Ahad,
18 April 1999/02 Muharram 1420 Brosur no. :
978/1018/IF
Halal
Haram Dalam Islam (ke-12)
Tentang
menggunakan khamr sebagai obat itu, diterangkan dalam hadits sebagai berikut
:
مَا اَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ اِلاَّ اَنْزَلَهُ شِفَاءً. البخارى
صحيح
Allah
tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar
baginya.
[HSR. Bukhari]
اِنَّ اللهَ اَنْزَلَ الدَّاءَ وَ الدَّوَاءَ وَ جَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ
دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَ لاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ. ابو داود صحيح
Sesungguhnya
Allah telah menurunkan penyakit dan juga obat(nya). Dan Dia telah mengadakan
obat bagi tiap-tiap penyakit. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan
(barang) yang haram.
[HSR Abu Dawud]
اِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ
مَنْ عَلِمَهُ وَ جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ. احمد
Sesungguhnya
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya, yang
diketahui oleh orang yang pandai dan tidak diketahui oleh orang yang
bodoh.
[HR. Ahmad]
قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الدَّوَاءِ
اْلخَبِيْثِ. مسلم
Abu
Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW melarang berobat dengan obat yang
jelek".
[HSR. Muslim]
Di
dalam perkataan jelek itu, termasuk juga barang yang diharamkan seperti : khamr,
babi, dan lain-lainnya.
Dengan
keterangan-keterangan hadits, nyatalah bagi kita, bahwa tiap-tiap penyakit itu,
ada obatnya. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mempedulikan hal itu, hingga
menyebabkan kita berobat dengan barang-barang yang diharamkan Allah. Dari
keterangan-keterangan itu, kita dapat mengerti, bahwa berobat dengan barang yang
telah diharamkan oleh syara' itu haram pula hukumnya. Dan larangan berobat
dengan arak itu, dengan terang dan tegas disebut dalam hadits sebagai berikut
:
قَالَ وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ: اِنَّ طَارِقَ بْنَ سُوَيْدٍ سَأَلَ
النَّبِيَّ ص عَنِ اْلخَمْرِ، فَنَهَاهُ عَنْهَا فَقَالَ: اَصْنَعُهَا لِلدَّوَاءِ.
قَالَ: اِنَّهُ لَيْسَ بِدَوَاءٍ وَ لكِنَّهُ دَاءٌ. مسلم و الترمذى
صحيح
Wail
bin Hujr telah berkata, bahwasanya Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada Nabi
SAW tentang khamr, maka Nabi melarang hal itu. Lalu ia berkata, "Saya membuatnya
untuk dijadikan obat". Maka Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya khamr itu
bukan obat, tetapi penyakit".
[HSR. Muslim dan Tirmidzi]
قَالَ بْنُ مَسْعُوْدٍ فِى اْلمُسْكِرِ: اِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ
شِفَاءَ كَمْ فِيْمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ. البخارى صحيح
Ibnu
Mas'ud telah berkata tentang barang yang memabukkan, "Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan obat bagimu pada barang yang Dia telah mengharamkan
padanya".
[HSR. Bukhari]
Dua
keterangan yang baru tersebut ini menegaskan bahwa khamr itu bukan obat, tetapi
penyakit, yakni bisa menimbulkan penyakit, walaupun orang menggunakan sebagai
obat. Dan kita dilarang menjadikan khamr sebagai obat.
11. Larangan Duduk Pada Jamuan Makan yang di situ
Disuguhkan/ Diedarkan Khamr.
Berdasar
sunnah Nabi SAW, orang Islam diharuskan meninggalkan tempat jamuan yang ada
khamrnya, termasuk duduk-duduk dengan orang yang sedang minum
khamr.
Diriwayatkan
dari 'Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda
:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدَنَّ
عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد
Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali ia duduk pada suatu
hidangan yang padanya diedarkan khamr.
[HR. Ahmad]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا
اْلخَمْرُ. الدارمى
Dari
Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka janganlah ia duduk pada jamuan makan yang ada minum khamr padanya".
[HR. Ad-Darimiy]
Setiap
muslim diperintah untuk menghentikan kemungkaran jika menyaksikan-nya. Tetapi
jika tidak mampu, dia harus menyingkir
atau meninggalkannya.
Dalam
salah satu kisah diceritakan, bahwa Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah
mendera orang-orang yang minum khamr dan yang ikut menyaksikan jamuan mereka
itu, sekalipun orang yang menyaksikan itu tidak turut minum bersama
mereka.
Dan
diriwayatkan pula, bahwa pernah ada suatu qaum yang diadukan kepadanya karena
minum khamr, kemudian beliau memerintahkan agar semuanya didera. Lalu ada orang
yang berkata, bahwa diantara mereka itu ada yang berpuasa. Maka jawab 'Umar,
"Dera dulu, dia !". Apakah kamu tidak mendengar firman Allah
:
وَ قَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى اْلكِتبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ ايتِ
اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَ يُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتَّى
يَخُوْضُوْا فِى حَدِيْثٍ غيْرِهِ اِنَّكُمْ اِذًا مّثْلُهُم.
النساء:140
Sungguh
Allah telah menurunkan kepadamu dalam Al-Qur'an, bahwa apabila kamu mendengar
ayat-ayat Allah ditentang dan diejeknya. Maka itu janganlah kamu duduk bersama
mereka, sehingga mereka itu memasuki dalam pembicaraanan yang lain. Sebab
sesungguhnya jika kamu berbuat demikian adalah sama dengan
mereka.
[QS. An-Nisaa' : 140]
12. Nabi SAW pernah melarang wadah yang biasa
digunakan membuat/ menyimpan khamr, kemudian membolehkannya.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَدِمُوْا عَلَى
النَّبِيِّ ص. فَسَأَلُوْهُ عَنِ النَّبِيْذِ، فَنَهَاهُمْ أَنْ يَنْبُذُوْا فِى
الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ. متفق عليه
Dari
'Aisyah RA, bahwa utusan Abdul Qais menghadap Nabi SAW, lalu mereka bertanya
kepada beliau tentang (membuat) minuman. Lalu Nabi SAW melarang mereka membuat
minuman di tempat (wadah) dari dubba', naqir, muzaffat dan guci.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ لِوَفْدِ عَبْدِ
الْقَيْسِ اَنْهَاكُمْ عَمَّا يُنْبَذُ فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ
وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari
Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada utusan Abdul Qais : "Aku
melarang kamu (minum) minuman yang dibuat pada dubba', pada naqir, pada guci dan
di wadah yang dicat".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ مَيْمُوْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ: لاَ تَنْبُذُوْا فىِ
الدُّبَّاءِ ، وَلاَ فىِ الْمُزَفَّتِ ، وَلاَ فِى النَّقِيْرِ، وَلاَ فِى
الْجِرَارِ، وَ قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد
Dari
Maimunah RA, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, "Jangan kamu membuat
minuman pada dubba', jangan pada wadah yang dicat, jangan pada lubang kayu, dan
jangan di guci". Dan beliau bersabda, "Setiap minuman yang memabukkan itu
haram".
[HR. Ahmad].
عَنِ ابْنِ أَبِى اَوْفَى قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص. عَنْ نَّبِيْذِ
الْجَرِّ اْلاَخْضَرِ. متفق عليه
Dari
Ibnu Abi Aufa RA ia berkata, "Nabi SAW melarang minuman (yang dibuat pada) guci
hijau".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ تَنْبُذُوْا فِى
الدُّبَّاءِ وَ الْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari
Ali RA. ia berkata, "Rasulullah SAW melarang kamu membuat minuman pada dubba'
dan pada wadah yang dicat".
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
وَ فِى رِوَايَةٍ اَنَّ
النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ الْمُزَفَّتِ وَ الْحَنْتَمِ وَ النَّقِيْرِ، قِيْلَ
ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: مَا الْحَنْتَمُ ؟ قَالَ: اَلْجِرَارُ الْخُضَرُ. احمد و
مسلم
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Nabi SAW melarang (membuat minuman pada)
wadah yang dicat, pada hantam dan pada lubang kayu. Abu Hurairah ditanya, "Apa
Hantam itu ?". Ia menjawab, "Guci yang hijau".
[HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالُوْا: يَا
رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا يَصْلُحُ لَنَا مِنَ اْلاَشْرِبَةِ ؟ قَالَ: لاَ تَشْرَبُوْا
فِى النَّقِيْرِ، فَقَالُوْا جَعَلْنَا اللهُ فِدَاكَ، اَوَ تَدْرِى مَا
النَّقِيْرُ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلْجَذْعُ يُنْقَرُ فِى وَسَطِهِ، وَ لاَ فِى
الدُّبَّاءِ، وَ لاَ فِى الْحَنْتَمِ، وَ عَلَيْكُمْ بِالْمُوْكِى. احمد و
مسلم
Dari
Abu Sa'id, bahwa utusan Abdul Qais bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang boleh bagi
kami dari berbagai minuman ? Nabi SAW menjawab, "Jangan kamu minum di wadah
naqir". Lalu mereka bertanya, "Semoga Allah menjadikan kami tebusanmu. Apa naqir
itu ?" Nabi menjawab, "Yaitu batang kurma yang dilubangi pada tengah-tengahnya.
Jangan kamu (minum) pada dubba', jangan (pula) pada guci, dan hendaklah kamu
(minum) pada bejana yang tertutup".
[HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ، وَ
الْمُزَفَّتِ. مسلم و النسائى و ابو داود
Dan
dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang memakai wadah
dubba', guci dan wadah yang dicat.
[HR. Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالاَ: حَرَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص
نَبِيْذَ اْلجَرِّ. احمد و مسلم و النسائى و ابو داود
Dari
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, mereka berkata, "Rasulullah SAW mengharamkan (minuman)
dalam guci".
[HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Abu
Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلحَنْتَمَةِ،
وَ هِيَ اْلجَرَّةُ، وَ نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَ هِيَ اْلقَرْعَةُ، وَ نَهَى عَنِ
النَّقِيْرِ، وَ هِيَ اَصْلُ النَّخْلِ يُنْقَرُ نَقْرًا وَ يُنْسَحُ نَسْحًا، وَ
نَهَى عَنِ اْلمُزَفَّتِ، وَ هُوَ اْلمُقَـيَّرُ، وَ اَمَرَ اَنْ يُنْبَذَ فِى
اْلاَسْقِيَةِ. احمد و مسلم و النسائى و الترمذى و صححه
Dari
Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang (minuman pada) hantam, yaitu
guci, dan beliau melarang dari dubba' yaitu labu (waloh yang dihilangkan
isinya), melarang (minuman pada) naqir, yaitu batang kurma yang dilubangi atau
dikerat, melarang (minum pada) muzaffat, yaitu wadah yang diberi tir, dan (Nabi)
menyuruh membuat minuman pada tempat-tempat minuman (biasa).
[HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi
mengesahkannya].
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ
عَنِ اْلاَشْرِبَةِ اِلاَّ فِى ظُرُوْفِ اْلاَدَمِ، فَاشْرَبُوْا فِى كُلِّ وِعَاءٍ
غَيْرَ اَنْ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. احمد و مسلم و ابو داود و
النسائى
Dari
Buraidah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku pernah melarang kamu
beberapa minuman kecuali (minuman yang) di kantong-kantong kulit yang disamak.
Sekarang minumlah (minuman) di semua tempat minuman, tapi jangan kamu minum
(minuman yang) memabukkan".
[HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai]
و فى رواية: نَهَيْتُكُمْ عَنِ الظُّرُوْفِ وَ اِنَّ ظَرْفًا لاَ
يُحِلُّ شَيْئًا وَّ لاَ يُحَرِّمُهُ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا
البخارى و ابا داود
Dan
dalam riwayat lain dikatakan, "Aku pernah melarang kamu beberapa wadah
(minuman), namun (ketahuilah) sesungguhnya wadah (itu sendiri) tidak bisa
menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya dan setiap minuman yang memabukkan
itulah yang haram".
[HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Abu Dawud].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ النَّبِيْذِ فِى
الدُّبَّاءِ وَ النَّقِيْرِ وَ اْلمُزَفَّتِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذلِكَ: اَلاَ
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ النَّبِيْذِ فِى اْلاَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوْا فِيْمَا
شِئْتُمْ وَ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. مَنْ شَاءَ اَوْكَى سِقَائَهُ عَلَى
اِثْمٍ. احمد
Dari
Anas, ia berkata : Rasulullah SAW melarang membuat minuman di dubba', di lubang
kayu, di guci dan di wadah yang dicat. Kemudian sesudah itu, beliau bersabda :
"Benar aku pernah melarang kamu membuat minuman di beberapa wadah, namun
(sekarang) boleh kamu minum di wadah mana saja yang kamu sukai, tapi janganlah
minum minuman yang memabukkan, barang siapa (tetap) menghendaki (minuman yang
memabukkan) berarti ia menutupi wadahnya itu dengan dosa".
[HR. Ahmad].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: اَنَا شَهِدْتُ رَسُوْلَ اللهِ
ص حِيْنَ نَهَى عَنِ النَّبِيْذِ اْلجَرِّ. وَ اَنَا شَهِدْتُهُ حِيْنَ رَخَّصَ
فِيْهِ، وَ قَالَ: وَ اجْتَنِبُوْا كُلَّ مُسْكِرٍ. احمد
Dari
Abdullah bin Mughaffal RA ia berkata, saya menyaksikan Rasulullah SAW ketika
beliau melarang membuat minuman pada guci dan saya pun menyaksikan ketika beliau
memberi keringanan padanya. Seraya bersabda, "Dan jauhilah setiap minuman yang
memabukkan".
[HR. Ahmad].
Keterangan
:
Dubba'
ialah labu (waloh) yang dihilangkan isinya. Hantam atau jarrah ialah guci
(hijau). Naqir ialah batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan muqayyar atau
muzaffat ialah wadah yang diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah
tersebut pada waktu itu biasa digunakan membuat/menyimpan minuman keras. Oleh
karena itu beliau melarangnya menggunakan wadah-wadah
tersebut.
Tetapi
setelah orang-orang mengetahui dengan jelas tentang haramnya khamr, maka beliau
membolehkan minum pada wadah apa saja, asalkan bukan minum minuman yang
memabukkan.
[Bersambung]
0 komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah yang bijak