POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-93) Perang Khandaq atau perang Ahzab

Posted by

Ahad, 27 Mei 2001/04 Rabiul awal 1422              Brosur no. : 1088/1128/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-93)


Perang Khandaq atau perang Ahzab
Perang Khandaq ini terjadi pada bulan Syawwal tahun ke-5 Hijrah. Perang tersebut dinamakan dengan perang Khandaq (parit) karena dalam perang tersebut kaum muslimin bertahan di dalam kota Madinah dengan menggunakan parit sebagai pertahanannya. Dan dinamakan juga dengan perang Ahzab (golongan-golongan), karena musuh kaum muslimin dalam peperangan tersebut terdiri dari beberapa golongan.
Adapun sebab-sebab terjadinya peperangan tersebut ialah beberapa pemimpin Yahudi bani Nadlir yaitu Sallam bin Abil Huqaiq, Huyaiy bin Akhthab, Kinanah bin Rabi’ bin Abil Huqaiq dll, menghimpun beberapa qabilah untuk menyerang Rasulullah SAW. Maka mereka itu mendatangi orang-orang Quraisy di Makkah, mengajak mereka untuk memerangi Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Kami selalu bersama kalian (orang-orang Quraisy) hingga kita bisa menghancurkan Muhammad dan kaum muslimin sampai seakar-akarnya”. Lalu orang-orang musyrik Quraisy menyambut baik ajakan orang-orang Yahudi itu.
Kemudian para pemimpin Yahudi itu mendatangi suku Ghathafaan mengajak mereka untuk menyerang Rasulullah SAW, dan mereka mengatakan bahwa orang-orang Quraisy sudah setuju atas rencana itu, maka suku Ghathafaan itupun menyambut baik ajakan mereka.
Maka akhirnya pasukan Quraisy keluar dengan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, bani Fazarah dari Ghathafaan dipimpin oleh ‘Uyainah bin Hishnin, bani Murrah bipimpin oleh Harits bin ‘Auf bin Abu Haritsah Al-Murriy dan suku Asyja’ dipimpin oleh Mis’ar bin Rukhailah Al-Asyja’iy. [Al-Kamil fit Taarikh 2 : 70]
Di dalam lain riwayat diterangkan bahwa sebab terjadinya perang Khandaq itu ialah beberapa pemimpin Yahudi diantaranya Sallam bin Abil Huqaiq An-Nadlriy, Huyaiy bin Akhthab An-Nadlriy, Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abil Huqaiq, Haudzah bin Qais Al-Waailiy, Abu ‘Ammar Al-Waailiy, mereka ini dari bani Nadlir dan bani Waail, menghimpun beberapa qabilah (golongan) untuk memerangi Rasulullah SAW. Mereka itu mendatangi orang-orang Quraisy di Makkah mengajak mereka untuk memerangi Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Sungguh kami akan tetap bersama kalian untuk memeranginya sehingga kita bisa menghancurkannya sampai seakar-akarnya”.
Lalu orang-orang Quraisy itu bertanya, “Hai para pemimpin Yahudi, sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang mendapatkan kitab terdahulu dan orang-orang yang mengerti tentang apa yang kami perselisihkan dengan Muhammad, maka kami bertanya kepada kalian. Agama kami yang lebih baik atau agamanya (Muhammad) ?”. Para pemimpin yahudi itu lalu menjawab, “Bahkan agama kalianlah yang lebih baik dari pada agamanya dan kamu sekalian adalah yang lebih dekat kepada kebenaran daripada dia”. Maka berkenaan dengan itu Allah menurunkan firman-Nya :
اَ لَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا منَ اْلكِتبِ يُؤْمِنُوْنَ بِاْلجِبْتِ وَ الطَّاغُوْتِ َ يَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هؤُلاَءِ اَهْدى مِنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا سَبِيْلاً.(51) اُولئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللهُ، وَ مَنْ يَّلْعَنِ اللهُ فَلَنْ تَجِدَ لَه نَصِيْرًا.(52) النساء
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. (51)
Mereka itulah orang yang dikutuk Allah. Barangsiapa yang dikutuk Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (52) [QS. An-Nisaa’ : 51-52]
Setelah para pemimpin Yahudi itu memberi jawaban atas pertanyaan orang Quraisy tersebut, maka orang-orang Quraisy itu bergembira dan bersemangat menyala-nyala menyambut ajakan para pemimpin Yahudi tersebut untuk memerangi Rasulullah SAW. Lalu para pemimpin Quraisy itu mengadakan persiapan. Kemudian para pemimpin Yahudi itu mendatangi qabilah Ghathafaan dari Qais ‘Ailan mengajak mereka untuk memerangi Nabi, dan mereka berjanji bahwa orang-orang Yahudi itu akan selalu bersama dengan mereka (orang-orang Ghathafaan) untuk memerangi Nabi SAW. Dan mereka mengatakan bahwa orang-orang Quraisy telah menyetujui untuk rencana itu, dan orang-orang Quraisy akan bergabung dengan mereka.
Akhirnya pasukan Quraisy keluar dengan dipimpin oleh Abu Sufyan, bani Ghathafaan dipimpin oleh ‘Uyainah bin Hishnin bin Hudzaifah bin Badr dalam rombongan bani Fazarah, Al-Harits bin ‘Auf bin Abi Haritsah Al-Murriy memimpin banu Murrah, Mus’ir bin Rukhailah bin Nuwairah memimpin orang-orang yang mengikutinya dari kaumnya dari suku Asyja’. [Al-Bidayah wan Nihayah 4 : 476-477]
Di dalam Tarikh Nurul Yaqin disebutkan bahwa pasukan gabungan dari beberapa qabilah ini semuanya berjumlah 10.000 orang yang terdiri dari pasukan Quraisy pimpinan Abu Sufyan 4.000 orang, 300 orang berkuda, 1000 orang berunta, kaum Ghathafaan pimpinan ‘Uyainah bin Hishnin 1.000 orang berkuda. Pasukan bani Murrah pimpinan Al-Harits bin ‘Auf Al-Murriy 400 orang, pasukan bani Sulaim pimpinan Sufyan bin ‘Abdi Syamsin 700 orang dan ditambah dari pasukan bani Asyja’ pimpinan Abu Mas’ud Rukhailah dan pasukan banu Asad pimpinan Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy, sehingga seluruhnya mencapai  10.000 orang dengan pimpinan umum Abu Sufyan bin Harb.

Menggali Khandaq
Setelah Rasulullah SAW mendengar berita persiapan pasukan gabungan musyrikin tersebut, maka Rasulullah SAW segera bermusyawarah dengan para shahabat untuk mencari cara yang terbaik dalam menghadapi musuh yang sangat besar tersebut. Apakah kaum muslimin akan bertahan di dalam kota Madinah atau akan menyongsong musuh di luar kota.
Dalam musyawarah itu shahabat Salman Al-Farisiy mengusulkan agar kaum muslimin bertahan saja di dalam kota Madinah dan sekeliling kota Madinah agar dibikin khandaq (parit pertahanan), supaya musuh yang akan menyerang kota Madinah itu tidak bisa masuk ke dalam kota. Pendapat Salman Al-Farisiy yang demikian itu sangat mengherankan kaum muslimin pada waktu itu, karena cara yang demikian itu sama sekali belum pernah dikenal oleh bangsa ‘Arab. Akhirnya pendapat Salman Al-Farisiy tersebut disetujui oleh Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
Kemudian Rasulullah SAW segera memerintahkan kaum muslimin untuk membuat parit pertahanan tersebut. Pekerjaan berat ini dikerjakan serentak oleh kaum muslimin dengan ikhlash dan penuh semangat, dan Nabi SAW sendiri ikut serta bekerja di tengah-tengah para shahabat, sehingga perbuatan beliau ini menjadi pendorong semangat kaum muslimin untuk bekerja keras dalam membuat parit tersebut.
Muslim meriwayatkan dari Al-Baraa’, ia berkata, “Dahulu (menjelang) pertempuran Al-Ahzab, Rasulullah SAW bersama-sama kami (para shahabat) mengangkati pasir (tanah), dan tanah itu menutupi perutnya yang putih. Pada waktu itu beliau bersenandung :
وَ اللهِ، لَوْ لاَ اَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا             وَ لاَ تَصَدَّقْنَا وَ لاَ صَلَّيْنَا
       فَاَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا                      اِنَّ اْلاُلَى قَدْ اَبَوْا عَلَيْنَا
Demi Allah, seandainya bukan karena Engkau,
tidaklah kami mendapat petunjuk,
Kami tidak sedeqah dan kami tidak shalat,
Maka turunkanlah ketenangan kepada kami,
Sesungguhnya orang-orang itu telah menolak ajakan kami.
Al-Baraa’ berkata : Dan kadang-kadang beliau bersenandung dengan mengeraskan ucapan :
اِنَّ اْلمَلاَ قَدْ اَبَوْا عَلَيْنَا                     اِذَا اَرَادُوْا فِتْنَةً اَبَيْنَا
Sesungguhnya pembesar-pembesar kaum itu telah menolak ajakan kami.
Apabila mereka menghendaki fitnah, kami enggan memenuhinya.
[HR. Muslim juz 3 : 420-431]
Dalam riwayat lain dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata : Rasulullah SAW datang kepada kami diwaktu kami menggali parit, kami mengangkati tanah diatas pundak-pundak kami, kemudian Rasulullah SAW bersenandung :
اَللّهُمَّ لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَةِ         فَاغْفِرْ لِلْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat,
Ampunilah shahabat Muhajirin dan Anshar.
[HR. Muslim juz 3 : 1431]
Dan di lain riwayat dari Anas dari Nabi SAW beliau mengucapkan :
اَللّهُمَّ لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَهْ         فَاغْفِرْ لِـْلاَنْصَارِ و الْمُهَاجِرَهْ
Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirah,
Ampunilah shahabat Anshar dan Muhajirah.
[Muslim juz 3, hal. 1431]
Di lain riwayat dari Syu’bah bin Qatadah dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW mengucapkan :
اَللّهُمَّ اِنَّ اْلعَيْشَ عَيْشُ اْلآخِرَةِ
Ya Allah, sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat.
Syu’bah berkata : Atau beliau mengucapkan :
اَللّهُمَّ لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَهْ         فَاَكْرِمِ اْلاَنْصَارَ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirah.
Muliakanlah shahabat Anshar dan Muhajirah.
[HR. Muslim juz 3 : 1431]
Di lain riwayat, dari Anas bin Malik, ia berkata : Dahulu para shahabat bersenandung, sedangkan Rasulullah SAW ada bersama mereka. Mereka mengucapkan :
اَللّهُمَّ لاَ خَيْرَ اِلاَّ خَيْرُ اْلآخِرَهْ            فَانْصُرِ اْلاَنْصَارَ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya Allah, tidak ada kebaikan, kecuali kebaikan akhirah
Tolonglah shahabat Anshar dan Muhajirah.
[HR. Muslim juz 3, 1431-1432]
Di lain riwayat dari Anas, bahwasanya para shahabat sama mengucapkan pada perang Khandaq :
نَحْنُ الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا        عَلَى اْلاِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا اَبَدًا
Kamilah orang-orang yang berbaiat kepada Muhammad
untuk berpegang kepada Islam selama hayat dikandung badan,
Sedangkan Nabi SAW mengucapkan :
اَللّهُمَّ اِنَّ اْلخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَهْ       فَاغْفِرْ لِـْلاَنْصَارِ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya Allah, sesungguhnya kebaikan itu adalah kebaikan akhirah.
Ampunilah shahabat Anshar dan Muhajirah.

Kaum munafiq meninggalkan tempat
Kaum muslimin pada waktu itu menggali parit siang malam dengan semangat yang tinggi. Apabila diantara para shahabat ada keperluan, ia meminta izin terlebih dahulu kepada Nabi SAW, dan apabila diizinkan barulah meninggalkan tempat. Dan apabila telah menyelesaikan keperluannya segera kembali lagi ke tempat tersebut untuk bekerja keras, karena masing-masing menyadari bahwa musuh akan segera menyerang kaum muslimin.
Adapun kaum munafiq, mereka itu ada yang tidak ikut dengan alasan karena tidak kuat, dan ada pula yang ikut datang bersama-sama kaum muslimin, lalu dengan sembunyi-sembunyi meninggalkan tempat tanpa sepengetahuan Nabi SAW. Maka berkenaan dengan hal tersebut Allah SWT menurunkan firman-Nya :
اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه وَ اِذَا كَانُوْا مَعَه عَلى اَمْرٍ جَامِعٍ لَّمْ يَذْهَبُوْا حَتّى يَسْتَأْذِنُوْهُ، اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَأْذِنُوْنَكَ اُولئِكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ رَسُوْلِه، فَاِذَا اسْتَأْذَنُوْكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لّمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَ اسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللهَ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.(62) لاَ تَجْعَلُوْا دُعَاءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا، قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًا، فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِه اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ.(63) اَلاَ اِنَّ ِللهِ مَا فِى السَّموَاتِ وَ اْلاَرْضِ، قَدْ يَعْلَمُ مَا اَنْتُمْ عَلَيْهِ وَ يَوْمَ يُرْجَعُوْنَ اِلَيْهِ فَيُنَبّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا، وَ اللهُ بِكُلّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ(64) النور
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki diantara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (62)
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. (63)
Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64) [QS. An-Nuur : 62-64]

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak