POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-59) Jihad fi Sabilillah 2

Posted by

Ahad, 28 Maret 1999/10 Dzulhijjah 1419                    Brosur no. : 975/1015/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-59)


Jihad fi Sabilillah 2
Syekh Thanthawi Jauhari di dalam kitabnya "Al-Qur'an wal 'Ulumul 'Ashriyah", beliau berkata : "Orang-orang yang kurang mengerti banyaklah yang menyangka bahwa jihad itu tidak lain melainkan memerangi orang-orang kafir belaka. Sekali-kali tidak begitu! Sebagaimana ulama-ulama ahli hukum agama yang benar-benar telah mengerti telah menetapkan, jihad itu tidaklah terbatas memerangi musuh belaka, tetapi mengandung arti, maksud dan tujuan yang seluas-luasnya. Memajukan pertukangan, kerajinan, pertanian, membangun negara, mengusahakan ketinggian budi pekerti, dan memuliakan serta meninggikan derajat suatu ummat, itu semuanya termasuk perbuatan "Jihad" juga, yang tidak kurang kepentingannya dan jasanya dari pada orang-orang yang mengangkat senjata melawan musuh".
Lebih lanjut beliau berkata : "Sesungguhnya barisan balatentara yang berhadap-hadapan dengan musuh, tidak akan kuat dan kuasa bertahan di atas kedudukannya, kecuali jika di belakang bala tentara itu ada pemerintahan yang teratur rapi, yang mempunyai pabrik-pabrik senjata lengkap, mempunyai persediaan makanan yang cukup, untuk dikirimkan ke medan peperangan. Maka dari itu, barangsiapa menyangka bahwa kaum petani yang mengolah sawah ladangnya, yang berusaha mengeluarkan segala apa yang ada, tukang-tukang besi dan pembuat-pembuat senjata dan alat-alat pengangkutan serta tukang-tukang kayu yang melengkapkan alat-alat itu, dan ahli-ahli pembuat makanan untuk persediaan makanan bala tentara itu lebih rendah dan lebih sedikit pahalanya di akhirat daripada bala tentara yang berjuang dan bertempur di medan pertempuran, maka ia adalah orang yang tolol tentang urusan agama dan tersesatlah pendapatnya, dan dia adalah orang yang lalai tentang Islam yang sebenarnya. Padahal Nabi Muhammad SAW sendiri tatkala kembali dari salah satu peperangannya pernah bersabda : "Kita telah kembali dari perang yang kecil ke perang yang besar, ialah perang terhadap nafsu".
Apakah hal itu bukan suatu petunjuk bagi kaum Muslimin, bahwa berperang terhadap hawa nafsu itu lebih tinggi derajatnya daripada memerangi musuh (orang-orang kafir) ?
Adapun berperang terhadap hawa nafsu ialah meninggalkan sifat dan kebiasaan malas, berusaha mengerjakan pembangunan-pembangunan, meninggikan derajat ummat, menjelajahi bumi untuk menuntut pengetahuan, mendidik ketinggian budi pekerti dan sebagainya. Maka dari itu, orang yang mendidik dirinya sendiri supaya baik dan benar itu termasuk mujahid (orang yang berjihad). Berusaha menjalankan pembangunan-pembangunan itu juga berjihad. Mengembara di muka bumi untuk mengetahui hal-hal yang berguna bagi kaum Muslimin itu juga berjihad. Dan orang 'alim yang pengetahuannya berguna bagi kaum Muslimin itu pun berjihad pula.
Di samping uraian tersebut, baiklah di bawah ini kami kutipkan lagi satu riwayat dari Nabi SAW yang menunjukkan bahwa arti "jihad" itu tidak hanya berperang untuk memerangi orang kafir atau musyrik.
عَنْ كَعْبِ ابْنِ عُجْرَةَ رض قَالَ: مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ ص رَجُلٌ فَرَأَى اَصْحَابَ رَسُوْلِ اللهِ ص مِنْ جَلَدِهِ وَ نَشَاطِهِ. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ كَانَ هذَا فِى سَبِيْلِ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى اَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ، وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَ مَفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ. الطبرانى
Dari Ka'ab bin 'Ujrah RA ia berkata, telah berlalu seorang laki-laki di hadapan Nabi SAW lalu para sahabat Rasulullah SAW melihat kekuatan dan ketangkasan orang itu, maka mereka berkata : Alangkah baik dan hebatnya jika orang ini berperang pada jalan Allah? Maka Rasulullah SAW bersabda : Jika ia keluar berusaha untuk anaknya yang masih kecil-kecil, maka ia pada jalan Allah, jika ia keluar berusaha untuk keperluan orang tuanya yang telah lanjut usianya, maka ia pada jalan Allah. Dan jika ia keluar berusaha untuk dirinya agar terpelihara kehormatannya, maka ia pada jalan Allah. Dan jika ia keluar berusaha karena riya dan bermegah diri, maka ia pada jalan syaithan. [HR. Thabrani dengan rijal shahih]
Dengan hadits ini bertambah jelaslah, bahwa arti jihad menurut Islam itu luas sekali.

(Bersambung)


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak