Ahad,
07 Oktober 2001/19 Rajab 1422 Brosur no. :
1106/1146/SI
Banu
Quraidhah meminta pertimbangan Abu Lubabah
Setelah
kaum Yahudi banu Quraidhah merasa bahwa mereka tidak akan mampu mengatasi
kesulitan, dan keadaannya semakin gawat dalam menghadapi kepungan kaum muslimin,
dan mereka pun yaqin bahwa mereka tidak akan bertahan lama berada dalam
bentengnya, karena hubungan mereka dengan pihak luar sudah putus sama sekali,
dan saran-saran dari pemimpin mereka (Ka’ab bin Asad) ditolaknya, akhirnya
mereka mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut mereka sepakat untuk
mengirim seorang utusan kepada Nabi SAW memohon kemurahan beliau supaya mengirim
Abu Lubabah ke tempat mereka, karena akan dimintai pertimbangannya. Mereka
meminta Abu Lubabah, karena ia adalah seorang yang telah mengikut Islam dari
golongan Aus, yang pernah melakukan perjanjian tolong-menolong dengan kaum banu
Quraidhah di masa sebelum mengikut Islam.
Setelah
utusan mereka menemui Nabi SAW dan mengajukan permohonannya, maka permohonan
mereka itu pun diperkenankan oleh Nabi SAW, dan Abu Lubabah segera berangkat
menemui mereka.
Setiba
Abu Lubabah di benteng banu Quraidhah, ia disambut dengan penghormatan yang luar
biasa. Segenap kaum banu Quraidhah, baik lelaki, wanita maupun anak-anak
berdiri, menangis, meratap dan berteriak-teriak meminta tolong kepadanya. Mereka
berkata, “Ya Abu Lubabah, apakah engkau setuju jika kita meminta keputusan
kepada Muhammad, karena keadaan kita sudah sedemikin rupa
?
Kata
Abu Lubabah, “Ya”. Sambil berisyarat dengan tangannya menunjuk tenggorokannya
sendiri, yaitu dipenggal lehernya. Artinya : Jika tidak, nanti kamu dibunuh
semuanya.
Oleh
sebab itu, kaum Yahudi banu Quraidhah akhirnya mengambil keputusan untuk tunduk
dan menyerah kepada Nabi SAW dan ridla menerima putusan
beliau.
Setelah
Abu Lubabah mengatakan demikian, ia sangat menyesal, karena perkataan dan
isyaratnya itu adalah atas kemauannya sendiri, bukan atas perintah Nabi SAW.
Waktu itu ia berkata :
فَوَ
اللهِ مَا زَالَتْ قَدَمَايَ مِنْ مَكَانِهَا حَتَّى عَرَفْتُ اَنّى قَدْ خُنْتُ
اللهَ وَ رَسُوْلَهُ ص. ابن هشام 4: 196
Demi
Allah, belumlah dua tapak kaki saya pindah dari tempatnya, hingga saya telah
mengetahui bahwa saya telah berkhianat kepada Allah dan
Rasul-Nya.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 196]
Menyadari
kesalahan yang dilakukannya itu, Abu Lubabah segera meninggalkan perkampungan
banu Quraidhah dan langsung kembali ke Madinah. Abu Lubabah tidak berani
menghadap Nabi SAW, karena sangat malu kepada beliau. Sesampainya di Madinah Abu
Lubabah langsung masuk masjid kemudian menangis menyesali diri. Di dalam masjid
Abu Lubabah mengikatkan dirinya sendiri pada salah satu tiang masjid. Dalam
keadaan demikian, ia berkata :
لاَ
ابَرْحُ مَكَانِى هذَا حَتَّى يَتُوْبَ اللهُ عَلَيَّ مِمَّا صَنَعْتُ، وَ عَهِدَ
اللهَ: اَنْ لاَ اَطَأَ بَنِى قُرَيْظَةَ اَبَدًا، وَ لاَ أَرَى فِى بَلَدٍ خُنْتُ
اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فِيْهِ اَبَدًا. ابن هشام 4:196
Saya
akan terus berada di tempat ini sehingga Allah menerima taubat saya dari segala
kesalahan yang telah saya lakukan. Ia juga berjanji kepada Allah, “Saya tidak
akan menginjak bumi banu Quraidhah selama-lamanya dan saya tidak akan melihat
negeri yang menjadikan saya berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya
selama-lamanya”.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 196]
Dengan
demikian Abu Lubabah terus-menerus terikat di tiang masjidi, setiap waktu shalat
telah tiba dan pada ketika ia hendak berhajat dibukakan ikatannya itu oleh
istrinya. Kemudian apabila telah selesai dari shalatnya atau dari hajatnya, lalu
diikat kembali oleh istrinya.
Sehubungan
dengan tindakan Abu Lubabah tersebut, maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada
Nabi SAW :
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَخُوْنُوا اللهَ وَ الرَّسُوْلَ وَ تَخُوْنُوْآ
اَمنتِكُمْ وَ اَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. الانفال:27
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui.
[QS. Al-Anfaal : 27]
Ketika
Nabi SAW mendengar berita tentang keadaan Abu Lubabah yang telah bertindak
sedemikian rupa, dan berita yang diterima Nabi itu sebenarnya telah terlambat,
maka di kala itu beliau bersabda :
اَمَّا
اِنَّهُ لَوْ جَاءَنِى َلاُسْتَغْفَرْتُ لَهُ، فَاَمَّا اِذْ قَدْ فَعَلَ مَا
فَعَلَ فَمَا اَنَا بِالَّذِى اُطْلِقُهُ مِنْ مَكَانِهِ حَتَّى يَتُوْبَ اللهُ
عَلَيْهِ. ابن هشام 4:197
Sungguh,
andaikata dia datang kepadaku, niscaya aku memohonkan ampun baginya. Tetapi
lantaran dia telah berbuat apa yang telah dia perbuat, maka aku tidak akan
melepaskannya dari tempatnya itu sehingga Allah menerima
taubatnya.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 197]
Setelah
enam hari enam malam Abu Lubabah mengikatkan dirinya di sebuah tiang masjid
sebagaimana diatas, maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi SAW sebagai
berikut :
وَ
اخَرُوْنَ اعْتَرَفُوْا بِذُنُوْبِهِمْ خَلَطُوْا عَمَلاً صَالِحًا وَّ اخَرَ
سَيّأً، عَسَى اللهُ اَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
التوبة:102
Dan
(ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur
baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk, mudah-mudahan
Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
[QS. At-Taubah : 102]
Ayat
ini diterima Nabi SAW pada waktu tengah malam. Kemudian Nabi SAW menyampaikan
kepada istrinya Ummu Salamah, lalu Ummu Salamah memberitahukan kepada Abu
Lubabah agar ia bergembira mendengar ampunan dari Allah. Kemudian para shahabat
akan melepaskan ikatan Abu Lubabah tersebut, namun dia tidak mau dan berkata
:
لاَ
وَ اللهِ حَتَّى يَكُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ ص هُوَ الَّذِى يُطْلِقُنِى بِيَدِهِ. ابن
هشام 4:197
“Tidak,
demi Allah, sehingga Rasulullah SAW dengan tangan beliau sendiri yang melepas
diriku”. [Ibnu
Hisyam juz 4, hal. 197]
Maka
ketika beliau melewatinya diwaktu keluar untuk shalat Shubuh, beliau
melepasnya.
Kaum
banu Quraidhah tunduk pada putusan Rasulullah SAW.
Setelah
kaum Yahudi banu Quraidhah menanti-nanti keputusan dari Nabi SAW dengan
perantaraan Abu Lubabah tidak ada khabar kelanjutannya, maka mereka mengambil
keputusan untuk menyerah kepada Nabi SAW dengan harapan semoga mendapat
keringanan hukum yang akan dijatuhkan oleh beliau kepada
mereka.
Pada
waktu itu mereka ingin mengajukan permohonn kepada Nabi SAW dengan perantaraan
kaum Anshar dari golongan Aus, bahwa mereka supaya diperkenankan meninggalkan
kampung halamannya berpindah ke tanah Syam, dan mereka bersedia meninggalkan
semua harta benda dan kekayaan mereka, maka mereka pergi meminta pertolongan
kepada para pembesar golongan Aus, dengan harapan supaya mereka (kaum Aus)
menyampaikan keinginan dan permintaan mereka kepada Nabi
SAW.
Kemudian
beberapa orang dari golongan Aus datang menghadap Nabi SAW untuk menyampaikan
permintaan mereka. Kata mereka (kaum Aus), “Ya Rasulullah, mereka (Yahudi banu
Quraidhah) itu adalah bekas shahabat-shahabat kami selain dari Khazraj, dan
engkau telah berbuat baik terhadap saudara-saudara kami (Khazraj) di masa lalu,
sebagaimana yang telah engkau ketahui”.
Maksud
dari perkataan ini ialah supaya Nabi SAW memberi kemurahan atau keringanan
kepada kaum banu Quraidhah, bekas shahabat karib kaum Aus, sebagaimana Nabi SAW
pernah memberi kemurahan atau keringanan kepada kaum Yahudi banu Qainuqa’ dengan
perantaraan shahabat karib mereka (kaum Khazraj).
Permohonan
kaum Aus ini dijawab oleh Nabi SAW dengan sabdanya :
اَلاَ
تَرْضَوْنَ يَا مَعْشَرَ اْلاَوْسِ اَنْ يَحْكُمَ فِيْهِمْ رَجُلٌ مِنْكُمْ ؟
قَالُوْا: بَلَى. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَذَاكَ اِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ. ابن
هشام 4:198
“Hai
golongan Aus, tidakkah kamu ridla bahwa seorang lelaki diantara kamu akan
memberi keputusan pada mereka itu ?”. Kaum Aus menjawab, “Ya”. Rasulullah SAW
bersabda, “ (Keputusan) itu terserah kepada Sa’ad bin Mu’adz”.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 198]
Pada
waktu itu Sa’ad bin Mu’adz sedang menderita sakit, karena luka-lukanya terkena
panah oleh pihak musuh dalam perang Khandaq, dan ia dirawat dalam sebuah kemah
istrinya yang bernama Rufaidah di masjid dengan maksud agar Nabi mudah
menjenguknya. Maka Sa’ad lalu dibawa dengan menaiki keledai oleh beberapa orang
dari kaumnya untuk dihadapkan kepada beliau.
Setelah
Sa’ad bin Mu’adz berada di hadapan Nabi SAW, maka berduyun-duyunlah kaum Aus
datang kepadanya dan mengemukakan permintaan, supaya ia berbuat baik
(menjatuhkan hukuman yang ringan) kepada kaum Yahudi banu Quraidhah
itu.
Mereka
berkata kepada Sa’ad, “Ya Aba ‘Amr, berbuat baiklah engkau kepada para shahabat
karib engkau !”.
Mereka
terus mendesak supaya Sa’ad berbuat baik, yakni menjatuhkan hukuman yang rigan
kepada Yahudi banu Quraidhah. Lalu Sa’ad berkata dengan tegas menjawab
permintaan mereka :
لَقَدْ
اَتَى لِسَعْدٍ اَنْ لاَ تَأْخُذَهُ فِى اللهِ لَوْمَهُ لاَئِمٍ. ابن هشام
4:199
Telah
datang bagi Sa’ad agar tidak mempedulikan celaan orang yang mencela dalam urusan
agama Allah.
[Ibnu Hisyam juz 4, hal. 199]
Setelah
kaum Aus mendengar jawaban Sa’ad demikian, maka mengertilah mereka, hukuman apa
yang akan dijatuhkan kepada banu Quraidhah. Kemudian sebagian dari mereka ada
yang kembali, ke perkampungan kaum banu ‘Abdul ‘Asyhal (banu Quraidhah), lalu
menyampaikan ucapan Sa’ad itu kepada mereka.
Muslim
meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ اُصِيْبَ سَعْدٌ يَوْمَ اْلخَنْدَقِ رَمَاهُ رَجُلٌ مِنْ
قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ ابْنُ اْلعَرِقَةِ رَمَاهُ فِى اْلاَكْحَلِ فَضَرَبَ
عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص خَيْمَةً فِى اْلمَسْجِدِ يَعُوْدُهُ مِنْ قَرِيْبٍ.
فَلَمَّا رَجَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنَ اْلخَنْدَقِ وَضَعَ السّلاَحَ فَاغْتَسَلَ.
فَاَتَاهُ جِبْرِيْلُ وَ هُوَ يَنْفُضُ رَاْسَهُ مِنَ اْلغُبَارِ فَقَالَ: وَضَعْتَ
السّلاَحَ؟ وَ اللهِ مَا وَضَعْنَاهُ اُخْرُجْ اِلَيْهِمْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
ص فَاَيْنَ؟ فَاَشَارَ اِلَى بَنِى قُرَيْظَةَ، فَقَاتَلَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ ص
فَنَزَلُوْا عَلَى حُكْمِ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَرَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص اْلحُكْمَ
فِيْهِمْ اِلَى سَعْدٍ. قَالَ فَاِنّى اَحْكُمُ فِيْهِمْ اَنْ تُقْتَلَ
اْلمُقَاتِلَةُ وَ اَنْ تُسْبَى الذُّرّيَّةُ وَ النّسَاءُ وَ تُقْسَمَ
اَمْوَالُهُمْ. مسلم 3:1389
Dari
Aisyah, ia berkata : Pada perang Khandaq Sa’ad terkena panah seorang tentara
Quraisy yang bernama Ibnul ‘Ariqah dan mengenai urat nadinya. Lalu Rasulullah
SAW membuatkan kemah untuknya di masjid agar sewaktu-waktu beliau bisa
menjenguknya. Setelah Rasulullah SAW kembali dari perang Khandaq, beliau
meletakkan senjata, lalu mandi. Tiba-tiba Jibril datang sambil membersihkan debu
dari kepalanya, lalu berkata, “Engkau telah meletakkan senjata ? Demi Allah,
kami belum meletakkan senjata. Keluarlah kepada mereka !”. Maka Rasulullah SAW
bertanya, “Kemana ?”. Maka Jibril menunjuk ke arah kaum banu Quraidhah. Kemudian
Rasulullah SAW memerangi mereka. Akhirnya mereka tunduk pada putusan Rasulullah
SAW, dan Rasulullah SAW menyerahkan putusan tentang mereka itu kepada Sa’ad.
Sa’ad berkata, "Sesungguhnya aku memutuskan untuk mereka yang turut berperang
supaya dibunuh, anak cucu dan wanita-wanita mereka ditawan, dan harta benda
mereka dibagi-bagi”.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1389]
عَنْ
هِشَامٍ قَالَ: قَالَ اَبِى: فَاُخْبِرْتُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لَقَدْ
حَكَمْتَ فِيْهِمْ بِحُكْمِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ. مسلم 3:1389
Dari
Hisyam, ia berkata : Ayahku berkata : Aku diberitahu bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, “Sungguh kamu telah memutusi pada mereka dengan hukum Allah ‘Azza wa
Jalla”.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1389]
عَنْ
اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ قَالَ: نَزَلَ اَهْلُ قُرَيْظَةَ عَلَى حُكْمِ سَعْدِ
بْنِ مُعَاذٍ فَاَرْسَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى سَعْدٍ فَاَتَاهُ عَلَى حِمَارٍ،
فَلَمَّا دَنَا قَرِيْبًا مِنَ الْمَسْجِدِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ِللاَنْصَارِ:
قُوْمُوْا اِلَى سَيّدِكُمْ (اَوْ خَيْرِكُمْ). ثُمَّ قَالَ: اِنَّ هؤُلاَءِ
نَزَلُوْا عَلَى حُكْمِكَ. قَالَ: تَقْتُلُ مُقَاتِلَتَهُمْ وَ تَسْبِي
ذُرّيَّتَهُمْ. قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ص: قَضَيْتَ بِحُكْمِ اللهِ، وَ رُبَّمَا
قَالَ قَضَيْتَ بِحُكْمِ الْمَلِكِ. مسلم 3:1388-1389
Dari
Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Orang-orang banu Quraidhah sama tunduk pada
putusan Sa’ad bin Mu’adz. Maka Rasulullah SAW mengutus (seorang shahabat) kepada
Sa’ad. Lalu Sa’ad datang dengan mengendarai himar. Maka setelah sampai di dekat
masjid, Rasulullah SAW bersabda kepada kaum Anshar, “Berdirilah kalian untuk
menghormati pimpinan kalian (atau orang yang terbaik diantara kalian)”. Kemudian
beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya mereka tunduk terhadap putusanmu. Sa’ad
berkata, “Bunuhlah mereka yang meme-rangi engkau dan tawanlah anak-cucu mereka”.
Abu Sa’id berkata : Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Kamu telah memutuskan dengan
hukum Allah”. Atau beliau bersabda, “Kamu telah memutuskan dengan hukum Yang
Maha Kuasa”.
[HR. Muslim juz 3, hal. 1388-1389]
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak