POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE
POST TITLE

Halal Haram Dalam Islam (ke-12) 10. Khamr Tidak Boleh Dijadikan Sebagai Obat.

Posted by

Ahad, 18 April 1999/02 Muharram 1420                        Brosur no. : 978/1018/IF
Halal Haram Dalam Islam (ke-12)



10.  Khamr Tidak Boleh Dijadikan Sebagai Obat.
Tentang menggunakan khamr sebagai obat itu, diterangkan dalam hadits sebagai berikut :
مَا اَنْزَلَ اللهُ مِنْ دَاءٍ اِلاَّ اَنْزَلَهُ شِفَاءً. البخارى صحيح
Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya. [HSR. Bukhari]
اِنَّ اللهَ اَنْزَلَ الدَّاءَ وَ الدَّوَاءَ وَ جَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَ لاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ. ابو داود صحيح
Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan juga obat(nya). Dan Dia telah mengadakan obat bagi tiap-tiap penyakit. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan (barang) yang haram. [HSR Abu Dawud]
اِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَ جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ. احمد
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan Dia menurunkan penawar baginya, yang diketahui oleh orang yang pandai dan tidak diketahui oleh orang yang bodoh. [HR. Ahmad]
قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ الدَّوَاءِ اْلخَبِيْثِ. مسلم
Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW melarang berobat dengan obat yang jelek". [HSR. Muslim]
Di dalam perkataan jelek itu, termasuk juga barang yang diharamkan seperti : khamr, babi, dan lain-lainnya.
Dengan keterangan-keterangan hadits, nyatalah bagi kita, bahwa tiap-tiap penyakit itu, ada obatnya. Tetapi kebanyakan dari kita tidak mempedulikan hal itu, hingga menyebabkan kita berobat dengan barang-barang yang diharamkan Allah. Dari keterangan-keterangan itu, kita dapat mengerti, bahwa berobat dengan barang yang telah diharamkan oleh syara' itu haram pula hukumnya. Dan larangan berobat dengan arak itu, dengan terang dan tegas disebut dalam hadits sebagai berikut :
قَالَ وَائِلُ بْنُ حُجْرٍ: اِنَّ طَارِقَ بْنَ سُوَيْدٍ سَأَلَ النَّبِيَّ ص عَنِ اْلخَمْرِ، فَنَهَاهُ عَنْهَا فَقَالَ: اَصْنَعُهَا لِلدَّوَاءِ. قَالَ: اِنَّهُ لَيْسَ بِدَوَاءٍ وَ لكِنَّهُ دَاءٌ. مسلم و الترمذى صحيح
Wail bin Hujr telah berkata, bahwasanya Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang khamr, maka Nabi melarang hal itu. Lalu ia berkata, "Saya membuatnya untuk dijadikan obat". Maka Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya khamr itu bukan obat, tetapi penyakit". [HSR. Muslim dan Tirmidzi]
قَالَ بْنُ مَسْعُوْدٍ فِى اْلمُسْكِرِ: اِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كَمْ فِيْمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ. البخارى صحيح
Ibnu Mas'ud telah berkata tentang barang yang memabukkan, "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu pada barang yang Dia telah mengharamkan padanya". [HSR. Bukhari]
Dua keterangan yang baru tersebut ini menegaskan bahwa khamr itu bukan obat, tetapi penyakit, yakni bisa menimbulkan penyakit, walaupun orang menggunakan sebagai obat. Dan kita dilarang menjadikan khamr sebagai obat.
11.  Larangan Duduk Pada Jamuan Makan yang di situ Disuguhkan/ Diedarkan Khamr.
Berdasar sunnah Nabi SAW, orang Islam diharuskan meninggalkan tempat jamuan yang ada khamrnya, termasuk duduk-duduk dengan orang yang sedang minum khamr.
Diriwayatkan dari 'Umar bin Khaththab RA, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدَنَّ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. احمد
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali ia duduk pada suatu hidangan yang padanya diedarkan khamr. [HR. Ahmad]
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا اْلخَمْرُ. الدارمى
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia duduk pada jamuan makan yang  ada minum khamr padanya". [HR. Ad-Darimiy]
Setiap muslim diperintah untuk menghentikan kemungkaran jika menyaksikan-nya. Tetapi jika tidak mampu, dia  harus menyingkir atau meninggalkannya.
Dalam salah satu kisah diceritakan, bahwa Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah mendera orang-orang yang minum khamr dan yang ikut menyaksikan jamuan mereka itu, sekalipun orang yang menyaksikan itu tidak turut minum bersama mereka.
Dan diriwayatkan pula, bahwa pernah ada suatu qaum yang diadukan kepadanya karena minum khamr, kemudian beliau memerintahkan agar semuanya didera. Lalu ada orang yang berkata, bahwa diantara mereka itu ada yang berpuasa. Maka jawab 'Umar, "Dera dulu, dia !". Apakah kamu tidak mendengar firman Allah :
وَ قَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى اْلكِتبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ ايتِ اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَ يُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوْضُوْا فِى حَدِيْثٍ غيْرِهِ اِنَّكُمْ اِذًا مّثْلُهُم. النساء:140
Sungguh Allah telah menurunkan kepadamu dalam Al-Qur'an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah ditentang dan diejeknya. Maka itu janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka itu memasuki dalam pembicaraanan yang lain. Sebab sesungguhnya jika kamu berbuat demikian adalah sama dengan mereka. [QS. An-Nisaa' : 140]
12.  Nabi SAW pernah melarang wadah yang biasa digunakan membuat/ menyimpan khamr, kemudian membolehkannya.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَدِمُوْا عَلَى النَّبِيِّ ص. فَسَأَلُوْهُ عَنِ النَّبِيْذِ، فَنَهَاهُمْ أَنْ يَنْبُذُوْا فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْمُزَفَّتِ وَالْحَنْتَمِ. متفق عليه
Dari 'Aisyah RA, bahwa utusan Abdul Qais menghadap Nabi SAW, lalu mereka bertanya kepada beliau tentang (membuat) minuman. Lalu Nabi SAW melarang mereka membuat minuman di tempat (wadah) dari dubba', naqir, muzaffat dan guci. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص. قَالَ لِوَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ اَنْهَاكُمْ عَمَّا يُنْبَذُ فِى الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالْحَنْتَمِ وَالْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada utusan Abdul Qais : "Aku melarang kamu (minum) minuman yang dibuat pada dubba', pada naqir, pada guci dan di wadah yang dicat". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ مَيْمُوْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ ص. قَالَ: لاَ تَنْبُذُوْا فىِ الدُّبَّاءِ ، وَلاَ فىِ الْمُزَفَّتِ ، وَلاَ فِى النَّقِيْرِ، وَلاَ فِى الْجِرَارِ، وَ قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد
Dari Maimunah RA, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, "Jangan kamu membuat minuman pada dubba', jangan pada wadah yang dicat, jangan pada lubang kayu, dan jangan di guci". Dan beliau bersabda, "Setiap minuman yang memabukkan itu haram". [HR. Ahmad].
عَنِ ابْنِ أَبِى اَوْفَى قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص. عَنْ نَّبِيْذِ الْجَرِّ اْلاَخْضَرِ. متفق عليه
Dari Ibnu Abi Aufa RA ia berkata, "Nabi SAW melarang minuman (yang dibuat pada) guci hijau". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ تَنْبُذُوْا فِى الدُّبَّاءِ وَ الْمُزَفَّتِ. متفق عليه
Dari Ali RA. ia berkata, "Rasulullah SAW melarang kamu membuat minuman pada dubba' dan pada wadah yang dicat". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].
وَ فِى رِوَايَةٍ  اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ الْمُزَفَّتِ وَ الْحَنْتَمِ وَ النَّقِيْرِ، قِيْلَ ِلاَبِى هُرَيْرَةَ: مَا الْحَنْتَمُ ؟ قَالَ: اَلْجِرَارُ الْخُضَرُ. احمد و مسلم
Dan dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Nabi SAW melarang (membuat minuman pada) wadah yang dicat, pada hantam dan pada lubang kayu. Abu Hurairah ditanya, "Apa Hantam itu ?". Ia menjawab, "Guci yang hijau". [HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ أَنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا يَصْلُحُ لَنَا مِنَ اْلاَشْرِبَةِ ؟ قَالَ: لاَ تَشْرَبُوْا فِى النَّقِيْرِ، فَقَالُوْا جَعَلْنَا اللهُ فِدَاكَ، اَوَ تَدْرِى مَا النَّقِيْرُ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلْجَذْعُ يُنْقَرُ فِى وَسَطِهِ، وَ لاَ فِى الدُّبَّاءِ، وَ لاَ فِى الْحَنْتَمِ، وَ عَلَيْكُمْ بِالْمُوْكِى. احمد و مسلم
Dari Abu Sa'id, bahwa utusan Abdul Qais bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang boleh bagi kami dari berbagai minuman ? Nabi SAW menjawab, "Jangan kamu minum di wadah naqir". Lalu mereka bertanya, "Semoga Allah menjadikan kami tebusanmu. Apa naqir itu ?" Nabi menjawab, "Yaitu batang kurma yang dilubangi pada tengah-tengahnya. Jangan kamu (minum) pada dubba', jangan (pula) pada guci, dan hendaklah kamu (minum) pada bejana yang tertutup". [HR. Ahmad dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى  عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ، وَ الْمُزَفَّتِ. مسلم و النسائى و ابو داود
Dan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang memakai wadah dubba', guci dan wadah yang dicat. [HR. Muslim, Nasai dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالاَ: حَرَّمَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَبِيْذَ اْلجَرِّ. احمد و مسلم و النسائى و ابو داود
Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, mereka berkata, "Rasulullah SAW mengharamkan (minuman) dalam guci". [HR. Ahmad, Muslim, Nasai  dan Abu Dawud].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ اْلحَنْتَمَةِ، وَ هِيَ اْلجَرَّةُ، وَ نَهَى عَنِ الدُّبَّاءِ وَ هِيَ اْلقَرْعَةُ، وَ نَهَى عَنِ النَّقِيْرِ، وَ هِيَ اَصْلُ النَّخْلِ يُنْقَرُ نَقْرًا وَ يُنْسَحُ نَسْحًا، وَ نَهَى عَنِ اْلمُزَفَّتِ، وَ هُوَ اْلمُقَـيَّرُ، وَ اَمَرَ اَنْ يُنْبَذَ فِى اْلاَسْقِيَةِ. احمد و مسلم و النسائى و الترمذى و صححه
Dari Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang (minuman pada) hantam, yaitu guci, dan beliau melarang dari dubba' yaitu labu (waloh yang dihilangkan isinya), melarang (minuman pada) naqir, yaitu batang kurma yang dilubangi atau dikerat, melarang (minum pada) muzaffat, yaitu wadah yang diberi tir, dan (Nabi) menyuruh membuat minuman pada tempat-tempat minuman (biasa). [HR. Ahmad, Muslim, Nasai dan Tirmidzi, dan Tirmidzi mengesahkannya].
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ اْلاَشْرِبَةِ اِلاَّ فِى ظُرُوْفِ اْلاَدَمِ، فَاشْرَبُوْا فِى كُلِّ وِعَاءٍ غَيْرَ اَنْ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. احمد و مسلم و ابو داود و النسائى
Dari Buraidah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Aku pernah melarang kamu beberapa minuman kecuali (minuman yang) di kantong-kantong kulit yang disamak. Sekarang minumlah (minuman) di semua tempat minuman, tapi jangan kamu minum (minuman yang) memabukkan". [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai]
و فى رواية: نَهَيْتُكُمْ عَنِ الظُّرُوْفِ وَ اِنَّ ظَرْفًا لاَ يُحِلُّ شَيْئًا وَّ لاَ يُحَرِّمُهُ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا البخارى و ابا داود
Dan dalam riwayat lain dikatakan, "Aku pernah melarang kamu beberapa wadah (minuman), namun (ketahuilah) sesungguhnya wadah (itu sendiri) tidak bisa menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya dan setiap minuman yang memabukkan itulah yang haram". [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Abu Dawud].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص عَنِ النَّبِيْذِ فِى الدُّبَّاءِ وَ النَّقِيْرِ وَ اْلمُزَفَّتِ، ثُمَّ قَالَ بَعْدَ ذلِكَ: اَلاَ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ النَّبِيْذِ فِى اْلاَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوْا فِيْمَا شِئْتُمْ وَ لاَ تَشْرَبُوْا مُسْكِرًا. مَنْ شَاءَ اَوْكَى سِقَائَهُ عَلَى اِثْمٍ. احمد
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW melarang membuat minuman di dubba', di lubang kayu, di guci dan di wadah yang dicat. Kemudian sesudah itu, beliau bersabda : "Benar aku pernah melarang kamu membuat minuman di beberapa wadah, namun (sekarang) boleh kamu minum di wadah mana saja yang kamu sukai, tapi janganlah minum minuman yang memabukkan, barang siapa (tetap) menghendaki (minuman yang memabukkan) berarti ia menutupi wadahnya itu dengan dosa". [HR. Ahmad].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ: اَنَا شَهِدْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ نَهَى عَنِ النَّبِيْذِ اْلجَرِّ. وَ اَنَا شَهِدْتُهُ حِيْنَ رَخَّصَ فِيْهِ، وَ قَالَ: وَ اجْتَنِبُوْا كُلَّ مُسْكِرٍ. احمد
Dari Abdullah bin Mughaffal RA ia berkata, saya menyaksikan Rasulullah SAW ketika beliau melarang membuat minuman pada guci dan saya pun menyaksikan ketika beliau memberi keringanan padanya. Seraya bersabda, "Dan jauhilah setiap minuman yang memabukkan". [HR. Ahmad].
Keterangan :
Dubba' ialah labu (waloh) yang dihilangkan isinya. Hantam atau jarrah ialah guci (hijau). Naqir ialah batang (glugu) kurma dilubangi tengahnya, dan muqayyar atau muzaffat ialah wadah yang diberi tir atau yang diberi cat.
Wadah-wadah tersebut pada waktu itu biasa digunakan membuat/menyimpan minuman keras. Oleh karena itu beliau melarangnya menggunakan wadah-wadah tersebut.
Tetapi setelah orang-orang mengetahui dengan jelas tentang haramnya khamr, maka beliau membolehkan minum pada wadah apa saja, asalkan bukan minum minuman yang memabukkan.

[Bersambung]


Demo Blog NJW V2 Updated at: November 10, 2019

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentarlah yang bijak