POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-99) Banu Quraidhah meminta pertimbangan Abu Lubabah

Posted by

Ahad, 07 Oktober 2001/19 Rajab 1422                         Brosur no. : 1106/1146/SI
Tarikh Nabi Muhammad SAW (ke-99)


Banu Quraidhah meminta pertimbangan Abu Lubabah
Setelah kaum Yahudi banu Quraidhah merasa bahwa mereka tidak akan mampu mengatasi kesulitan, dan keadaannya semakin gawat dalam menghadapi kepungan kaum muslimin, dan mereka pun yaqin bahwa mereka tidak akan bertahan lama berada dalam bentengnya, karena hubungan mereka dengan pihak luar sudah putus sama sekali, dan saran-saran dari pemimpin mereka (Ka’ab bin Asad) ditolaknya, akhirnya mereka mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut mereka sepakat untuk mengirim seorang utusan kepada Nabi SAW memohon kemurahan beliau supaya mengirim Abu Lubabah ke tempat mereka, karena akan dimintai pertimbangannya. Mereka meminta Abu Lubabah, karena ia adalah seorang yang telah mengikut Islam dari golongan Aus, yang pernah melakukan perjanjian tolong-menolong dengan kaum banu Quraidhah di masa sebelum mengikut Islam.
Setelah utusan mereka menemui Nabi SAW dan mengajukan permohonannya, maka permohonan mereka itu pun diperkenankan oleh Nabi SAW, dan Abu Lubabah segera berangkat menemui mereka.
Setiba Abu Lubabah di benteng banu Quraidhah, ia disambut dengan penghormatan yang luar biasa. Segenap kaum banu Quraidhah, baik lelaki, wanita maupun anak-anak berdiri, menangis, meratap dan berteriak-teriak meminta tolong kepadanya. Mereka berkata, “Ya Abu Lubabah, apakah engkau setuju jika kita meminta keputusan kepada Muhammad, karena keadaan kita sudah sedemikin rupa ?
Kata Abu Lubabah, “Ya”. Sambil berisyarat dengan tangannya menunjuk tenggorokannya sendiri, yaitu dipenggal lehernya. Artinya : Jika tidak, nanti kamu dibunuh semuanya.
Oleh sebab itu, kaum Yahudi banu Quraidhah akhirnya mengambil keputusan untuk tunduk dan menyerah kepada Nabi SAW dan ridla menerima putusan beliau.
Setelah Abu Lubabah mengatakan demikian, ia sangat menyesal, karena perkataan dan isyaratnya itu adalah atas kemauannya sendiri, bukan atas perintah Nabi SAW. Waktu itu ia berkata :
فَوَ اللهِ مَا زَالَتْ قَدَمَايَ مِنْ مَكَانِهَا حَتَّى عَرَفْتُ اَنّى قَدْ خُنْتُ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ ص. ابن هشام 4: 196
Demi Allah, belumlah dua tapak kaki saya pindah dari tempatnya, hingga saya telah mengetahui bahwa saya telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 196]
Menyadari kesalahan yang dilakukannya itu, Abu Lubabah segera meninggalkan perkampungan banu Quraidhah dan langsung kembali ke Madinah. Abu Lubabah tidak berani menghadap Nabi SAW, karena sangat malu kepada beliau. Sesampainya di Madinah Abu Lubabah langsung masuk masjid kemudian menangis menyesali diri. Di dalam masjid Abu Lubabah mengikatkan dirinya sendiri pada salah satu tiang masjid. Dalam keadaan demikian, ia berkata :
لاَ ابَرْحُ مَكَانِى هذَا حَتَّى يَتُوْبَ اللهُ عَلَيَّ مِمَّا صَنَعْتُ، وَ عَهِدَ اللهَ: اَنْ لاَ اَطَأَ بَنِى قُرَيْظَةَ اَبَدًا، وَ لاَ أَرَى فِى بَلَدٍ خُنْتُ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فِيْهِ اَبَدًا. ابن هشام 4:196
Saya akan terus berada di tempat ini sehingga Allah menerima taubat saya dari segala kesalahan yang telah saya lakukan. Ia juga berjanji kepada Allah, “Saya tidak akan menginjak bumi banu Quraidhah selama-lamanya dan saya tidak akan melihat negeri yang menjadikan saya berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya selama-lamanya”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 196]
Dengan demikian Abu Lubabah terus-menerus terikat di tiang masjidi, setiap waktu shalat telah tiba dan pada ketika ia hendak berhajat dibukakan ikatannya itu oleh istrinya. Kemudian apabila telah selesai dari shalatnya atau dari hajatnya, lalu diikat kembali oleh istrinya.
Sehubungan dengan tindakan Abu Lubabah tersebut, maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَخُوْنُوا اللهَ وَ الرَّسُوْلَ وَ تَخُوْنُوْآ اَمنتِكُمْ وَ اَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الانفال:27
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. [QS. Al-Anfaal : 27]
Ketika Nabi SAW mendengar berita tentang keadaan Abu Lubabah yang telah bertindak sedemikian rupa, dan berita yang diterima Nabi itu sebenarnya telah terlambat, maka di kala itu beliau bersabda :
اَمَّا اِنَّهُ لَوْ جَاءَنِى َلاُسْتَغْفَرْتُ لَهُ، فَاَمَّا اِذْ قَدْ فَعَلَ مَا فَعَلَ فَمَا اَنَا بِالَّذِى اُطْلِقُهُ مِنْ مَكَانِهِ حَتَّى يَتُوْبَ اللهُ عَلَيْهِ. ابن هشام 4:197
Sungguh, andaikata dia datang kepadaku, niscaya aku memohonkan ampun baginya. Tetapi lantaran dia telah berbuat apa yang telah dia perbuat, maka aku tidak akan melepaskannya dari tempatnya itu sehingga Allah menerima taubatnya. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 197]
Setelah enam hari enam malam Abu Lubabah mengikatkan dirinya di sebuah tiang masjid sebagaimana diatas, maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW sebagai berikut :
وَ اخَرُوْنَ اعْتَرَفُوْا بِذُنُوْبِهِمْ خَلَطُوْا عَمَلاً صَالِحًا وَّ اخَرَ سَيّأً، عَسَى اللهُ اَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ. التوبة:102
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk, mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. At-Taubah : 102]
Ayat ini diterima Nabi SAW pada waktu tengah malam. Kemudian Nabi SAW menyampaikan kepada istrinya Ummu Salamah, lalu Ummu Salamah memberitahukan kepada Abu Lubabah agar ia bergembira mendengar ampunan dari Allah. Kemudian para shahabat akan melepaskan ikatan Abu Lubabah tersebut, namun dia tidak mau dan berkata :
لاَ وَ اللهِ حَتَّى يَكُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ ص هُوَ الَّذِى يُطْلِقُنِى بِيَدِهِ. ابن هشام 4:197
“Tidak, demi Allah, sehingga Rasulullah SAW dengan tangan beliau sendiri yang melepas diriku”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 197]
Maka ketika beliau melewatinya diwaktu keluar untuk shalat Shubuh, beliau melepasnya.

Kaum banu Quraidhah tunduk pada putusan Rasulullah SAW.
Setelah kaum Yahudi banu Quraidhah menanti-nanti keputusan dari Nabi SAW dengan perantaraan Abu Lubabah tidak ada khabar kelanjutannya, maka mereka mengambil keputusan untuk menyerah kepada Nabi SAW dengan harapan semoga mendapat keringanan hukum yang akan dijatuhkan oleh beliau kepada mereka.
Pada waktu itu mereka ingin mengajukan permohonn kepada Nabi SAW dengan perantaraan kaum Anshar dari golongan Aus, bahwa mereka supaya diperkenankan meninggalkan kampung halamannya berpindah ke tanah Syam, dan mereka bersedia meninggalkan semua harta benda dan kekayaan mereka, maka mereka pergi meminta pertolongan kepada para pembesar golongan Aus, dengan harapan supaya mereka (kaum Aus) menyampaikan keinginan dan permintaan mereka kepada Nabi SAW.
Kemudian beberapa orang dari golongan Aus datang menghadap Nabi SAW untuk menyampaikan permintaan mereka. Kata mereka (kaum Aus), “Ya Rasulullah, mereka (Yahudi banu Quraidhah) itu adalah bekas shahabat-shahabat kami selain dari Khazraj, dan engkau telah berbuat baik terhadap saudara-saudara kami (Khazraj) di masa lalu, sebagaimana yang telah engkau ketahui”.
Maksud dari perkataan ini ialah supaya Nabi SAW memberi kemurahan atau keringanan kepada kaum banu Quraidhah, bekas shahabat karib kaum Aus, sebagaimana Nabi SAW pernah memberi kemurahan atau keringanan kepada kaum Yahudi banu Qainuqa’ dengan perantaraan shahabat karib mereka (kaum Khazraj).
Permohonan kaum Aus ini dijawab oleh Nabi SAW dengan sabdanya :
اَلاَ تَرْضَوْنَ يَا مَعْشَرَ اْلاَوْسِ اَنْ يَحْكُمَ فِيْهِمْ رَجُلٌ مِنْكُمْ ؟ قَالُوْا: بَلَى. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَذَاكَ اِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ. ابن هشام 4:198
“Hai golongan Aus, tidakkah kamu ridla bahwa seorang lelaki diantara kamu akan memberi keputusan pada mereka itu ?”. Kaum Aus menjawab, “Ya”. Rasulullah SAW bersabda, “ (Keputusan) itu terserah kepada Sa’ad bin Mu’adz”. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 198]
Pada waktu itu Sa’ad bin Mu’adz sedang menderita sakit, karena luka-lukanya terkena panah oleh pihak musuh dalam perang Khandaq, dan ia dirawat dalam sebuah kemah istrinya yang bernama Rufaidah di masjid dengan maksud agar Nabi mudah menjenguknya. Maka Sa’ad lalu dibawa dengan menaiki keledai oleh beberapa orang dari kaumnya untuk dihadapkan kepada beliau.
Setelah Sa’ad bin Mu’adz berada di hadapan Nabi SAW, maka berduyun-duyunlah kaum Aus datang kepadanya dan mengemukakan permintaan, supaya ia berbuat baik (menjatuhkan hukuman yang ringan) kepada kaum Yahudi banu Quraidhah itu.
Mereka berkata kepada Sa’ad, “Ya Aba ‘Amr, berbuat baiklah engkau kepada para shahabat karib engkau !”.
Mereka terus mendesak supaya Sa’ad berbuat baik, yakni menjatuhkan hukuman yang rigan kepada Yahudi banu Quraidhah. Lalu Sa’ad berkata dengan tegas menjawab permintaan mereka :
لَقَدْ اَتَى لِسَعْدٍ اَنْ لاَ تَأْخُذَهُ فِى اللهِ لَوْمَهُ لاَئِمٍ. ابن هشام 4:199
Telah datang bagi Sa’ad agar tidak mempedulikan celaan orang yang mencela dalam urusan agama Allah. [Ibnu Hisyam juz 4, hal. 199]
Setelah kaum Aus mendengar jawaban Sa’ad demikian, maka mengertilah mereka, hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada banu Quraidhah. Kemudian sebagian dari mereka ada yang kembali, ke perkampungan kaum banu ‘Abdul ‘Asyhal (banu Quraidhah), lalu menyampaikan ucapan Sa’ad itu kepada mereka.
Muslim meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ اُصِيْبَ سَعْدٌ يَوْمَ اْلخَنْدَقِ رَمَاهُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اْلعَرِقَةِ رَمَاهُ فِى اْلاَكْحَلِ فَضَرَبَ عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص خَيْمَةً فِى اْلمَسْجِدِ يَعُوْدُهُ مِنْ قَرِيْبٍ. فَلَمَّا رَجَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنَ اْلخَنْدَقِ وَضَعَ السّلاَحَ فَاغْتَسَلَ. فَاَتَاهُ جِبْرِيْلُ وَ هُوَ يَنْفُضُ رَاْسَهُ مِنَ اْلغُبَارِ فَقَالَ: وَضَعْتَ السّلاَحَ؟ وَ اللهِ مَا وَضَعْنَاهُ اُخْرُجْ اِلَيْهِمْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَاَيْنَ؟ فَاَشَارَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ، فَقَاتَلَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ ص فَنَزَلُوْا عَلَى حُكْمِ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَرَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص اْلحُكْمَ فِيْهِمْ اِلَى سَعْدٍ. قَالَ فَاِنّى اَحْكُمُ فِيْهِمْ اَنْ تُقْتَلَ اْلمُقَاتِلَةُ وَ اَنْ تُسْبَى الذُّرّيَّةُ وَ النّسَاءُ وَ تُقْسَمَ اَمْوَالُهُمْ. مسلم 3:1389
Dari Aisyah, ia berkata : Pada perang Khandaq Sa’ad terkena panah seorang tentara Quraisy yang bernama Ibnul ‘Ariqah dan mengenai urat nadinya. Lalu Rasulullah SAW membuatkan kemah untuknya di masjid agar sewaktu-waktu beliau bisa menjenguknya. Setelah Rasulullah SAW kembali dari perang Khandaq, beliau meletakkan senjata, lalu mandi. Tiba-tiba Jibril datang sambil membersihkan debu dari kepalanya, lalu berkata, “Engkau telah meletakkan senjata ? Demi Allah, kami belum meletakkan senjata. Keluarlah kepada mereka !”. Maka Rasulullah SAW bertanya, “Kemana ?”. Maka Jibril menunjuk ke arah kaum banu Quraidhah. Kemudian Rasulullah SAW memerangi mereka. Akhirnya mereka tunduk pada putusan Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW menyerahkan putusan tentang mereka itu kepada Sa’ad. Sa’ad berkata, "Sesungguhnya aku memutuskan untuk mereka yang turut berperang supaya dibunuh, anak cucu dan wanita-wanita mereka ditawan, dan harta benda mereka dibagi-bagi”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1389]
عَنْ هِشَامٍ قَالَ: قَالَ اَبِى: فَاُخْبِرْتُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَقَدْ حَكَمْتَ فِيْهِمْ بِحُكْمِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ. مسلم 3:1389
Dari Hisyam, ia berkata : Ayahku berkata : Aku diberitahu bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kamu telah memutusi pada mereka dengan hukum Allah ‘Azza wa Jalla”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1389]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ قَالَ: نَزَلَ اَهْلُ قُرَيْظَةَ عَلَى حُكْمِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ فَاَرْسَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى سَعْدٍ فَاَتَاهُ عَلَى حِمَارٍ، فَلَمَّا دَنَا قَرِيْبًا مِنَ الْمَسْجِدِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ِللاَنْصَارِ: قُوْمُوْا اِلَى سَيّدِكُمْ (اَوْ خَيْرِكُمْ). ثُمَّ قَالَ: اِنَّ هؤُلاَءِ نَزَلُوْا عَلَى حُكْمِكَ. قَالَ: تَقْتُلُ مُقَاتِلَتَهُمْ وَ تَسْبِي ذُرّيَّتَهُمْ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ص: قَضَيْتَ بِحُكْمِ اللهِ، وَ رُبَّمَا قَالَ قَضَيْتَ بِحُكْمِ الْمَلِكِ. مسلم 3:1388-1389
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Orang-orang banu Quraidhah sama tunduk pada putusan Sa’ad bin Mu’adz. Maka Rasulullah SAW mengutus (seorang shahabat) kepada Sa’ad. Lalu Sa’ad datang dengan mengendarai himar. Maka setelah sampai di dekat masjid, Rasulullah SAW bersabda kepada kaum Anshar, “Berdirilah kalian untuk menghormati pimpinan kalian (atau orang yang terbaik diantara kalian)”. Kemudian beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya mereka tunduk terhadap putusanmu. Sa’ad berkata, “Bunuhlah mereka yang meme-rangi engkau dan tawanlah anak-cucu mereka”. Abu Sa’id berkata : Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Kamu telah memutuskan dengan hukum Allah”. Atau beliau bersabda, “Kamu telah memutuskan dengan hukum Yang Maha Kuasa”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1388-1389]

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: September 19, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak