islamnya Abdullah bin Salam
Abdullah
bin Salam, nama kecilnya adalah Hushain bin Salam bin Harits, dari keturunan
Nabi Yusuf bin Ya'qub AS. Ia adalah seorang pendeta dan ulama Yahudi dari Bani
Qainuqa' yang paling dalam pengetahuannya tentang kitab Taurat. Sebelum Nabi SAW
berhijrah ke Madinah, ia telah menanti-nanti kedatangan Rasul Allah yang
terakhir tersebut, yang sifat-sifatnya telah termaktub dalam Taurat dan Injil,
serta kedatangannya telah dijanjikan di dalamnya. Kemudian, pada hari Nabi SAW
tiba Madinah, ia mendapat berita bahwa orang yang dinanti-nanti dan
diharap-harap kedatangannya itu telah tiba di Madinah. Beberapa hari kemudian ia
datang menghadap Nabi SAW seorang diri secara rahasia, karena khawatir nasib
dirinya dan keluarganya jika keislamannya terdengar oleh kaumnya, terutama
kawan-kawannya sesama pendeta Yahudi. Setelah berhadapan dengan Nabi SAW, ia
mencocokkan sifat-sifat beliau dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dalam
Taurat dan Injil. Setelah diketahuinya bahwa sifat-sifat dan tanda-tanda itu
cocok, seketika itu juga ia masuk Islam. Sekembalinya dari bertemu dengan Nabi
SAW, lalu ia mengajak keluarganya supaya mengikut seruan Nabi SAW. Dan seruannya
itu pun diterima oleh seluruh keluarganya, yang akhirnya mereka semua menjadi
pengikut Nabi SAW, itupun secara rahasia.
Kemudian
untuk membuktikan kepada Nabi SAW bahwa kaum Yahudi itu pendusta, pembohong dan
pengkhianat terhadap kebenaran, maka pada suatu hari Abdullah bin Salam datang
ke rumah Nabi SAW dengan diam-diam. Setelah bertemu dengan beliau, lalu meminta
kepada beliau, bahwa sewaktu-waktu kaum Yahudi datang kepada beliau, supaya
beliau menanyakan pendapat mereka tentang dirinya (Abdullah bin Salam), agar
mereka menerangkan hal-hal tentang dirinya, dan ia minta pula kepada beliau
supaya diizinkan masuk ke dalam kamar beliau untuk bersembunyi jika kaum Yahudi
datang. Lalu Nabi SAW berjanji akan mengabulkan semua
permintaannya.
Ketika
kelihatan dari rumah Nabi bahwa kaum Yahudi datang berbondong-bondong menuju ke
rumah beliau, maka beliau segera menyuruh Abdullah bin Salam masuk ke dalam
kamar. Pada waktu itu kaum Yahudi yang datang ke rumah Nabi SAW belum mengetahui
bahwa Hushain bin Salam telah menjadi pengikut Islam, dan belum mengetahui bahwa
waktu itu ia sedang bersembunyi di dalam kamar Nabi.
Setelah
mereka berhadapan dengan Nabi SAW, beliau lalu bertanya kepada mereka :
"Bagaimana keadaan seorang lelaki yang bernama Hushain bin Salam ?"
Mereka menjawab : "Ia ada di dalam kebaikan". Nabi SAW bertanya pula :
"Bagaimana pendapatmu tentang dia ?" Mereka menjawab : "Menurut hemat
kami, Hushain bin Salam itu adalah tuan kami dan anak lelaki dari tuan kami. Ia
adalah sebaik-baik orang kami dan anak lelaki dari sebaik-baik orang kami. Ia
adalah semulia-mulia orang kami dan anak laki-laki dari semulia-mulia orang
kami. Ia adalah seorang yang paling alim dari golongan kami, karena dewasa ini
di kota Madinah tidak ada seorang pun yang melebihi kealimannya tentang kitab
Allah (Taurat)".
Demikianlah
mereka memuji Abdullah bin Salam. Lalu Nabi SAW bersabda kepada mereka :
"Jadi, Hushain bin Salam itu adalah seorang dari golongan kalian yang paling
terpandang segalanya ?" Mereka menjawab : "Ya, betul begitu
Muhammad". Kemudian Nabi SAW memanggil Abdullah bin Salam : "Hai Hushain
bin Salam, keluarlah".
Abdullah
bin Salam segera keluar, lalu mendekat kepada Nabi SAW dan menghadapkan muka
kepada mereka sambil berkata : "Hai golongan orang-orang Yahudi ! Hendaklah
kamu sekalian takut kepada Allah ! Terimalah dengan baik segala apa yang telah
datang kepada kamu ! Demi Allah, sesungguhnya kamu sekalian telah mengetahui
bahwa beliau ini Pesuruh Allah, yang kamu sekalian telah mendapati dan mengenal
sifat-sifat beliau ini didalam kitab yang ada di sisimu ?. Maka sesungguhnya
saya telah bersaksi bahwa beliau ini adalah nabi dan pesuruh Allah. Sebab memang
sebelumnya saya telah mengenal sifat-sifat beliau sebagaimana yang tersebut
dalam kitab Taurat. Oleh sebab itu sekarang saya telah beriman kepada beliau,
membenarkan segala apa yang didatangkan oleh beliau dan mengikut semua seruan
beliau".
Mendengar
ucapan Abdullah bin Salam itu, dengan perasaan sangat menyesal mereka berkata :
"Tuan berdusta ! Mengapa tuan berani berkata demikian
?".
Abdullah
bin Salam menyahut : "Celakalah kamu semua ! Hendaklah kamu takut kepada
Allah !. Apakah kamu sekalian tidak mengenal sifat-sifat beliau ini dalam kitab
Taurat ?".
Mereka
menjawab : "Tidak ! Tuanlah yang berdusta ! Tuan adalah sejelek-jelek orang
dari golongan kami. Sebab tuan sekarang sudah beragama
lain".
Kemudian
mereka bubar dan pergi meninggalkan rumah Nabi SAW, sedangkan Abdullah bin Salam
masih ada di hadapan beliau. Ia berkata kepada beliau : "Inilah yang saya
khawatirkan, ya Rasulullah. Saya sebelumnya telah menuturkan kepada tuan bahwa
kaum Yahudi itu adalah kaum pendusta, pembohong lagi
pengkhianat".
Kemudian
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
قُلْ اَرَأَيْتُمْ اِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَ كَفَرْتُمْ بِه وَ
شَهِدَ شَاهِدٌ مّنْ بَنِيْ اِسْرَآءِيْلَ عَلى مِثْلِه فَامَنَ وَ
اسْتَكْبَرْتُمْ، اِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ الظّلِمِيْنَ.
الاحقاف:10
Katakanlah
: "Terangkanlah kepadaku bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur'an itu datang dari
sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil
mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al-Qur'an lalu dia
beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang dhalim".
[QS Al-Ahqaaf : 10]
Diriwayatkan,
bahwa setelah Abdullah bin Salam masuk Islam, dan diketahui oleh pendeta-pendeta
dan ulama-ulama Yahudi, ia dicaci maki, dihina, dijelek-jelekkan dan sangat
dimusuhi. Antara lain, pada suatu hari diantara pendeta-pendeta Yahudi ada yang
berkata kepada kawannya, dan perkataan itu sengaja ditujukan kepada diri
Abdullah bin Salam : "Tidak ada orang yang percaya kepada Muhammad dan
seruannya, melainkan seburuk-buruk dan serendah-rendahnya orang. Orang yang
sebaik-baik dan semulia-mulia dari golongan kita tidak akan berani meninggalkan
agama pusaka nenek moyangnya lalu mengikut agama lain, dari golongan lain dan
dari bangsa lain. Barangsiapa dari golongan kita sampai mengikuti agama
Muhammad, maka teranglah bahwa ia sejahat-jahat orang di kalangan
kita".
Sehubungan
dengan peristiwa itu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW
:
لَيْسُوْا سَوَآءً، مِنْ اَهْلِ اْلكِتب اُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَّتْلُوْنَ
ايتِ اللهِ انَآءَ الَّيْلِ وَ هُمْ يَسْجُدُوْنَ. يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ
اْليَوْمِ اْلاخِرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَنْهَوْنَ عَنِ
اْلمُنْكَرِ وَ يُسَارِعُوْنَ فِى اْلخَيْرَاتِ، وَ اُولـئِكَ مِنَ الصّلِحِيْنَ.
وَ مَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ، وَ اللهُ عَلِيْمٌ
بِاْلمُتَّقِيْنَ. ال عمران: 113-115
Mereka
itu tidak sama, diantara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga
bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada
(mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shalih.
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak
dihalangi (menerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
bertaqwa.
[QS. Ali Imran : 113-115]
Demikianlah
riwayat masuk Islamnya Hushain bin Salam. Setelah ia memeluk Islam, namanya
diganti oleh Nabi SAW dengan Abdullah bin Salam. Selanjut-nya ia menjadi pemeluk
Islam yang thaat, ia termasuk dari sahabat Anshar, dan meninggal dunia pada
tahun 43 H di Madinah pada zaman Khalifah Mu'awiyah.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak