Ahad,
15 Nopember 1998/25 Rajab 1419
Brosur No. : 956/996/IF
Halal
Haram Dalam Islam (ke-5)
Tentang
makanan yang haram bagi ummat Islam
Firman
Allah SWT :
قُلْ
لآَّ اَجِدُ فِيْ مَآ اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلى طَاعِمٍ يُطْعِمُه اِلاَّ
اَنْ يَّكُوْنَ مَيْتَةً اَوْ دَمًا مُسْفُوْحًا اَوْ لَحْمَ خِنْزِيْرٍ فَاِنَّهُ
رِجْسٌ اَوْ فِسْقًا اُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ
وَّ لاَ عَادٍ فَاِنَّ رُبَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
الانعام:145
Katakanlah,
“Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang
diharamkan bagi orang yag hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
atau darah yang mengalir, atau daging babi, karena semua itu kotor, atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkanya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. Al-An’aam : 145]
اِنَّمَا
حَرَّمَ عَلَيْكُمُ اْلمَيْتَةَ وَ الدَّمَ وَ لَحْمَ اْلخِنْزِيْرِ وَ مَآ اُهِلَّ
لِغَيْرِ اللهِ بِهِ، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّ لاَ عَادٍ فَاِنَّ اللهَ
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
النحل: 115
Sesungguhnya
Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa
yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa yang
terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak melampaui batas, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. An-Nahl : 115]
اِنَّمَا
حَرَّمَ عَلَيْكُمُ اْلمَيْتَةَ وَ الدَّمَ وَ لَحْمَ اْلخِنْزِيْرِ وَ مَآ اُهِلَّ
بِه لِغَيْرِ اللهِ، فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّ لاَ عَادٍ فَلاَ اِثْمَ
عَلَيْهِ، اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
البقرة: 173
Sesungguhnya
Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
[QS. Al-Baqarah : 173]
حُرّمَتْ
عَلَيْكُمُ اْلمَيْتَةُ وَ الدَّمُ وَ لَحْمُ اْلخِنْزِيْرِ وَ مَا اُهِلَّ
لِغَيْرِ اللهِ بِه وَ اْلمُنْخَنِقَةُ وَ اْلمَوْقُوْذَةُ وَ اْلمُتَرَدّيَةُ وَ
النَّطِيْحَةُ وَ مَا اَكَلَ السَّبُعُ اِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَ مَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَ اَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِاْلاَزْلاَمِ، ذلِكُمْ فِسْقٌ، اْليَوْمَ
يَئِسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَ اخْشَوْنِ،
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ اَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَ
رَضِيْتُ لَكُمُ اْلاِسْلامَ دِيْنًا، فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ
مُتَجَانِفٍ ِلاِثْمٍ فَاِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
المائدة: 3
Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. Al-Maaidah : 3]
Keempat
ayat di atas, 2 diturunkan sebelum hijrah Nabi SAW, jadi termasuk ayat-ayat
Makkiyah, yaitu ayat 145 surat Al-An’aam dan ayat 115 surat An-Nahl. Sedangkan 2
ayat yang lain, yaitu 173 surat Al-Baqarah dan ayat 3 surat Al-Maaidah termasuk
ayat-ayat Madaiyah, kesemuanya menjelaskan bahwa makanan yang diharamkan Allah
bagi ummat Islam hanyalah :
1. bangkai,
2. darah,
3. daging babi, dan
4. sembelihan
yang disembelih dengan tujua yang tidak dituntunkan Allah, atau tidak dibenarkan
oleh Allah.
Inilah
empat macam makanan yang diharamkan oleh Allah berdasar keempat firman-Nya di
atas.
Jadi
selain empat macam tersebut, hukumnya kembali kepada hukum asal, yaitu
mubah/halal, sebagaimana keterangan qaidah di muka.
Adapun
antara ayat 3 Al-Maaidah yang menetapkan 10 macam binatang yang haram, dengan
ayat 145 Al-An’aam, ayat 115 An-ahl dan ayat 137 Al-Baqarah yang menetapkan 4
macam itu, sama sekali tidak bertentangan. Karena ayat 3 surat Al-Maaidah ini
merupaka perincia dari tiga ayat yang lain yang telah disebutkan
itu.
Binatang
yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena dimakan binatag
buas, semuanya adalah termasuk dalam pengertian bagkai. Jadi semua itu sekedar
perincian dari kata bangkai. Begitu juga binatang yag disembelih untuk berhala,
adalah semakna dengan yang disembelih bukan karena Allah, Jadi kedua-duanya
mempunyai pengertian yang sama.
Ringkasnya,
secara global (ijma’) makanan yang diharamkan itu ada empat macam, dan kalau
diperinci bisa menjadi sepuluh, sebagaimana pada surat Al-Maaidah ayat 3
tersebut.
Ikan
dan belalang dapat dikecualikan dari bangkai.
Ada
dua binatang yang dikecualikn oleh syari’at Islam dari kategori bangkai, yaitu
belalag dan ikan (dan sebangsanya).
Rasulullah
SAW ketika ditanya tentang masalah air laut, beliau bersabda
:
هُوَ
الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ.
الاربعة و ابن ابى شيبة و اللفظ له
Laut
itu airnya suci dan bangkainya halal.
[HR. Arb’ah dan Ibnu Abi Syaibah, dan hadits itu adalah
lafadhnya]
Dan
firman Allah SWT :
اُحِلَّ
لَكُمْ صَيْدُ اْلبَحْرِ وَ طَعَامُهُ…
المائدة: 96
Dihalalka
bagi kamu binatang buruan laut dan makanannya.
[QS. Al-Maaidah : 96]
Dan
Ibnu ‘Abbas berkata bahwa yang dimaksud tha’aamuhu, yaitu
bangkainya.
Di
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jabir bin ‘Abdullah
diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah mengirim satu pasukan, kemudian mereka
itu mendapat seekor ikan besar yang sudah menjadi bangkai. Ikan itu kemudian
dimakan selama setengah bulan. Setelah mereka tiba di Madinah, diceritakanlah
hal tersebut kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda :
كُلُوْا
رِزْقًا اَخْرَجَهُ اللهُ اَطْعِمُوْنَا اِنْ كَانَ مَعَكُمْ، فَآتَاهُ بَعْضُهُمْ،
فَاَكَلَهُ.
البخارى
Makanlah
rezqi yang telah Allah keluarkan untuk kamu itu, dan berilah aku kalau kamu
masih ada. Lalu salah seorang diantara mereka ada yang memberiya. Kemudian Nabi
SAW memakannya.
[HR. Bukhari]
Adapun
tentang belalang, dalam hal ini Rasulullah SAW memberika suatu perkenan untuk
dimakannya walaupun sudah menjadi bangkai, karena satu hal yang tidak mungkin
untuk menyembelihnya.
Ibnu
Abi Aufa mengatakan :
غَزَوْنَا
مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ مَعَهُ اْلجَرَادَ.
الجماعة الا ابن ماجه
Kami
pernah berperag bersama Nabi SAW tujuh kali peperangan, kami makan bellang
bersama beliau.
[HR. Jama’ah, kecuali Ibu Majah]
Adapun
mengenai hadits tentang Nabi SAW melarang memakan daging binatang buas yang
berkuku tajam dan memakan daging himar jinak, maka larangan tersebut jatuhnya
hanya makruh. Karena tidak mungkin Nabi SAW diperintahkan oleh Allah untuk
menyatakan bahwa yang haram itu hanya empat, kemudian beliau berani menambahya.
Keterangan lebih lanjut dalam hal ini, insya Allah akan kami jelaskan pada bab
mendatang.
Pendapat
yang lain tentang makanan yang diharamkan
Sebagian
ulama yang lain berpendapat bahwa selain empat macam yang disebutkan dalam
Al-Qur’an, ada pula yang dihramkan bagi kita untuk memakannya berdasarka
hadits-hadits berikut :
اِنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: كُلُّ ذِى نَابٍ مِنَ السّبَاعِ حَرَامٌ.
مسلم و الترمذى
Sesungguhnya
Rasulullah SAW telah bersabda, “Tiap-tiap binatang buas yang mempunyai taring
adalah haram”.
[HR. Muslim dan Tirmidzi]
نَهَى
النَّبِيُّ ص عَنْ كُلّ ذِى مِخْلَبٍ مِنَ الطَّيْرِ.
مسلم
Nabi
SAW telah melarang memakan tiap-tiap burung yang mempunyai kuku
tajam.
[HR. Muslim]
عَنْ
جَابِرٍ، نَهَى النَّبِيُّ ص يَوْمَ خَيْبَرَ عَنْ لُحُوْمِ اْلخُمُر
اْلاَهْلِيَّةِ.
البخارى و مسلم
Dari
Jabir, ia berkata : Pada perang Khaibar Nabi SAW melarang memakan daging himar
jinak.
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ: نَهَى النَّبِيُّ ص عَنْ قَتْلِ اَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابّ:
النَّمْلَةِ وَ النَّحْلَةِ وَ اْلهُدْهُدِ وَ الصُّرَدِ.
احمد و غيره
Dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Nabi SAW telah melarang membunuh empat macam binatang
: 1. semut, 2. tawo, 3. burung hud-hud, 4. burung suradi.
[HR. Ahmad dan lainnya]
عَنْ
عَائِشَةَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَمْسٌ فَوَاسِقُ يَقْتُلْنَ فِى اْلحِلّ وَ
الحَرَامِ: اَلْحَيَّةُ وَ اْلغُرَابُ اْلاَبْقَعُ وَ اْلفَارَةُ وَ اْلكَلْبُ وَ
اْلعَقُوْرُ وَ اْلحُدَيَّا.
مسلم
Dari
‘Aisyah, Rasulullah SAW telah bersabda, “Lima macam binatang yang jahat,
hendaklah dibunuh, baik di tanah halal maupun di tanah haram, yaitu: 1. ular, 2.
gagak (yang ada warna putih di punggung dan dadanya), 3. tikus, 4. anjing galak,
5. burung elang”.
[HR. Muslim]
عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عُثْمَانَ اْلقُرَشِيّ اَنَّ طَبِيْبًا سَئَلَ رَسُوْلَ
اللهِ ص عَنِ الضّفْدَعِ يَجْعَلُهَا فِى دَوَاءٍ فَنَهَى عَنْ
قَتْلِهَا.
اخرجه احمد و ابو داود و النسائى و صححه الحاكم
Dari
‘Abdur Rahman bin ‘Utsman Al-Qurasyiyyi bahwasanya seorang thabib bertanya
kepada Rasulullah SAW tentang hal katak yang dicampurkannya dalam salah satu
ramuan obat, maka Rasulullah SAW melarang (kaum muslimin) untuk membunuh
katak.
[Dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Nasai dan dishahihkan oleh
Hakim]
Berdasar
hadits-hadits di atas, maka mereka berpendapat bahwa :
* binatang buas yang bertaring itu haram,
demikian pula
* burung yang berkuku tajam (yang bisa makan
daging) dan juga himar jinak inipu haram, karena Nabi SAW melarang
memakannya.
* begitu pula : semut, tawon, burung hud-hud
dan burung suradi, haram pula kita memakannya, karena kita dilarang untuk
membunuhnya, sedang (biasanya) tidak dapat memakannya kecuali harus dibunuh
terlebih dahulu.
* demikian juga, binatang-binatang yang disuruh
membunuhnya seperti ular, gagak (yang ada warna putih di punggung dan dadanya),
tikus anjing galak/serigala dan burung elang, inipun haram juga bagi ummat Islam
untuk memakannya.
* dan pula katak, menurut sebagian ulama, haram
pula memakannya, karena ketika seorang thabib/ahli kesehatan menyatakan bahwa
diantara campuran obatnya adalah katak, maka Rasulullah SAW melarang kaum
muslimin untuk membunuhnya.
Demikianlah
alasan-alasan yang mereka kemukakan, untuk mendasari pendapatnya bahwa selain
yang empat macam yang disebutkan dalam Al-Qur’an, masih ada lagi yang haram
berdasar hadits-hadits di atas.
Dan
juga merekapun berpendapat bahwa binatang yang oleh manusia dianggap kotor/jijik
maka haram pula hukumnya, berdasarka firman Allah (dalam menerangkan sifat Nabi
SAW) di bawah ini :
… وَ يُحِلُّ لَهُمُ الطَّيّبَاتِ وَ يُحَرّمُ عَلَيْهِمُ
اْلخَبَآبِئَث.
الاعراف: 157
….dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka yang
buruk-buruk…..
[QS. Al-A’raaf : 157]
Dan
alasan ini mereka perkuat dengan hadits berikut :
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ اَنَّهُ سُئِلَ عَنِ اْلقُنْفُذِ فَقَالَ: (قُلْ لآَّ اَجِدُ مَآ
اُوْحِيَ اِلَيَّ مُحَرَّمًا..) فَقَالَ شَيْخٌ عِنْدَهُ: سَمِعْتُ اَبَا
هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ: ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيّ ص فَقَالَ: اِنَّهَا خَبِيْشَةٌ مِنَ
اْلخَبَائِثِ. فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: اِنْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ هذَا فَهُوَ
كَمَا قَالَ.
اخرجه احمد و ابو داود باسناد ضعيف
Dari
Ibnu ‘Umar, bahwasanya ia ditanya tentang landak, maka dia menjawab, (dengan
membaca ayat 145 surat Al-An’aam yang artinya) Katakanlah, “Tiadalah aku peroleh
dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan …..”. Maka seorang
tua yang berada di situ berkata : Saya mendengar Abu Hurairah berkata : Ada
seorang yang bertanya tentang hukumnya landak kepada Rasulullah SAW, maka beliau
bersabda, “Sesungguhnya lndak itu satu diantara binatang yang kotor”. Maka Ibnu
‘Umar berkata, “Jika Rasulullah SAW telah berkata demikian, maka adalah ia
(landak) itu kotor, sebagaimana yang beliau sabdakan”.
[Dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan isnad yang
lemah]
Bersambung
……..
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak