POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-61) Berbagai Peristiwa Penting.

Posted by

Ahad, 16 Mei 1999/30 Muharram 1420                        Brosur no. : 982/1022/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-61)


Berbagai Peristiwa Penting.
Sebelum membahas peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW perlu kita ketahui bahwa peperangan pada zaman Rasulullah SAW itu ada 2 macam, yaitu :
1.  Sariyyah ialah peperangan yang dilakukan oleh pasukan tentara Islam yang dikirim oleh Nabi SAW, sedangkan beliau tidak turut di dalamnya.
2.  Ghazwah ialah peperangan yang Nabi SAW turut di dalamnya.
1. Pasukan Islam yang dipimpin Hamzah bin Abdul Muththalib.
Menurut riwayat, bahwa pada bulan Ramadlan tahun 1 Hijrah, Nabi SAW mengirim pasukan Islam yang pertama kali dan dipimpin oleh Hamzah bin 'Abdul Muththalib RA untuk menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tersebut terdiri dari kaum Muhajirin sebanyak 30 orang, berbendera putih dan yang membawa benderanya ialah shahabat Abu Martsad RA. Hamzah berangkat bersama tentara Islam yang jumlahnya sedikit tadi menuju ke suatu tempat yang bernama 'Ish (Hish) dekat lautan yang dipergunakan jalan bagi angkatan perdagangan kaum musyrikin Quraisy.
Adapun kafilah Quraisy tersebut adalah mereka yang sedang kembali dari Syam untuk berdagang sebanyak lebih kurang 300 orang dan dipimpin oleh Abu Jahl. Setelah mereka saling berhadapan dan siap bertempur, tidak lama kemudian datanglah seorang kepala Banu Dlamrah yang bernama Majdiy bin 'Amr Al-Juhaniy, mendamaikan dua golongan tersebut, sehingga pertempuran tidak terjadi. Akhirnya tentara Islam kembali ke Madinah, dan kafilah Quraisy melanjutkan pulang ke Makkah.
2. Pasukan Islam yang dipimpin oleh 'Ubaidah bin Al-Haarits.
Diriwayatkan, bahwa pada bulan Syawwal tahun 1 Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan pula pasukan Islam yang dipimpin oleh shahabat 'Ubaidah bin Al-Haarits untuk menghadang kafilah Quraisy. Pasukan tentara Islam berjumlah 80 orang Muhajirin, berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Misthah bin Atsaatsah. Adapun kafilah musyrikin Quraisy sebanyak 200 orang.
Kedua pasukan ini setelah bertemu di tepi laut, di suatu tempat yang bernama Bathnu Rabigh yang terletak antara negeri Makkah dan Madinah, lalu saling melepaskan panah. Akhirnya tentara kaum musyrikin ketakutan terhadap kaum muslimin, lalu mereka mundur. Pada peristiwa tersebut Sa'ad bin Abi Waqqash sempat melepaskan anak panah, dan itu merupakan panah yang pertama kali dilepaskan dalam Islam. Dan diantara mereka ada dua orang yang menyerahkan diri kepada pasukan muslimin. Kedua orang tadi ialah Miqdad bin Al-Aswad dari Bani Zuhrah dan 'Utbah bin Ghazwan dari Bani Naufal, yang duanya itu keturunan Quraisy. Setelah mereka menyerahkan diri, lalu dengan ikhlash mengikut Islam.
Peristiwa lain-lain yang terjadi pada th. 1 Hijrah.
1. Wafatnya beberapa shahabat :
a. Wafatnya shahabat Kaltsum bin Hadam RA.
Kaltsum bin Hadam adalah seorang shahabat Anshar yang pada waktu Nabi SAW sampai di Quba' dalam perjalanan hijrah ke Madinah rumahnya didiami oleh Nabi SAW. Dan dia adalah shahabat Anshar yang pertama wafat setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah.
b. Wafatnya 'Utsman bin Madl'un RA.
Shahabat 'Utsman bin Madl'un adalah seorang shahabat dan saudara susu Nabi SAW. Dan dia termasuk dari orang-orang yang mula-mula masuk Islam, dan pernah ikut berhijrah ke Habsyi. Dan dia adalah shahabat Muhajirin yang pertama wafat. Dan diriwayatkan, bahwa pada waktu dia dimakamkan, Nabi SAW memerintahkan kepada seorang laki-laki untuk mengambil sebuah batu yang agak besar. Setelah Nabi SAW mendapatkan batu itu, beliau meletakkannya di arah kepalanya sambil bersabda :
اَتَعَلَّمُ بِهَا قَبْرَ اَخِى وَ اَدْفِنُ اِلَيْهِ مَنْ مَاتَ مِنْ اَهْلِى. ابو داود و ابن ماجه
Aku menandai dengan (batu) ini akan kubur saudaraku ini dan aku mengubur di sini orang yang mati dari ahliku. [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
c. Wafatnya shahabat As'ad bin Zurarah RA.
Shahabat As'ad bin Zurarah adalah seorang shahabat Anshar, dan dalam bai'at 'Aqabah yang kedua, Nabi SAW telah menetapkannya sebagai pengawas bagi kaum Banu Sa'idah. Maka setelah ia wafat, jabatan pengawas bagi kaumnya itu dipegang oleh Nabi SAW sendiri, dan hal ini berdasarkan kemauan dan pilihan kaum Banu Sa'idah itu sendiri.
d. Wafatnya shahabat Barra' bin Ma'rur RA.
Dia adalah seorang shahabat Anshar yang dalam bai'at 'Aqabah yang kedua berbicara di hadapan Nabi SAW atas nama kaumnya (Banu Salamah) dan dialah yang ditetapkan menjadi pengawas bagi kaumnya.
e. Kelahiran 'Abdullah bin Zubair RA
Menurut riwayat, beberapa bulan sesudah Nabi SAW sampai di Madinah dalam hijrah beliau, keluarga shahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menyusul hijrah. Diantara keluarga ini ialah Asma' yaitu putri shahabat Abu Bakar, kakak perempuan 'Aisyah, dan dia adalah istri shahabat Zubair bin 'Awwam. Ketika Asma' berangkat berhijrah dia sedang hamil. Kemudian, beberapa bulan sesudah dia sampai di Madinah, dia melahirkan seorang putera yang dinamakan 'Abdullah. 'Abdullah bin Zubair ini adalah seorang putera dari shahabat Muhajirin yang pertama-tama dilahirkan. Lahirnya shahabat 'Abdullah bin Zubair berarti lahirnya seorang calon pejuang Islam, karena ternyata dia adalah seorang pejuang Islam sampai akhir hayatnya.
Dan pada tahun 1 Hijrah itu pula 2 orang musuh Islam telah meninggal :
1. Kematian Walid bin Mughirah.
Walid bin Mughirah adalah seorang yang sangat memusuhi Islam dan merintangi seruan Nabi SAW ketika di Makkah, karena dia memang salah seorang ketua dan kepala bangsa Quraisy di Makkah. Pada tahun pertama hijrah, dia mati dengan penuh penyesalan. Dan diriwayatkan bahwa pada saat ajalnya hampir tiba, ia sering mengeluh dan tampak sangat susah. Maka Abu Jahl bertanya kepadanya, "Wahai pamanku, mengapa engkau tampak begitu sedih, lalu apa yang menyebabkan engkau mengeluh ?". Walid bin Mughirah menjawab, "Saya sedih ini bukan karena takut akan mati, tetapi karena saya khawatir, kalau-kalau sepeninggal saya nanti agama Ibnu Abi Kabsyah mendapat kemenangan". [Yang dimaksud Ibnu Abi Kabsyah adalah Nabi SAW].
Kemudian Abu Sufyan segera menyahut, "Jangan khawatir, jangan takut, saya tanggung agama Ibnu Abi Kabsyah tidak akan dapat masuk ke Makkah. Jangankan mendapat kemenangan, masuk saja tidak akan bisa". Demikianlah riwayat kematian Walid bin Mughirah.
2. Kematian 'Ash bin Waail.
Beberapa hari sesudah Walid bin Mughirah meninggal, lalu 'Ash bin Waail As-Sahmiy menyusul meninggal. 'Ash ini adalah seorang kepala Quraisy Makkah yang sangat memusuhi seruan Nabi SAW.
3. Perang Waddan.
Menurut riwayat, Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq, dan dikuatkan pula oleh Imam Bukhari dalam Tarikh Shaghirnya, bahwa ghazwah Waddan ini adalah ghazwah (peperangan) yang pertama kali yang dikepalai oleh Nabi SAW. Waddan adalah suatu nama gunung yang terletak diantara Makkah dan Madinah. Dan perang tersebut juga dinamakan ghazwah Abwa', karena berdekatan dengan desa Abwa'.
Ghazwah Waddan ini terjadi pada tanggal 12 bulan Shafar tahun kedua Hijrah. Pada hari dan bulan itu, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh shahabat-shahabat Muhajirin sebanyak 70 orang. Shahabat-shahabat Anshar tidak ada yang disuruh ikut. Sebelum Nabi SAW berangkat, pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Sa'ad bin 'Ubadah RA. Nabi SAW berangkat menuju Waddan diiringi oleh pasukan tersebut dengan berbendera putih yang dibawa oleh shahabat Hamzah RA, Nabi dan tentaranya berangkat untuk menghadang seperangkatan unta yang membawa perdagangan kaum musyrikin Quraisy. Tetapi ternyata seperangkatan unta tersebut telah lewat, maka ghazwah tadi tidak sampai terjadi.
Kemudian di tempat tersebut Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan kaum Arab dari Bani Dlamrah, perjanjian tersebut oleh pembesar kaum ini yang bernama Makhsyi bin Amr Adl-Dlamriy pemimpin mereka pada saat itu, dan telah diterima dengan baik. Adapun isi perjanjiannya ialah :
1.  Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada kaum muslimin.
2.  Bahwa kaum muslimin tidak diperkenankan menyerang atau memerangi lebih dahulu kepada mereka.
3.  Bahwa jika masing-masing dari dua golongan mendapat serangan dari luar, maka wajib membela dan menolong dengan sekuat-kuatnya.
4.  Bahwa Bani Dlamrah tidak diperkenankan membantu apasaja kepada orang yang hendak memusuhi Islam.
Selanjutnya setelah perjanjian perdamaian selesai, Nabi SAW bersama tentara Islam kembai ke Madinah dengan selamat, dan menurut riwayat bahwa sejak dari berangkat sampai kembalinya tentara Islam ini dalam waktu 15 hari.
4. Perang Buwath.
Sekembali Nabi SAW ke Madinah, tidak lama kemudian Nabi SAW menerima khabar, bahwa seperangkatan unta yang membawa perdagangan kaum musyrikin Quraisy dari negeri Syam sebanyak dua ribu lima ratus unta dan seratus orang laki-laki yang dipimpin Umayyah bin Khalaf akan kembali ke Makkah. Oleh sebab itu Nabi SAW segera berangkat menuju desa Buwath. Buwath adalah nama suatu gunung yang letaknya dari Madinah kira-kira perjalanan 5 pos (dekat pelabuhan Yanbu'). Nabi SAW berangkat diiringi oleh pasukan muslimin yang terdri dari shahabat Muhajirin sebanyak 200 orang, dengan berbendera putih di bawa oleh shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash RA. Ketika itu pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Saaib bin 'Utsman bin Madl'un RA. Nabi SAW berangkat dalam bulan Rabi'ul Awwal tahun kedua Hijrah. Setelah Nabi SAW sampai di tempat yang dituju, ternyata seperangkatan unta kaum musyrikin Quraisy tersebut sudah berlalu dari Buwath, maka dari itu pertempuran tidak terjadi, dan Nabi SAW bersama tentara Islam lalu pulang kembali ke Madinah dengan selamat.
5. Perang 'Usyairah.
Menurut riwayat, bahwa sekembali Nabi SAW di Madinah, tidak beberapa lama, terdengarlah khabar oleh Nabi, bahwa kaum Quraisy di Makkah akan mengadakan angkatan perdagangannya lagi ke negeri Syam, angkatan tersebut sebanyak 1.000 unta, dengan membawa perdagangan seharga 50.000 dinar, dan orang-orang yang mengiringinya lebih dari 30 orang dan dikepalai oleh seorang ketua Quraisy yang tidak asing lagi namanya ialah Abu Sufyan bin Harb. Maka setelah khabar ini didengar oleh Nabi SAW lalu beliau bersiap mengatur pasukan tentara kaum muslimin sebanyak 150 orang, kemudian pada hari permulaan bulan Jumadil Ula tahun kedua Hijrah, berangkatlah Nabi SAW dengan diiringi oleh pasukannya yang terdiri dari shahabat-shahabat Muhajirin dengan membawa bendera putih dan dibawa shahabat Hamzah RA. Pimpinan kaum muslimin di Madinah ketika itu diserahkan kepada Abu Salamah bin 'Abdul Asad. Beliau berangkat menuju suatu desa yang bernama 'Usyairah. Nama 'Usyairah ini asal mulanya nama suatu jurang di dekat Yanbu', dimana beliau sengaja hendak menghadang kaum Quraisy. Tetapi setelah tentara kaum muslimin sampai di tempat tersebut seperangkatan unta kaum Quraisy itu telah berlalu. Maka dari itu tidak terjadi pertempuran. Dan waktu itu Nabi SAW lalu mengadakan perjanjian perdamaian dengan kepala qabilah Bani Mudlij, yang ketika itu mereka di bawah pengaruh Banu Dlamrah, padahal Banu Dlamrah telah mengadakan perdamaian dengan Nabi SAW. Dan perjanjian Nabi SAW dengan Banu Mudlij tersebut adalah seperti perjanjian beliau dengan Banu Dlamrah juga. Kemudian Nabi SAW bersama kaum muslimin kembali ke Madinah dengan selamat.
6. Perang Badar yang pertama.
Diriwayatkan, bahwa sekembali Nabi SAW dan kaum muslimin dari 'Usyairah tersebut, selang beberapa hari Nabi SAW menerima khabar, bahwa di suatu desa yang bernama Badr, ada seorang bernama Kurz bin Jabir Al-Fahriy merusak tanaman dan merampas buah-buahan kepunyaan penduduk Madinah. Maka Nabi SAW segera berangkat bersama kaum muslimin (yang jumlahnya di dalam kitab-kitab tarikh yang telah kami baca tidak disebutkan). Beliau berangkat dengan berbendera putih dan dibawa oleh shahabat 'Ali bin Abu Thalib RA. Adapun pimpinan kaum muslimin di Madinah diserahkan kepada shahabat Zaid bin Haritsah. Nabi SAW berangkat sengaja hendak mengejar perampas dan perusak tadi, tetapi setelah Nabi sampai di Badr, perampas dan perusak tadi sudah meloloskan diri, maka pertempuran itu tidak terjadi.
Kemudian Nabi SAW bersama pengiringnya kembali ke Madinah dengan selamat.
Nama Badr ini adalah nama suatu tempat mata air yang terletak diantara Makkah dan Madinah, tetapi lebih dekat dari Madinah, dan perang ini di dalam kitab-kitab tarikh dinamakan Perang Badrul ula dan disebut pula Perang Shafwan. Nama Shafwan ini adalah nama suatu jurang di dekat Badr.
7. Pasukan Islam yang dipimpin 'Abdullah bin Jahsy.
Pada bulan Rajab tahun kedua Hijrah, Nabi SAW memberangkatkan 'Abdullah bin Jahsy bersama 8 orang dan dikepalai oleh 'Abdullah bin Jahsy, adapun 8 orang tadi merupakan jago-jago pemuda shahabat Muhajirin, yaitu : 1. Sa'ad bin Abu Waqqash, 2. 'Ukkasyah bin Mihshan, 3. 'Utbah bin Ghazwan, 4. Abu Hudzaifah bin 'Utbah, 5. Suhail bin Baidla', 6. 'Amir bin Rabi'ah, 7. Waqid bin 'Abdullah, 8. Khalid bin Bukair, dan 'Abdullah bin Jahsy sebagai kepala mereka. Tiap-tiap dua orang diantara mereka, berkendaraan unta. Sebelum mereka berangkat, pimpinan mereka diberi sepucuk surat tertutup oleh Nabi SAW. Surat tersebut tidak boleh dibuka sebelum perjalanan dua hari dua malam. Setelah perjalanan dua hari dua malam, barulah surat tersebut dibuka oleh 'Abdullah bin Jahsy, dan di dalamnya berisi petunjuk, yaitu : "Apabila kamu telah membaca suratku ini, hendaklah kamu terus berjalan sehingga sampai di desa Nakhlah yang desa itu terletak diantara Makkah dan Thaif. Setelah tiba di sana, lalu kamu turun dan selidikilah keadaan kaum Quraisy. Kemudian setelah kamu mendapatkan berita tentang mereka, maka segeralah kamu memberi khabar kepada kami".
Setelah surat tersebut dibaca 'Abdullah bin Jahsy, kemudian dia berkata kepada kawan-kawannya, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan kepadaku supaya menyelidiki kaum Quraisy dan rencana-rencana yang akan mereka perbuat. Dan Rasulullah SAW juga melarangku untuk memaksa seorangpun diantara kalian semua. Maka dari itu barangsiapa diantara kalian akan mencari mati syahid dan cinta padanya, marilah kita berangkat bersama-sama, dan barangsiapa tidak cinta kepada yang demikian itu, maka pulanglah. Adapun aku akan terus berjalan mengikuti perintah Rasulullah SAW".
Dan ternyata kawan-kawan 'Abdullah bin Jahsy semuanya ikut meneruskan perjalanan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, dan tidak ada seorangpun yang ingin kembali pulang. Namun sebelum sampai desa Nakhlah, tiba-tiba tersesatlah unta yang dikendarai Sa'ad bin Abi Waqqash dan Utbah bin Ghazwan dari jalan yang sebenarnya, sehingga mereka itu tertinggal dari kawan-kawannya.
Dan Abdullah bin Jahsy melanjutkan perjalanannya bersama kawan-kawannya hingga sampai di desa Nakhlah. Dan di tempat itulah mereka dapat bertemu dengan seperangkatan unta kaum Quraisy yang membawa dagangan sedang berjalan dengan dipimpin oleh 'Amr bin Hadlramiy.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak