Ahad,
16 September 2001/28 Jumadil tsani 1422 Brosur no. :
1103/1143/SI
Asal
mula perang banu Quraidhah
Kaum
Yahudi banu Quraidhah adalah segolongan kaum Yahudi di Madinah yang sejak lama
berhubungan erat dengan bangsa ‘Arab golongan Aus. Mereka semula mengadakan tali
pershahabatan dan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Tetapi pada perang
Ahzab, mereka mengkhianati janjinya, memihak balatentara Ahzab untuk memerangi
kaum muslimin.
Setelah
Nabi SAW kembali dari perang Khandaq, beliau masuk ke rumah dan meletakkan
senjata serta alat-alat perang yang baru saja dipakai, lalu beliau mandi. Pada
waktu Dluhur datanglah malaikat Jibril kepada beliau menyampaikan perintah untuk
memerangi kaum Yahudi banu Quraidhah sebagaimana riwayat berikut
:
عَنْ
عَائِشَةَ رض قَالَتْ: لَمَّا رَجَعَ النَّبِيُّ ص مِنَ الْخَنْدَقِ وَ وَضَعَ
السّلاَحَ وَ اغْتَسَلَ اَتَاهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالَ: قَدْ
وَضَعْتَ السّلاَحَ وَ اللهِ مَا وَضَعْنَاهُ فَاخْرُجْ اِلَيْهِمْ. قَالَ: فَاِلَى
اَيْنَ؟ قَالَ: ههُنَا وَ اَشَارَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَخَرَجَ النَّبِيُّ ص
اِلَيْهِمْ. البخارى 5: 49. فى كتاب المغازى
Dari
‘Aisyah RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW kembali dari perang Khandaq, beliau
meletakkan senjata lalu mandi. Tiba-tiba Jibril AS datang dan berkata, “Apakah
engkau telah meletakkan senjata ? Demi Allah, kami (para malaikat) belum
meletakkan senjata. Keluarlah kepada mereka”. Nabi SAW bertanya, “Kemana ?”.
Jibril menjawab, “Kesana”, sambil menunjuk ke arah kaum Yahudi banu Quraidhah.
Lalu Nabi SAW keluar kepada mereka.
[HR. Bukhari juz 5 hal. 49, dalam kitab Al-Maghaazii]
Di
lain riwayat disebutkan, setelah waktu Dhuhur, malaikat Jibril datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya :
اَوَ
قَدْ وَضَعْتَ السّلاَحَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَقَالَ جِبْرِيْلُ:
فَمَا وَضَعَتِ اْلمَلاَئِكَةُ السّلاَحَ بَعْدُ. وَ مَا رَجَعَتِ اْلآنَ اِلاَّ
مِنْ طَلَبِ اْلقَوْمِ. اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَأْمُرُكَ يَا مُحَمَّدُ
بِاْلمَسِيْرِ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَاِنّى عَامِدٌ اِلَيْهِمْ فَمُزَلْزِلٌ
بِهِمْ. ابن هشام 4:192
“Apakah
engkau telah meletakkan senjata, ya Rasulullah ?”. Nabi SAW menyahut, “Ya”.
Jibril berkata, “Para malaikat belum meletakkan senjata, dan sekarang mereka
tidak kembali, melainkan mencari kaum (pihak musuh). Sesungguhnya Allah ‘Azza wa
Jalla memerintahkan kepada engkau hai Muhammad, supaya berangkat ke bani
Quraidhah, sesungguhnya saya akan pergi kepada mereka lalu
menggoncang-goncangkan mereka”.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 192]
Kaum
muslimin berangkat ke perkampungan banu Quraidhah
Setelah
Nabi SAW mendapat perintah untuk memerangi banu Quraidhah, beliau lalu
memerintahkan pada tukang penyeru untuk menyeru manusia :
مَنْ
كَانَ سَامِعًا مُطِيْعًا فَلاَ يُصَلّيَنَّ اْلعَصْرَ اِلاَّ بِبَنِى
قُرَيْظَةَ
Barangsiapa
yang mendengar serta mengikut perintah, maka janganlah ia mengerjakan shalat
‘Ashar melainkan di kampung banu Quraidhah.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 192]
Bukhari
meriwayatkan sebagai berikut :
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص يَوْمَ اْلاَحْزَابِ لاَ يُصَلِّيَنَّ
اَحَدٌ اْلعَصْرَ اِلاَّ فِى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَاَدْرَكَ بَعْضُهُمُ اْلعَصْرَ
فِى الطَّرِيْقِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نُصَلّى حَتَّى نَأْتِيَهَا. وَ قَالَ
بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلّى لَمْ يُرِدْ مِنَّا ذلِكَ. فَذُكِرَ ذلِكَ لِلنَّبِيّ ص
فَلَمْ يُعَنّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ. البخارى 5: 50
Dari
Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : (Setelah) perang Ahzab Nabi SAW bersabda, “Janganlah
seseorang diantara kalian shalat ‘Ashar kecuali setelah tiba di kampung banu
Quraidhah”. Lalu sebagian mereka mendapati waktu ‘Ashar di perjalanan. Maka
diantara mereka ada yang berkata, “Kami tidak shalat sehingga tiba di kampung
banu Quraidhah”. Dan sebagian lagi berkata, “Kalau kami akan shalat di sini,
karena Nabi tentu tidak menghendaki yang demikian”. Setelah hal itu disampaikan
kepada Nabi SAW, maka beliau tidak menyalahkan seorangpun dari
mereka.
[HR. Bukhari juz 5, hal. 50, dlm. kitab Al-Maghaazii]
Dalam
hadits ini Rasulullah SAW memerintahkan para shahabat supaya shalat ‘Ashar di
kampung banu Quraidhah, namun dalam riwayat lain disebutkan bahwa shalat yang
beliau perintahkan untuk dilaksanakan di kampung banu Quraidhah itu adalah
shalat Dluhur, sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ قَالَ: نَادَى فِينَا رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْمَ انْصَرَفَ عَنِ
اْلاَحْزَابِ اَنْ لاَ يُصَلّيَنَّ اَحَدٌ الظُّهْرَ اِلاَّ فِى بَنِى قُرَيْظَةَ
فَتَخَوَّفَ نَاسٌ فَوْتَ اْلوَقْتِ فَصَلَّوْا دُوْنَ بَنِى قُرَيْظَةَ وَ قَالَ
آخَرُوْنَ: لاَ نُصَلّى اِلاَّ حَيْثُ اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اِنْ فَاتَنَا
اْلوَقْتُ. قَالَ: فَمَا عَنَّفَ وَاحِدًا مِنَ اْلفَرِيْقَيْنِ. مسلم 3: 1391 فى
كتاب الجهاد و السير
Dai
‘Abdullah, ia berkata : Setelah usai perang Ahzab Rasulullah SAW mengumumkan
kepada kami, “Janganlah seseorang diantara kalian shalat Dluhur kecuali di
kampung banu Quraidhah”. Lalu diantara para shahabat ada yang khawatir kehabisan
waktu, maka mereka shalat sebelum tiba di kampung banu Quraidhah. Dan yang lain
berkata, “Kami tidak akan shalat kecuali menurut perintah Rasulullah SAW kepada
kita meskipun kami kehabisan waktu”. ‘Abdullah berkata, “Maka Nabi SAW pun tidak
mencela kedua pendapat itu”.
[HR. Muslim juz 3, hal 1391 dlm kitab Al-Jihaad was-Sair]
Dari
kedua riwayat tersebut ada ulama yang memahamkan kedua hadits itu sebagai
berikut : Bagi mereka yang belum mengerjakan shalat Dluhur, supaya
mengerjakannya di perkampungan banu Quraidhah. Adapun yang sudah megerjakan
shalat Dluhur dan belum mengerjakan shalat ‘Ashar, tidak usah menunggu waktu
‘Ashar tiba, dan supaya mengerjakan shalat itu di perkampungan banu Quraidhah.
Walloohu a’lam.
Kemudian
pimpinan ummat di Madinah diserahkan kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum. Bendera
diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib. Balatentara Islam berjumlah 3.000 orang
dikerahkan supaya berangkat ke perkampungan banu Quraidhah untuk memerangi
penduduknya yang telah berbuat khianat. Pasukan berkuda muslimin hanya berjumlah
36 orang. Tentara Islam segera berangkat menuju ke perkampungan Yahudi banu
Quraidhah.
Walaupun
tentara Islam pada hari itu masih dalam keletihan dan kepayahan, karena belum
beristirahat semenjak kembali dari perang Khandaq, dan sebelum itu mereka
masing-masing pun sudah amat payah, karena menggali parit yang dalam, panjang
dan lebar, tetapi mereka tetap berangkat dengan ikhlash memenuhi dan menthaati
perintah Nabi SAW.
Setibanya
di perkampungan banu Quraidhah ‘Ali beserta balatentara Islam terus menuju
benteng mereka untuk mengadakan pengintaian, ‘Ali bersama-sama kaum muslimin
mengintai di luar benteng dan mendengarkan apasaja yang sedang dibicarakan kaum
Yahudi banu Quraidhah. Dan kebetulan waktu itu mereka sedang mencaci-maki Nabi
SAW.
Setelah
‘Ali mendengar pembicaraan dan percakapan mereka yang keji dan mencaci-maki Nabi
SAW, maka ia segera melaporkan kepada Nabi SAW. Pada waktu itu ‘Ali bertemu
dengan Nabi SAW di jalan, lalu ia berkata :
يَا
رَسُوْلَ اللهِ، لاَ عَلَيْكَ اَنْ لاَ تَدْنُوَ مِنْ هؤُلاَءِ اْلاَخَابِثِ.
قَالَ: لِمَ؟ اَظُنُّكَ سَمِعْتَ مِنْهُمْ لِى اَذًى؟. قَالَ: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ
اللهِ. قَالَ: لَوْ رَأَوْنِى لَمْ يَقُوْلُوْا مِنْ ذلِكَ شَيْئًا. ابن هشام
4:193
Ya
Rasulullah, janganlah engkau mendekati orang-orang yang kotor-kotor itu “. Nabi
SAW bertanya, “Kenapa ? Aku mengira bahwa kamu mendengar dari mereka
perkataan-perkataan yang menyakitkan aku”. Ali menjawab, “Ya, betul ya
Rasulullah”. Nabi SAW bersabda, “Jika mereka melihat aku, mereka tidak akan
berani berkata yang demikian sedikitpun”.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Kemudian
Nabi SAW mendekat ke benteng banu Quraidhah, dan memanggil mereka dengan
sabdanya :
يَا
اِخْوَانَ اْلقِرَدَةِ، هَلْ اَخْزَاكُمُ اللهُ وَ اَنْزَلَ بِكُمْ
نِقْمَتَهُ؟
Hai
saudara-saudaranya kera, tidakkah Allah telah menghinakan kalian dan Dia telah
menurunkan murka-Nya kepada kalian ?”.
Setelah
mendengar panggilan Nabi SAW yang demikian itu terkejutlah mereka, lalu salah
seorang pimpinannya berkata :
يَا
اَبَا اْلقَاسِمِ مَا كُنْتَ جَهُوْلاً. ابن هشام 4: 193
Ya
Abal Qasim, engkau tidak bodoh.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Menurut
riwayat, sebelum Nabi SAW sampai di perkampungan banu Quraidhah, beliau berjalan
melintasi segolongan dari para shahabatnya di suatu tempat yang bernama
Shaurain. Beliau bertanya kepada mereka :
هَلْ
مَرَّ بِكُمْ اَحَدٌ
“Apakah
ada seseorang yang melewati kalian ?”.
Mereka
menjawab :
يَا
رَسُوْلَ اللهِ، قَدْ مَرَّ بِنَا دِحْيَةُ بْنُ خَلِيْفَةَ اْلكَلْبِيُّ عَلَى
بَغْلَةٍ بَيْضَاءَ عَلَيْهَا رِحَالَةٌ عَلَيْهَا قَطِيْفَةُ دِيْبَاجٍ. ابن هشام
4: 193
“Ya
Rasulullah, memang ada seorang yang melewati kami, yaitu Dihyah bin Khalifah
Al-Kalbiy, ia berkendaraan seekor baghal putih yang berpelana, pelananya dari
kain sutra”.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Nabi
SAW bersabda :
ذلِكَ
جِبْرِيْلُ بُعِثَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ يُزَلْزِلُ بِهِمْ حُصُوْبَهُمْ وَ
يَقْذِفُ الرُّعْبَ فِى قُلُوْبِهِمْ. ابن هشام 4: 193
Itulah
Jibril, yang diutus kepada banu Quraidhah untuk menggoncang-goncangkan
benteng-benteng mereka dan menanamkan rasa takut ke dalam hati-hati
mereka.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Rombongan
kaum muslimin yang terakhir, tiba di perkampungan banu Quraidhah pada waktu
‘Isyak, sedang mereka belum shalat ‘Ashar, menthaati perintah Rasulullah SAW,
“Janganlah seseorang diantara kalian shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan banu
Quraidhah”. Karena begitu kesibukan mereka dalam peperangan, dan mereka belum
shalat karena berpegang sabda beliau, “Sehingga kalian tiba di perkampungan banu
Quraidhah”. Kemudian mereka mengerjakan shalat ‘Ashar pada waktu ‘Isyak
tersebut. Dan Allah dan Rasul-Nya pun tidak mencela dan menyalahkan perbuatan
mereka yang demikian itu.
Kaum
Yahudi banu Quraidhah dikepung tentara Islam
Nabi
SAW bersama tentara Islam berkumpul di perkampungan banu Quraidhah, lalu beliau
mengatur dan memerintahkan kepada segenap tentara Islam supaya mengepung
benteng-benteng kaum Yahudi banu Quraidhah.
Kemudian
tentara Islam mengepung benteng banu Quraidhah selama dua puluh lima
hari.
Setelah
berminggu-minggu banu Quraidhah dikepung begitu ketat oleh tentara Islam,
akhirnya mereka mendapat berbagai kesulitan dan kepayahan. Dalam menghadapi
kenyataan ini, para pemimpin banu Quraidhah sadar bahwa tidak akan lama lagi
benteng mereka akan jatuh ke tangan kaum muslimin. Oleh sebab itu Ka’ab bin Asad
pimpinan kaum banu Quraidhah memberi nasehat kepada kaumnya, yang juga
mengandung keputusan, yaitu, “Hai kaum Yahudi, kini sesungguhnya telah sampai
kepada kalian suatu perkara yang sangat mengkhawatirkan. Sebab itu, saya akan
mengemukakan tiga kemungkinan kepada kalian, maka pilihlah salah satu dari tiga
kemungkinan itu, mana yang kalian sukai”.
Kaumnya
menjawab, “Apa itu ?”.
Ka’ab
bin Asad berkata, “Pertama, kita mengikut dia (Muhammad) dan kita
membenarkannya. Demi Allah, sesungguhnya telah jelas bagi kalian, bahwa dia
adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah yang kalian telah mendapatinya dalam
kitab kalian. Dengan demikian berarti kalian telah menyelamatkan darah-darah
kalian, harta benda kalian, anak-anak kalian dan istri-istri kalian dari
bahaya.
Mendengar
nasehat itu, kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, kata mereka, “Kita tidak akan
menyalahi hukum-hukum dari kitab Taurat selamanya, dan kita tidak akan
menukarnya dengan yang lain”.
Ka’ab
bin Asad melanjutkan nasehatnya yang kedua, “Kalau kalian tidak menyukai
demikian, maka marilah kita bersama-sama membunuh anak-anak kita dan orang-orang
perempuan kita, lalu kita serentak keluar dari benteng ini dengan senjata
terhunus dan langsung menyerang Muhammad dan balatentaranya. Dengan demikian,
kita tidak meninggalkan sesuatu di belakang kita yang memberatkan kita, sehingga
Allah memberi keputusan antara kita dan Muhammad. Andaikata kita binasa, biarlah
kita binasa, asal sudah tidak meninggalkan anak-anak keturunan yang kita
khawatirkan, dan andaikata kita memperoleh kemenangan, maka demi umurku, tentu
kita akan mendapatkan orang-orang perempuan dan anak-anak
mereka”.
Mendengar
pendapat yang kedua ini, maka kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, “Adakah kita
disuruh membunuh orang-orang yang kita kasihi ? Adakah kebaikan bagi kita hidup
sesudah kita membunuh mereka ?”.
Kemudian
Ka’ab menerangkan kemungkinan yang ketiga, “Jika kalian enggan menerima ini,
baiklah sekarang mari ktia bersama-sama datang kepada Muhammad malam ini juga,
untuk memohon keputusan kepadanya, karena kebetulan sekali malam ini malam
Sabtu, mudah-mudahan Muhammad dan kaum pengikutnya suka memberi keamanan kepada
kita pada malam ini, dan marilah ktia keluar , barangkali kita dapat mengalahkan
Muhammad dan para pengikutnya.
Mendengar
pendapat yang ketiga ini, kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, “Bagaimana kita
akan merusakkan hari Sabtu kita, kita disuruh melakukan sesuatu tindakan yang
tidak pernah terjadi di masa nenek moyang kita dahulu, kecuali dari orang-orang
yang wajah mereka telah berubah menjadi kera, sebagaimana yang telah kau ketahui
?”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 195]
Begitulah,
akhirnya mereka menolak semua apa yang dikemukakan Ka’ab bin
Asad.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak