Ahad,
29 Agustus 1999/17 Jumadil Ula 1420 Brosur no. :
997/1037/SI
Tarikh
Nabi Muhammad SAW (ke-66)
Setelah
peperangan berlangsung dahsyat, maka Nabi SAW mengobarkan semangat berperang
terhadap pasukannya. Beliau memberikan anjuran-anjuran yang dapat menimbulkan
semangat membaja bagi tentara muslimin, agar mereka masing-masing tidak mundur
dalam menghadapi lawan yang besar itu. Antara lain beliau bersabda
:
وَ الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يُقَاتِلُهُمُ اْليَوْمَ
رَجُلٌ فَيُقْتَلُ صَابِرًا مُحْتَسِبًا مُقْبِلاً غَيْرَ مُدْبِرٍ اِلاَّ
اَدْخَلَهُ اللهُ اْلجَنَّةَ. الكامل فى التاريخ 2:23
Demi
Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, pada hari ini tidaklah seseorang yang
memerangi musuh dengan shabar, tahan sampai mati menghadapi musuh, bukan
melarikan diri, melainkan Allah memasukkannya ke surga.
[Al-Kamil fit Tarikh 2:23]
Mendengar
seruan dan undangan suci ini, maka semangat pasukan muslimin semakin
berkobar-kobar dan menyala-nyala, dan hati mereka semakin membaja. Dan
diriwayatkan bahwa diantara yang ikut serta dalam barisan tentara muslimin dalam
perang Badr ada seorang pemuda yang baru berumur 16 tahun, bernama ‘Umair bin
Al-Humam Al-Anshariy. Ketika ia mendengar seruan Nabi SAW menggembirakan
kaum muslimin supaya berjuang dan berperang terus, serta memberikan janji surga
bagi siapa yang tahan sampai mati dalam pertempuran tersebut, maka pemuda
tersebut yang waktu itu sedang memakan buah kurma, lalu membuang kurma itu dari
tangannya sambil berkata :
بَخٍ، بَخٍ، مَا بَيْنِى وَ بَيْنَ اَنْ اَدْخُلَ اْلجَنَّةَ اِلاَّ
اَنْ يَقْتُلَنِى هؤُلاَءِ. الكامل 2:23
“Bagus,
bagus. Kalau begitu, tidak ada dinding yang membatasi aku dari masuk surga
selain mereka membunuhku”.
Kemudian
buah kurma itu dilemparkannya dan segera maju ke medan perang dengan pedang terhunus. Kemudian Mihja’ bekas budak
‘Umar bin Khaththab terbunuh sebagai syahid karena terkena panah, dan itu
merupakan orang pertama dari kaum muslimin yang terbunuh, kemudian Haritsah bin
Suraqah Al-Anshariy juga terbunuh kena panah, kemudian ‘Auf bin ‘Afraa’ terus
berperang sehingga terbunuh.
‘Umair
bin Al-Humam terus bertempur dengan gagah berani dan terus-menerus mengejar
lawan (tentara Quraisy) hingga ia menemui syahid sesuai dengan apa yang ia cari.
Dan peperangan semakin dahsyat. Kemudian Rasulullah SAW mengambil segenggam
pasir dan dilemparkan ke arah orang-orang Quraisy sambil bersabda, “Alangkah
buruknya wajah-wajah itu”. Dan beliau bersabda kepada para shahabat,
“Terus tingkatkan gempuran kepada mereka !”.
Begitulah
semangat yang telah diberikan Nabi SAW kepada segenap pasukannya yang tengah
menghadapi lawan yang lebih banyak jumlahnya dan lebih cukup perlengkapannya.
Dengan demikian, semangat tentara muslimin waktu itu makin berkobar,
masing-masing terus menggempur lawan dan terus menyerbu barisan musuh. Akhirnya
tentara musyrikin Quraisy semakin terdesak lalu mengundurkan diri, karena mereka
telah bercerai-berai dan banyak pula yang mati terbunuh dan tertawan oleh
tentara muslimin.
Anjuran
Nabi SAW tersebut adalah sesuai dengan bunyi Firman Allah yang termaktub dalam
surat Al-Anfaal : 65, yang artinya, “Hai Nabi, kobarkanlah semangat orang
yang beriman untuk berperang. Jika ada 20 orang yang shabar diantara kamu,
niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh. Dan jika ada 100 orang (yang
shabar) diantara kamu, mereka dapat mengalahkan 1.000 dari orang-orang kafir,
disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. [QS. Al-Anfaal :
65]
Diriwayatkan,
bahwa waktu itu Abu Jahl sebagai kepala pasukan musyrikin Quraisy berdoa kepada
Tuhan, yang diantaranya demikian, “Ya Tuhan, siapakah orang yang lebih cinta
kepada Engkau dan yang lebih ridla pada sisi Engkau, maka berilah pertolongan
akan dia. Ya Tuhan, kamilah yang lebih membela kebenaran, maka berilah
pertolongan kepada kami. Ya Tuhan, agama kami yang lama, dan agama Muhammad yang
baru. Ya Tuhan, tolonglah oleh-Mu akan sebaik-baik diantara kedua agama itu
!”.
Demikianlah
doa Abu Jahl. Dia merasa lebih cinta dan lebih rela kepada Allah, dan ia merasa
di dalam kebenaran, maka ia sangat berani mengajukan permohonan kepada Allah.
Dia menganggap bahwa agamanya (agama menyembah berhala) itu yang benar, dan
agama yang di bawa oleh Nabi SAW dipandangnya agama baru. Dia tidak mengerti,
bahwa doanya itu laksana senjata makan tuan. Bahkan diriwayatkan pula, bahwa
dikala akan terjadi pertempuran antara tentara muslimin dengan tentara
musyrikin, Abu Jahl berdoa kepada Allah yang artinya, “Ya Allah, siapa dari
antara kami (dua golongan) yang lebih memutuskan tali perhubungan darah, memecah
persatuan bangsa dan yang telah mendatangkan barang yang tidak dikenal, maka
binasakanlah ia besok pagi !”.
11.
Kemenangan Tentara kaum Muslimin.
Sebab
dari keteguhan dan ketabahan hati segenap tentara muslimin, sebab kebersihan
tauhid mereka kepada Allah, maka Allah menolong kaum muslimin, dengan menurunkan
bantuan seribu malaikat, kemudian ditambah lagi sehingga menjadi tiga ribu
malaikat, kemudian ditambah lagi hingga menjadi lima ribu malaikat. Firman Allah
SWT :
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنّيْ
مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مّنَ اْلمَلئِكَةِ مُرْدِفِيْنَ. وَ مَا جَعَلَهُ اللهُ
اِلاَّ بُشْرى وَ لِتَطْمَئِنَّ بِه قُلُوْبُكُمْ، وَ مَا النَّصْرُ اِلاَّ مِنْ
عِنْدِ اللهِ، اِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ. الانفال:9-10
(Ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu,
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berutut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala
bantuan itu), melainkan sebagai khabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram
karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[QS. Al-Anfaal : 9-10]
وَ لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَّ اَنْتُمْ اَذِلَّةٌ،
فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. اِذْ تَقُوْلُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ اَ
لَنْ يَّكْفِيَكُمْ اَنْ يُّمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلثَةِ الاَفٍ مّنَ
اْلمَلئِكَةِ مُنْزَلِيْنَ. بَلى اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا وَ يَأْتُوْكُمْ
مّنْ فَوْرِهِمْ هذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ الاَفٍ مّنَ اْلمَلئِكَةِ
مُسَوّمِيْنَ. وَ مَا جَعَلَهُ اللهُ اِلاَّ بُشْرى لَكُمْ وَ لِتَطْمَئِنَّ
قُلُوْبُكُمْ بِه، وَ مَا النَّصْرُ اِلاَّ مِنْ عِنْدِ اللهِ اْلعَزِيْزِ
اْلحَكِيْمِ. لِيَقْطَعَ طَرَفًا مّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَوْ يَكْبِتَهُمْ
فَيَنْقَلِبُوْا خَآئِبِيْنَ. ال عمران:123-127
Dan
sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badr, padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya
kamu mensyukuri-Nya. (123) (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang
mukmin, “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit) ?”. (124) Ya (cukup), jika kamu bershabar
dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga,
niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. (125)
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar
gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(126) (Allah menolong kamu dalam perang Badr dan memberi bala bantuan itu) untuk
membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka
hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa. (127)
Dan
akhirnya tentara muslimin yang jumlahnya hanya sepertiga tentara musyrikin, dan
walaupun alat-alat perlengkapan kaum muslimin serba kurang jika dibanding dengan
perlengkapan tentara musyrikin, akan tetapi pertolongan Allah tetap dikaruniakan
kepada tentara muslimin sehingga mendapat kemenangan yang
gilang-gemilang.
Abu
Jahl sebagai Panglima perang tentara musyrikin Quraisy yang begitu sombong dan
ganas dapat dibunuh oleh Mu’adz (Mu’awwadz) bin ‘Afraa’ dan lehernya dipancung
oleh Abdullah bin Mas’ud. Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang begitu
congkak dan kejam, dan terkenal biasa berperang, dapat dibunuh Bilal bekas budak
beliannya yang pernah dianiaya dan disiksanya ketika di Makkah hingga hampir
mati karena mengikut Islam. Demikian pula diantara ketua-ketua dan kepala-kepala
musyrikin Quraisy yang lain, ketika itu mati terbunuh dalam keadaan
hina-dina.
Pada
perang Badr tersebut tentara musyrikin Quraisy yang mati terbunuh ada 70 orang,
dan yang tertawan 70 orang juga. Adapun tentara muslimin yang syahid hanya 14
orang, terdiri dari 6 orang dari kaum Muhajirin dan 8 orang dari
Anshar.
Shahabat
yang syahid dari Muhajirin adalah : 1. ‘Ubaidah bin Al-Harits, 2. ‘Umair bin Abu
Waqqash (saudaranya Sa’ad bin Abu Waqqash), 3. ‘Umair Dzusy Syamalain bin ‘Abdu
‘Amr, 4. ‘Aqil bin Bukair, 5. Shafwan bin Baidlaa’ dan 6. Mihja’ budak ‘Umar bin
Khaththab. Dan yang dari Anshar : 1. ‘Auf bin Al-Harits, 2. Mu’awwadz bin
‘Afraa’ saudara ‘Auf, 3. Haritsah bin Suraqah, 4. Raafi’ bin Al-Mu’alla, 5.
‘Umair bin Al-Humam, 6. Yazid bin Harits (mereka itu dari golongan Khazraj), 7.
Sa’ad bin Khaitsamah dan 8. Mubasysyir bin ‘Abdul Mundzir (dari golongan
‘Aus).
Diriwayatkan,
bahwa ketika Abu Jahl dapat dibunuh oleh Mu’adz bin ‘Afraa dan kepalanya
dipancung oleh ‘Abdullah bin Mas’ud, maka kepalanya lalu dibawa oleh ‘Abdullah
bin Mas’ud dan ditunjukkan di hadapan Nabi SAW. Ketika itu Abdullah berkata,
“Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahl musuh Allah”. Maka Rasulullah SAW
bersabda kepada ‘Abdullah :
اَللهُ، لاَ اِلهَ غَيْرُهُ. اَللهُ، لاَ اِلهَ غَيْرُهُ. اَللهُ، لاَ
اِلهَ غَيْرُهُ. قَتَلْتَ اَبَا جَهْلٍ؟
Allah,
tidak ada Tuhan selain-Nya. Allah, tidak ada Tuhan selain-Nya. Allah tidak ada
Tuhan selain-Nya, kamu membunuh Abu Jahl ?.
‘Abdullah
bin Mas’ud menjawab, “Ya”, ia sambil meletakkan kepala Abu Jahl di
hadapan Nabi SAW, dan beliau seketika itu bersujud kepada Allah, menunjukkan
syukur kepada-Nya lalu mengucap :
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَ
هَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ.
Segala
puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hamba-Nya dan yang
telah mengalahkan tentara musuh dengan sendiri-Nya.
12.
Bangkai-bangkai Tentara Musyrikin Dikuburkan ke Dalam Sumur Badr.
Menurut
riwayat, bahwa setelah selesai peperangan, maka ketika itu Nabi SAW
memerintahkan kepada sebagian tentara muslimin supaya melemparkan dan
menguburkan bangkai-bangkai tentara musyrikin yang terbunuh di Badr, ke dalam
sebuah tanah galian (sumur). Kemudian setelah bangkai-bangkai itu dilemparkan
dan dikuburkan semuanya, beliau berdiri di atas tempat mereka itu sambil
bersabda :
يَا اَهْلَ الْقَلِيْبِ . هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ
حَقًّا؟ فَاِنِّيْ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا.
Hai
orang-orang yang di dalam sumur ! Apakah kamu telah mendapatkan apa yang telah
dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ? Karena sesungguhnya aku telah mendapatkan
apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku itu benar.
Ketika
itu, diantara kaum muslimin ada yang bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah,
mengapa engkau berkata-kata kepada orang-orang yang telah menjadi bangkai
?”
Nabi
SAW bersabda :
لَقَدْ عَلِمُوْا اَنَّ مَا وَعَدَهُمْ رَبُّهُمْ حَقٌّا.
Sesungguhnya
mereka itu telah mengetahui, bahwa apa-apa yang dijanjikan oleh Tuhan mereka itu
benar.
Dan
diriwayatkan pula, bahwa pada malam harinya di tengah malam (sebelum Nabi SAW
kembali ke Madinah), dipanggillah nama-nama para kepala Quraisy yang telah
dilemparkan ke dalam sumur itu oleh Nabi SAW satu demi satu. Sabda beliau,
“Wahai ‘Utbah bin Rabi’ah, Wahai Syaibah bin Rabi’ah, Wahai Abu Jahal bin
Hisyam, Wahai Umayyah bin Khalaf, Wahai Fulan bin Fulan”, dan demikianlah
seterusnya, dan beliau lalu bersabda :
هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا؟ فَاِنِّيْ قَدْ
وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِيْ رَبِّيْ حَقًّا.
Apakah
kamu mendapatkan apa-apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ? Karena
sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku itu
benar.
Ketika
itu ada diantara kaum muslimin yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau
memanggil-manggil orang-orang yang telah menjadi
bangkai?”.
Nabi
SAW bersabda :
مَا اَنْتُمْ بِاَسْمَعَ لِمَا اَقُوْلُ مِنْهُمْ. وَلكِنَّهُمْ لاَ
يَسْتَطِيْعُوْنَ اَنْ يُجِيْبُوْنِ.
Tidaklah
kamu lebih mendengar pada apa yang aku katakan daripada mereka, hanya mereka itu
tidak dapat menjawab kepadaku.
Kemudian
beliau bersabda :
يَا اَهْلَ الْقَلِيْبِ . بِئْسَ عَشِيْرَةُ النَّبِيِّ كُنْتُمْ
لِنَبِيِّكُمْ! كَذَّبْتُمُوْنِى وَصَدَّقَنِى النَّاسُ. وَ اَخْرَجْتُمُوْنِى وَ
آوَانِى النَّاسُ، وَقَاتَلْتُمُوْنِى وَ نَصَرَنِى النَّاسُ. النبلاء
1:312
Hai
bangkai-bangkai yang ada di dalam sumur ! Sejahat-jahat orang yang berkawan dan
berkumpul dengan Nabi, adalah kamu sekalian terhadap Nabimu. Kamu mendustakan
kepadaku, padahal orang banyak membenarkan kepadaku. Kamu mengusirku padahal
orang banyak memberi tempat kepadaku. Kamu memerangi aku, padahal orang banyak
menolong dan membela kepadaku.
Selanjutnya
beliau bersabda :
هَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَكُمْ رَبُّكُمْ حَقًّا ؟ فَاِنِّيْ قَدْ
وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِى رَبِّى حَقًّا.
Apakah
kamu telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanmu itu benar ? Karena
sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhanku itu
benar.
Nabi
SAW berulang kali bersabda kepada mereka yang telah dilemparkan ke dalam sumur
tersebut memang sengaja, karena mereka selalu berlaku sombong, congkak, kejam
dan ganas terhadap beliau dan kaum pengikutnya.
Dan
diriwayatkan, ketika bangkai-bangkai tokoh-tokoh Quraisy dilemparkan ke dalam
sumur, yang diantara bangkai-bangkai itu ialah bangkai ‘Utbah bin Rabi’ah yaitu
ayah shahabat Abu Hudzaifah, maka ketika itu Nabi SAW melihat wajah Abu
Hudzaifah tampak sangat susah. Oleh sebab itu beliau bertanya kepadanya :
يَا اَبَا حُذَيْفَةَ , لَعَلَّكَ قَدْ دَخَلَكَ مِنْ شَأْنِ اَبِيْكَ
شَيْئٌ ؟
Hai
Abu Hudzaifah, barangkali ada sesuatu yang masuk ke dalam hatimu mengenai urusan
orang tuamu ?.
Abu
Hudzaifah menjawab, “Tidak, demi Allah ya Rasulullah, saya tidak ada
keragu-raguan tentang orang tua saya, dan tidak pula mengenai tempat
kematiannya, tetapi saya mengetahui bahwa orang tua saya itu mempunyai pikiran,
mempunyai kelebihan, mempunyai perasaan penyantun, dan sifat-sifat yang demikian
itu kiranya akan membawanya kepada Islam. Akan tetapi setelah saya mengetahui
apa yang telah engkau sebutkan tentang kekufurannya, yang pada mulanya saya
harapkan keislamannya itu, maka keadaan yang demikian itu menjadikan hati saya
berduka cita”.
Setelah
mendangar jawaban shahabat Abu Hudzaifah yang demikian itu Nabi SAW lalu
mendoakan kebaikan kepadanya, “Semoga untuk selanjutnya baiklah
baginya”.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak