Ahad,
27 Mei 2001/04 Rabiul awal 1422
Brosur no. : 1088/1128/SI
Perang
Khandaq atau perang Ahzab
Perang
Khandaq ini terjadi pada bulan Syawwal tahun ke-5 Hijrah. Perang tersebut
dinamakan dengan perang Khandaq (parit) karena dalam perang tersebut kaum
muslimin bertahan di dalam kota Madinah dengan menggunakan parit sebagai
pertahanannya. Dan dinamakan juga dengan perang Ahzab (golongan-golongan),
karena musuh kaum muslimin dalam peperangan tersebut terdiri dari beberapa
golongan.
Adapun
sebab-sebab terjadinya peperangan tersebut ialah beberapa pemimpin Yahudi bani
Nadlir yaitu Sallam bin Abil Huqaiq, Huyaiy bin Akhthab, Kinanah bin Rabi’ bin
Abil Huqaiq dll, menghimpun beberapa qabilah untuk menyerang Rasulullah SAW.
Maka mereka itu mendatangi orang-orang Quraisy di Makkah, mengajak mereka untuk
memerangi Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Kami selalu bersama kalian
(orang-orang Quraisy) hingga kita bisa menghancurkan Muhammad dan kaum muslimin
sampai seakar-akarnya”. Lalu orang-orang musyrik Quraisy menyambut baik ajakan
orang-orang Yahudi itu.
Kemudian
para pemimpin Yahudi itu mendatangi suku Ghathafaan mengajak mereka untuk
menyerang Rasulullah SAW, dan mereka mengatakan bahwa orang-orang Quraisy sudah
setuju atas rencana itu, maka suku Ghathafaan itupun menyambut baik ajakan
mereka.
Maka
akhirnya pasukan Quraisy keluar dengan dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, bani
Fazarah dari Ghathafaan dipimpin oleh ‘Uyainah bin Hishnin, bani Murrah bipimpin
oleh Harits bin ‘Auf bin Abu Haritsah Al-Murriy dan suku Asyja’ dipimpin oleh
Mis’ar bin Rukhailah Al-Asyja’iy. [Al-Kamil fit Taarikh 2 :
70]
Di
dalam lain riwayat diterangkan bahwa sebab terjadinya perang Khandaq itu ialah
beberapa pemimpin Yahudi diantaranya Sallam bin Abil Huqaiq An-Nadlriy, Huyaiy
bin Akhthab An-Nadlriy, Kinanah bin Ar-Rabi’ bin Abil Huqaiq, Haudzah bin Qais
Al-Waailiy, Abu ‘Ammar Al-Waailiy, mereka ini dari bani Nadlir dan bani Waail,
menghimpun beberapa qabilah (golongan) untuk memerangi Rasulullah SAW. Mereka
itu mendatangi orang-orang Quraisy di Makkah mengajak mereka untuk memerangi
Rasulullah SAW. Mereka berkata, “Sungguh kami akan tetap bersama kalian untuk
memeranginya sehingga kita bisa menghancurkannya sampai
seakar-akarnya”.
Lalu
orang-orang Quraisy itu bertanya, “Hai para pemimpin Yahudi, sesungguhnya kalian
adalah orang-orang yang mendapatkan kitab terdahulu dan orang-orang yang
mengerti tentang apa yang kami perselisihkan dengan Muhammad, maka kami bertanya
kepada kalian. Agama kami yang lebih baik atau agamanya (Muhammad) ?”. Para
pemimpin yahudi itu lalu menjawab, “Bahkan agama kalianlah yang lebih baik dari
pada agamanya dan kamu sekalian adalah yang lebih dekat kepada kebenaran
daripada dia”. Maka berkenaan dengan itu Allah menurunkan firman-Nya
:
اَ
لَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا منَ اْلكِتبِ يُؤْمِنُوْنَ
بِاْلجِبْتِ وَ الطَّاغُوْتِ َ يَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هؤُلاَءِ اَهْدى
مِنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا سَبِيْلاً.(51) اُولئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللهُ، وَ
مَنْ يَّلْعَنِ اللهُ فَلَنْ تَجِدَ لَه نَصِيْرًا.(52) النساء
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir
(musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang
beriman. (51)
Mereka
itulah orang yang dikutuk Allah. Barangsiapa yang dikutuk Allah, niscaya kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (52)
[QS. An-Nisaa’ : 51-52]
Setelah
para pemimpin Yahudi itu memberi jawaban atas pertanyaan orang Quraisy tersebut,
maka orang-orang Quraisy itu bergembira dan bersemangat menyala-nyala menyambut
ajakan para pemimpin Yahudi tersebut untuk memerangi Rasulullah SAW. Lalu para
pemimpin Quraisy itu mengadakan persiapan. Kemudian para pemimpin Yahudi itu
mendatangi qabilah Ghathafaan dari Qais ‘Ailan mengajak mereka untuk memerangi
Nabi, dan mereka berjanji bahwa orang-orang Yahudi itu akan selalu bersama
dengan mereka (orang-orang Ghathafaan) untuk memerangi Nabi SAW. Dan mereka
mengatakan bahwa orang-orang Quraisy telah menyetujui untuk rencana itu, dan
orang-orang Quraisy akan bergabung dengan mereka.
Akhirnya
pasukan Quraisy keluar dengan dipimpin oleh Abu Sufyan, bani Ghathafaan dipimpin
oleh ‘Uyainah bin Hishnin bin Hudzaifah bin Badr dalam rombongan bani Fazarah,
Al-Harits bin ‘Auf bin Abi Haritsah Al-Murriy memimpin banu Murrah, Mus’ir bin
Rukhailah bin Nuwairah memimpin orang-orang yang mengikutinya dari kaumnya dari
suku Asyja’. [Al-Bidayah wan Nihayah 4 : 476-477]
Di
dalam Tarikh Nurul Yaqin disebutkan bahwa pasukan gabungan dari beberapa qabilah
ini semuanya berjumlah 10.000 orang yang terdiri dari pasukan Quraisy pimpinan
Abu Sufyan 4.000 orang, 300 orang berkuda, 1000 orang berunta, kaum Ghathafaan
pimpinan ‘Uyainah bin Hishnin 1.000 orang berkuda. Pasukan bani Murrah pimpinan
Al-Harits bin ‘Auf Al-Murriy 400 orang, pasukan bani Sulaim pimpinan Sufyan bin
‘Abdi Syamsin 700 orang dan ditambah dari pasukan bani Asyja’ pimpinan Abu
Mas’ud Rukhailah dan pasukan banu Asad pimpinan Thulaihah bin Khuwailid
Al-Asadiy, sehingga seluruhnya mencapai
10.000 orang dengan pimpinan umum Abu Sufyan bin
Harb.
Menggali
Khandaq
Setelah
Rasulullah SAW mendengar berita persiapan pasukan gabungan musyrikin tersebut,
maka Rasulullah SAW segera bermusyawarah dengan para shahabat untuk mencari cara
yang terbaik dalam menghadapi musuh yang sangat besar tersebut. Apakah kaum
muslimin akan bertahan di dalam kota Madinah atau akan menyongsong musuh di luar
kota.
Dalam
musyawarah itu shahabat Salman Al-Farisiy mengusulkan agar kaum muslimin
bertahan saja di dalam kota Madinah dan sekeliling kota Madinah agar dibikin
khandaq (parit pertahanan), supaya musuh yang akan menyerang kota Madinah itu
tidak bisa masuk ke dalam kota. Pendapat Salman Al-Farisiy yang demikian itu
sangat mengherankan kaum muslimin pada waktu itu, karena cara yang demikian itu
sama sekali belum pernah dikenal oleh bangsa ‘Arab. Akhirnya pendapat Salman
Al-Farisiy tersebut disetujui oleh Rasulullah SAW dan kaum
muslimin.
Kemudian
Rasulullah SAW segera memerintahkan kaum muslimin untuk membuat parit pertahanan
tersebut. Pekerjaan berat ini dikerjakan serentak oleh kaum muslimin dengan
ikhlash dan penuh semangat, dan Nabi SAW sendiri ikut serta bekerja di
tengah-tengah para shahabat, sehingga perbuatan beliau ini menjadi pendorong
semangat kaum muslimin untuk bekerja keras dalam membuat parit
tersebut.
Muslim
meriwayatkan dari Al-Baraa’, ia berkata, “Dahulu (menjelang) pertempuran
Al-Ahzab, Rasulullah SAW bersama-sama kami (para shahabat) mengangkati pasir
(tanah), dan tanah itu menutupi perutnya yang putih. Pada waktu itu beliau
bersenandung :
وَ
اللهِ، لَوْ لاَ اَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَ لاَ تَصَدَّقْنَا وَ لاَ
صَلَّيْنَا
فَاَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا اِنَّ اْلاُلَى قَدْ
اَبَوْا عَلَيْنَا
Demi
Allah, seandainya bukan karena Engkau,
tidaklah
kami mendapat petunjuk,
Kami
tidak sedeqah dan kami tidak shalat,
Maka
turunkanlah ketenangan kepada kami,
Sesungguhnya
orang-orang itu telah menolak ajakan kami.
Al-Baraa’
berkata : Dan kadang-kadang beliau bersenandung dengan mengeraskan ucapan
:
اِنَّ
اْلمَلاَ قَدْ اَبَوْا عَلَيْنَا اِذَا اَرَادُوْا فِتْنَةً
اَبَيْنَا
Sesungguhnya
pembesar-pembesar kaum itu telah menolak ajakan kami.
Apabila
mereka menghendaki fitnah, kami enggan memenuhinya.
[HR.
Muslim juz 3 : 420-431]
Dalam
riwayat lain dari Sahl bin Sa’ad, ia berkata : Rasulullah SAW datang kepada kami
diwaktu kami menggali parit, kami mengangkati tanah diatas pundak-pundak kami,
kemudian Rasulullah SAW bersenandung :
اَللّهُمَّ
لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَةِ
فَاغْفِرْ لِلْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Ya
Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat,
Ampunilah
shahabat Muhajirin dan Anshar.
[HR.
Muslim juz 3 : 1431]
Dan
di lain riwayat dari Anas dari Nabi SAW beliau mengucapkan
:
اَللّهُمَّ
لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَهْ
فَاغْفِرْ لِـْلاَنْصَارِ و الْمُهَاجِرَهْ
Ya
Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirah,
Ampunilah
shahabat Anshar dan Muhajirah.
[Muslim
juz 3, hal. 1431]
Di
lain riwayat dari Syu’bah bin Qatadah dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah
SAW mengucapkan :
اَللّهُمَّ
اِنَّ اْلعَيْشَ عَيْشُ اْلآخِرَةِ
Ya
Allah, sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat.
Syu’bah
berkata : Atau beliau mengucapkan :
اَللّهُمَّ
لاَ عَيْشَ اِلاَّ عَيْشُ اْلآخِرَهْ
فَاَكْرِمِ اْلاَنْصَارَ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya
Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirah.
Muliakanlah
shahabat Anshar dan Muhajirah.
[HR.
Muslim juz 3 : 1431]
Di
lain riwayat, dari Anas bin Malik, ia berkata : Dahulu para shahabat
bersenandung, sedangkan Rasulullah SAW ada bersama mereka. Mereka mengucapkan
:
اَللّهُمَّ
لاَ خَيْرَ اِلاَّ خَيْرُ اْلآخِرَهْ
فَانْصُرِ اْلاَنْصَارَ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya
Allah, tidak ada kebaikan, kecuali kebaikan akhirah
Tolonglah
shahabat Anshar dan Muhajirah.
[HR.
Muslim juz 3, 1431-1432]
Di
lain riwayat dari Anas, bahwasanya para shahabat sama mengucapkan pada perang
Khandaq :
نَحْنُ
الَّذِيْنَ بَايَعُوْا مُحَمَّدًا
عَلَى اْلاِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا اَبَدًا
Kamilah
orang-orang yang berbaiat kepada Muhammad
untuk
berpegang kepada Islam selama hayat dikandung badan,
Sedangkan
Nabi SAW mengucapkan :
اَللّهُمَّ
اِنَّ اْلخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَهْ
فَاغْفِرْ لِـْلاَنْصَارِ وَ اْلمُهَاجِرَهْ
Ya
Allah, sesungguhnya kebaikan itu adalah kebaikan
akhirah.
Ampunilah
shahabat Anshar dan Muhajirah.
Kaum
munafiq meninggalkan tempat
Kaum
muslimin pada waktu itu menggali parit siang malam dengan semangat yang tinggi.
Apabila diantara para shahabat ada keperluan, ia meminta izin terlebih dahulu
kepada Nabi SAW, dan apabila diizinkan barulah meninggalkan tempat. Dan apabila
telah menyelesaikan keperluannya segera kembali lagi ke tempat tersebut untuk
bekerja keras, karena masing-masing menyadari bahwa musuh akan segera menyerang
kaum muslimin.
Adapun
kaum munafiq, mereka itu ada yang tidak ikut dengan alasan karena tidak kuat,
dan ada pula yang ikut datang bersama-sama kaum muslimin, lalu dengan
sembunyi-sembunyi meninggalkan tempat tanpa sepengetahuan Nabi SAW. Maka
berkenaan dengan hal tersebut Allah SWT menurunkan firman-Nya
:
اِنَّمَا
اْلمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه وَ اِذَا كَانُوْا مَعَه
عَلى اَمْرٍ جَامِعٍ لَّمْ يَذْهَبُوْا حَتّى يَسْتَأْذِنُوْهُ، اِنَّ الَّذِيْنَ
يَسْتَأْذِنُوْنَكَ اُولئِكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ رَسُوْلِه،
فَاِذَا اسْتَأْذَنُوْكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لّمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَ
اسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللهَ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.(62) لاَ تَجْعَلُوْا
دُعَاءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا، قَدْ يَعْلَمُ اللهُ
الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًا، فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ
يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِه اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ
اَلِيْمٌ.(63) اَلاَ اِنَّ ِللهِ مَا فِى السَّموَاتِ وَ اْلاَرْضِ، قَدْ يَعْلَمُ
مَا اَنْتُمْ عَلَيْهِ وَ يَوْمَ يُرْجَعُوْنَ اِلَيْهِ فَيُنَبّئُهُمْ بِمَا
عَمِلُوْا، وَ اللهُ بِكُلّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ(64) النور
Sesungguhnya
yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu
urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum
meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu
(Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya,
maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin
kepada siapa yang kamu kehendaki diantara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(62)
Janganlah
kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu
kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang
yang berangsur-angsur pergi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya),
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa adzab yang pedih. (63)
Ketahuilah
sesungguhnya kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui
pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka
apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(64)
[QS. An-Nuur : 62-64]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak