POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-98) Asal mula perang banu Quraidhah

Posted by

Ahad, 16 September 2001/28 Jumadil tsani 1422           Brosur no. : 1103/1143/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-98)


Asal mula perang banu Quraidhah
Kaum Yahudi banu Quraidhah adalah segolongan kaum Yahudi di Madinah yang sejak lama berhubungan erat dengan bangsa ‘Arab golongan Aus. Mereka semula mengadakan tali pershahabatan dan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Tetapi pada perang Ahzab, mereka mengkhianati janjinya, memihak balatentara Ahzab untuk memerangi kaum muslimin.
Setelah Nabi SAW kembali dari perang Khandaq, beliau masuk ke rumah dan meletakkan senjata serta alat-alat perang yang baru saja dipakai, lalu beliau mandi. Pada waktu Dluhur datanglah malaikat Jibril kepada beliau menyampaikan perintah untuk memerangi kaum Yahudi banu Quraidhah sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: لَمَّا رَجَعَ النَّبِيُّ ص مِنَ الْخَنْدَقِ وَ وَضَعَ السّلاَحَ وَ اغْتَسَلَ اَتَاهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَالَ: قَدْ وَضَعْتَ السّلاَحَ وَ اللهِ مَا وَضَعْنَاهُ فَاخْرُجْ اِلَيْهِمْ. قَالَ: فَاِلَى اَيْنَ؟ قَالَ: ههُنَا وَ اَشَارَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَخَرَجَ النَّبِيُّ ص اِلَيْهِمْ. البخارى 5: 49. فى كتاب المغازى
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW kembali dari perang Khandaq, beliau meletakkan senjata lalu mandi. Tiba-tiba Jibril AS datang dan berkata, “Apakah engkau telah meletakkan senjata ? Demi Allah, kami (para malaikat) belum meletakkan senjata. Keluarlah kepada mereka”. Nabi SAW bertanya, “Kemana ?”. Jibril menjawab, “Kesana”, sambil menunjuk ke arah kaum Yahudi banu Quraidhah. Lalu Nabi SAW keluar kepada mereka. [HR. Bukhari juz 5 hal. 49, dalam kitab Al-Maghaazii]
Di lain riwayat disebutkan, setelah waktu Dhuhur, malaikat Jibril datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya :
اَوَ قَدْ وَضَعْتَ السّلاَحَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَقَالَ جِبْرِيْلُ: فَمَا وَضَعَتِ اْلمَلاَئِكَةُ السّلاَحَ بَعْدُ. وَ مَا رَجَعَتِ اْلآنَ اِلاَّ مِنْ طَلَبِ اْلقَوْمِ. اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَأْمُرُكَ يَا مُحَمَّدُ بِاْلمَسِيْرِ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَاِنّى عَامِدٌ اِلَيْهِمْ فَمُزَلْزِلٌ بِهِمْ. ابن هشام 4:192
“Apakah engkau telah meletakkan senjata, ya Rasulullah ?”. Nabi SAW menyahut, “Ya”. Jibril berkata, “Para malaikat belum meletakkan senjata, dan sekarang mereka tidak kembali, melainkan mencari kaum (pihak musuh). Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepada engkau hai Muhammad, supaya berangkat ke bani Quraidhah, sesungguhnya saya akan pergi kepada mereka lalu menggoncang-goncangkan mereka”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 192]

Kaum muslimin berangkat ke perkampungan banu Quraidhah
Setelah Nabi SAW mendapat perintah untuk memerangi banu Quraidhah, beliau lalu memerintahkan pada tukang penyeru untuk menyeru manusia :
مَنْ كَانَ سَامِعًا مُطِيْعًا فَلاَ يُصَلّيَنَّ اْلعَصْرَ اِلاَّ بِبَنِى قُرَيْظَةَ
Barangsiapa yang mendengar serta mengikut perintah, maka janganlah ia mengerjakan shalat ‘Ashar melainkan di kampung banu Quraidhah. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 192]
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص يَوْمَ اْلاَحْزَابِ لاَ يُصَلِّيَنَّ اَحَدٌ اْلعَصْرَ اِلاَّ فِى بَنِى قُرَيْظَةَ. فَاَدْرَكَ بَعْضُهُمُ اْلعَصْرَ فِى الطَّرِيْقِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ نُصَلّى حَتَّى نَأْتِيَهَا. وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلّى لَمْ يُرِدْ مِنَّا ذلِكَ. فَذُكِرَ ذلِكَ لِلنَّبِيّ ص فَلَمْ يُعَنّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ. البخارى 5: 50
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : (Setelah) perang Ahzab Nabi SAW bersabda, “Janganlah seseorang diantara kalian shalat ‘Ashar kecuali setelah tiba di kampung banu Quraidhah”. Lalu sebagian mereka mendapati waktu ‘Ashar di perjalanan. Maka diantara mereka ada yang berkata, “Kami tidak shalat sehingga tiba di kampung banu Quraidhah”. Dan sebagian lagi berkata, “Kalau kami akan shalat di sini, karena Nabi tentu tidak menghendaki yang demikian”. Setelah hal itu disampaikan kepada Nabi SAW, maka beliau tidak menyalahkan seorangpun dari mereka. [HR. Bukhari juz 5, hal. 50, dlm. kitab Al-Maghaazii]
Dalam hadits ini Rasulullah SAW memerintahkan para shahabat supaya shalat ‘Ashar di kampung banu Quraidhah, namun dalam riwayat lain disebutkan bahwa shalat yang beliau perintahkan untuk dilaksanakan di kampung banu Quraidhah itu adalah shalat Dluhur, sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: نَادَى فِينَا رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْمَ انْصَرَفَ عَنِ اْلاَحْزَابِ اَنْ لاَ يُصَلّيَنَّ اَحَدٌ الظُّهْرَ اِلاَّ فِى بَنِى قُرَيْظَةَ فَتَخَوَّفَ نَاسٌ فَوْتَ اْلوَقْتِ فَصَلَّوْا دُوْنَ بَنِى قُرَيْظَةَ وَ قَالَ آخَرُوْنَ: لاَ نُصَلّى اِلاَّ حَيْثُ اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اِنْ فَاتَنَا اْلوَقْتُ. قَالَ: فَمَا عَنَّفَ وَاحِدًا مِنَ اْلفَرِيْقَيْنِ. مسلم 3: 1391 فى كتاب الجهاد و السير
Dai ‘Abdullah, ia berkata : Setelah usai perang Ahzab Rasulullah SAW mengumumkan kepada kami, “Janganlah seseorang diantara kalian shalat Dluhur kecuali di kampung banu Quraidhah”. Lalu diantara para shahabat ada yang khawatir kehabisan waktu, maka mereka shalat sebelum tiba di kampung banu Quraidhah. Dan yang lain berkata, “Kami tidak akan shalat kecuali menurut perintah Rasulullah SAW kepada kita meskipun kami kehabisan waktu”. ‘Abdullah berkata, “Maka Nabi SAW pun tidak mencela kedua pendapat itu”. [HR. Muslim juz 3, hal 1391 dlm kitab Al-Jihaad was-Sair]
Dari kedua riwayat tersebut ada ulama yang memahamkan kedua hadits itu sebagai berikut : Bagi mereka yang belum mengerjakan shalat Dluhur, supaya mengerjakannya di perkampungan banu Quraidhah. Adapun yang sudah megerjakan shalat Dluhur dan belum mengerjakan shalat ‘Ashar, tidak usah menunggu waktu ‘Ashar tiba, dan supaya mengerjakan shalat itu di perkampungan banu Quraidhah. Walloohu a’lam.
Kemudian pimpinan ummat di Madinah diserahkan kepada ‘Abdullah bin Ummi Maktum. Bendera diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib. Balatentara Islam berjumlah 3.000 orang dikerahkan supaya berangkat ke perkampungan banu Quraidhah untuk memerangi penduduknya yang telah berbuat khianat. Pasukan berkuda muslimin hanya berjumlah 36 orang. Tentara Islam segera berangkat menuju ke perkampungan Yahudi banu Quraidhah.
Walaupun tentara Islam pada hari itu masih dalam keletihan dan kepayahan, karena belum beristirahat semenjak kembali dari perang Khandaq, dan sebelum itu mereka masing-masing pun sudah amat payah, karena menggali parit yang dalam, panjang dan lebar, tetapi mereka tetap berangkat dengan ikhlash memenuhi dan menthaati perintah Nabi SAW.
Setibanya di perkampungan banu Quraidhah ‘Ali beserta balatentara Islam terus menuju benteng mereka untuk mengadakan pengintaian, ‘Ali bersama-sama kaum muslimin mengintai di luar benteng dan mendengarkan apasaja yang sedang dibicarakan kaum Yahudi banu Quraidhah. Dan kebetulan waktu itu mereka sedang mencaci-maki Nabi SAW.
Setelah ‘Ali mendengar pembicaraan dan percakapan mereka yang keji dan mencaci-maki Nabi SAW, maka ia segera melaporkan kepada Nabi SAW. Pada waktu itu ‘Ali bertemu dengan Nabi SAW di jalan, lalu ia berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، لاَ عَلَيْكَ اَنْ لاَ تَدْنُوَ مِنْ هؤُلاَءِ اْلاَخَابِثِ. قَالَ: لِمَ؟ اَظُنُّكَ سَمِعْتَ مِنْهُمْ لِى اَذًى؟. قَالَ: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: لَوْ رَأَوْنِى لَمْ يَقُوْلُوْا مِنْ ذلِكَ شَيْئًا. ابن هشام 4:193
Ya Rasulullah, janganlah engkau mendekati orang-orang yang kotor-kotor itu “. Nabi SAW bertanya, “Kenapa ? Aku mengira bahwa kamu mendengar dari mereka perkataan-perkataan yang menyakitkan aku”. Ali menjawab, “Ya, betul ya Rasulullah”. Nabi SAW bersabda, “Jika mereka melihat aku, mereka tidak akan berani berkata yang demikian sedikitpun”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Kemudian Nabi SAW mendekat ke benteng banu Quraidhah, dan memanggil mereka dengan sabdanya :
يَا اِخْوَانَ اْلقِرَدَةِ، هَلْ اَخْزَاكُمُ اللهُ وَ اَنْزَلَ بِكُمْ نِقْمَتَهُ؟
Hai saudara-saudaranya kera, tidakkah Allah telah menghinakan kalian dan Dia telah menurunkan murka-Nya kepada kalian ?”.
Setelah mendengar panggilan Nabi SAW yang demikian itu terkejutlah mereka, lalu salah seorang pimpinannya berkata :
يَا اَبَا اْلقَاسِمِ مَا كُنْتَ جَهُوْلاً. ابن هشام 4: 193
Ya Abal Qasim, engkau tidak bodoh. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Menurut riwayat, sebelum Nabi SAW sampai di perkampungan banu Quraidhah, beliau berjalan melintasi segolongan dari para shahabatnya di suatu tempat yang bernama Shaurain. Beliau bertanya kepada mereka :
هَلْ مَرَّ بِكُمْ اَحَدٌ
Apakah ada seseorang yang melewati kalian ?”.
Mereka menjawab :
يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَدْ مَرَّ بِنَا دِحْيَةُ بْنُ خَلِيْفَةَ اْلكَلْبِيُّ عَلَى بَغْلَةٍ بَيْضَاءَ عَلَيْهَا رِحَالَةٌ عَلَيْهَا قَطِيْفَةُ دِيْبَاجٍ. ابن هشام 4: 193
“Ya Rasulullah, memang ada seorang yang melewati kami, yaitu Dihyah bin Khalifah Al-Kalbiy, ia berkendaraan seekor baghal putih yang berpelana, pelananya dari kain sutra”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Nabi SAW bersabda :
ذلِكَ جِبْرِيْلُ بُعِثَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ يُزَلْزِلُ بِهِمْ حُصُوْبَهُمْ وَ يَقْذِفُ الرُّعْبَ فِى قُلُوْبِهِمْ. ابن هشام 4: 193
Itulah Jibril, yang diutus kepada banu Quraidhah untuk menggoncang-goncangkan benteng-benteng mereka dan menanamkan rasa takut ke dalam hati-hati mereka. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 193]
Rombongan kaum muslimin yang terakhir, tiba di perkampungan banu Quraidhah pada waktu ‘Isyak, sedang mereka belum shalat ‘Ashar, menthaati perintah Rasulullah SAW, “Janganlah seseorang diantara kalian shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan banu Quraidhah”. Karena begitu kesibukan mereka dalam peperangan, dan mereka belum shalat karena berpegang sabda beliau, “Sehingga kalian tiba di perkampungan banu Quraidhah”. Kemudian mereka mengerjakan shalat ‘Ashar pada waktu ‘Isyak tersebut. Dan Allah dan Rasul-Nya pun tidak mencela dan menyalahkan perbuatan mereka yang demikian itu.

Kaum Yahudi banu Quraidhah dikepung tentara Islam
Nabi SAW bersama tentara Islam berkumpul di perkampungan banu Quraidhah, lalu beliau mengatur dan memerintahkan kepada segenap tentara Islam supaya mengepung benteng-benteng kaum Yahudi banu Quraidhah.
Kemudian tentara Islam mengepung benteng banu Quraidhah selama dua puluh lima hari.
Setelah berminggu-minggu banu Quraidhah dikepung begitu ketat oleh tentara Islam, akhirnya mereka mendapat berbagai kesulitan dan kepayahan. Dalam menghadapi kenyataan ini, para pemimpin banu Quraidhah sadar bahwa tidak akan lama lagi benteng mereka akan jatuh ke tangan kaum muslimin. Oleh sebab itu Ka’ab bin Asad pimpinan kaum banu Quraidhah memberi nasehat kepada kaumnya, yang juga mengandung keputusan, yaitu, “Hai kaum Yahudi, kini sesungguhnya telah sampai kepada kalian suatu perkara yang sangat mengkhawatirkan. Sebab itu, saya akan mengemukakan tiga kemungkinan kepada kalian, maka pilihlah salah satu dari tiga kemungkinan itu, mana yang kalian sukai”.
Kaumnya menjawab, “Apa itu ?”.
Ka’ab bin Asad berkata, “Pertama, kita mengikut dia (Muhammad) dan kita membenarkannya. Demi Allah, sesungguhnya telah jelas bagi kalian, bahwa dia adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah yang kalian telah mendapatinya dalam kitab kalian. Dengan demikian berarti kalian telah menyelamatkan darah-darah kalian, harta benda kalian, anak-anak kalian dan istri-istri kalian dari bahaya.
Mendengar nasehat itu, kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, kata mereka, “Kita tidak akan menyalahi hukum-hukum dari kitab Taurat selamanya, dan kita tidak akan menukarnya dengan yang lain”.
Ka’ab bin Asad melanjutkan nasehatnya yang kedua, “Kalau kalian tidak menyukai demikian, maka marilah kita bersama-sama membunuh anak-anak kita dan orang-orang perempuan kita, lalu kita serentak keluar dari benteng ini dengan senjata terhunus dan langsung menyerang Muhammad dan balatentaranya. Dengan demikian, kita tidak meninggalkan sesuatu di belakang kita yang memberatkan kita, sehingga Allah memberi keputusan antara kita dan Muhammad. Andaikata kita binasa, biarlah kita binasa, asal sudah tidak meninggalkan anak-anak keturunan yang kita khawatirkan, dan andaikata kita memperoleh kemenangan, maka demi umurku, tentu kita akan mendapatkan orang-orang perempuan dan anak-anak mereka”.
Mendengar pendapat yang kedua ini, maka kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, “Adakah kita disuruh membunuh orang-orang yang kita kasihi ? Adakah kebaikan bagi kita hidup sesudah kita membunuh mereka ?”.
Kemudian Ka’ab menerangkan kemungkinan yang ketiga, “Jika kalian enggan menerima ini, baiklah sekarang mari ktia bersama-sama datang kepada Muhammad malam ini juga, untuk memohon keputusan kepadanya, karena kebetulan sekali malam ini malam Sabtu, mudah-mudahan Muhammad dan kaum pengikutnya suka memberi keamanan kepada kita pada malam ini, dan marilah ktia keluar , barangkali kita dapat mengalahkan Muhammad dan para pengikutnya.
Mendengar pendapat yang ketiga ini, kaum Yahudi banu Quraidhah menyahut, “Bagaimana kita akan merusakkan hari Sabtu kita, kita disuruh melakukan sesuatu tindakan yang tidak pernah terjadi di masa nenek moyang kita dahulu, kecuali dari orang-orang yang wajah mereka telah berubah menjadi kera, sebagaimana yang telah kau ketahui ?”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 195]
Begitulah, akhirnya mereka menolak semua apa yang dikemukakan Ka’ab bin Asad.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak